Gail sedang duduk memotong buah untuk membuat salad ketika Duo J masuk rumah. Terdengar obrolan sejak dari luar, keduanya saling membalas lalu terkekeh berdua.
“Wah, sepertinya hari Duo J seru,” ucap Gail saat Jemma mencium pipi kanannya dan Jarrett di pipi kirinya.
“Mama benar. Pagi tadi Jarrett mengalahkan waktu berlari Om Adi di sepanjang pantai,” kata Jemma antusias.
“Dan Jemma berhasil memainkan piano dengan lagu baru hasil melihat video di komputer om Adi,” kata Jarrett menyambung.
“Mama bangga dengan kalian. Sini beri mama pipinya,” pinta Gail lalu mencium kedua pipi si kembar. Lalu berkata, “Sekarang kalian mandi dan salad buah akan segera tersedia.”
Jemma dan Jarrett menurut. Dengan riang khas anak-anak, mereka berebutan siapa yang lebih dulu sampai di kamar.
Keduanya mandiri untuk membersihkan diri masing-masing. Setelah seharian berada di luar rumah, sudah waktunya mandi sore.
Ada dua kamar mandi sehingga mereka bisa langsung bersih-bersih. Suara ramai dari keduanya berjeda saat terpisah.
Gail selesai menata salad buah di dua mangkok ukuran sedang. Satu yang berisi lebih banyak keju dan satunya yang tanpa toping. Si kembar beda selera.
“Terima kasih mama,” ucap Duo J berbarengan lalu mereka mengambil tempat duduk favorit masing-masing di ruang lepas.
“Sama-sama anak mama,” balas Gail dengan senyum hangatnya lalu duduk di tengah antara Jemma dan Jarrett.
Biasanya setelah salah satu dari mereka selesai, sebelah lengan Gail akan jadi sasaran pelukan. Bermanja-manja sambil bercerita apa yang mereka alami saat di kantor Addison.
Disebut kantor karena itu jadi tempat dimana Addison bekerja untuk urusan umum penduduk pulau dan urusan usaha pribadi, meskipun bangunannya lebih mirip dengan villa daripada sesuatu yang resmi. Lengkap dengan beragam ruangan dengan fasilitas.
Jarrett lebih dulu yang menghabiskan semangkuk salad buah lalu mendekat duduk ke Gail. Balita tampan itu langsung menyandarkan tubuhnya dan memeluk lengan sang mama.
“Ma, aku besok lomba estafet jam sembilan pagi. Hari ini tim kami latihannya tidak seperti kemarin. Kata Om Adi, hari ini dibuat lebih ringan supaya tenaga bisa alih ke besok.”
“Jarrett, kamu bisa melakukan yang terbaik kamu mampu. Terpenting harus kamu ingat, yang namanya lomba harus ada yang menang dan kalah. Jadi jangan lupa nikmati pertandingannya.”
“Aku akan selalu ingat yang mama bilang.”
“Maafkan mama tidak bisa menemani Jarrett pergi lomba dan jadi suporter Jarrett Brown.”
“Bukan masalah. Aku yang bernama Jarret Brown lebih ingin disambut pulang oleh mama Gail Brown dengan wajah bahagia mama. Cukup kakek saja yang pergi denganku.”
Gail kehabisan kata-kata, terharu dengan sisi dewasa yang pengertian putranya. Dia menghadiahi kecupan bertubi-tubi di pipi Jarrett.
“Mama,” rengek Jarret lalu berkata dengan geli sembari melepaskan diri dari dekapan Gail, “Udah. Udah buat aku, bagi hadiah ciumnya ke Jemma.”
Gail terkekeh lalu menuruti perkataan Jarrett. Segera Jemma menghambur ke pelukan sang mama dan menerima aksi sayang Gail sampai puas.
“Mama, aku ingin tidur tapi sebentar lagi jam makan malam,” adu Jemma yang masih menyandar pada Gail.
“Ada apa dengan putri mama? Tidak biasanya. Jemma tidak lupa menu makan malam ini udang balado spesial ala kakek, kan?”
Jemma mengangguk. Dia mengeratkan pelukannya pada Gail. Anak perempuan itu tidak lanjut berbicara.
“Tadi mama ketemu om Adi di dapur produksi. Pertama kalinya mama melihat dia sedih. Apa Jemma tahu ada apa dengan om Adi?”
Jemma mengangguk lagi.
“Tentu saja, ya. Mama tidak salah bertanya pada putri kecil ini. Mama boleh tahu kenapa om Adi seperti itu? Kalau mama bisa seharian di kantor om Adi seperti Jemma, mama pasti bisa tahu juga.”
Jemma diam beberapa waktu sebelum bersuara.
“Aku menolak permintaan om Adi untuk main piano di pesta.”
“Benarkah?” ucap Gail berempati. Jemma sudah mulai membuka diri.
“Iya, Mam.”
“Tumben anak mama yang sangat suka dengan musik ini menolak. Ada apa, Jemma?”
“Aku tidak mau berada di pesta.”
“Apa di pesta ada yang mengganggumu? Seingat mama, Jemma pernah bilang. Saat main piano yang didengarkan banyak orang lalu mereka tersenyum karena musik itu akan buat kamu senang.”
“Iya. Tapi di penampilan kemarin aku tidak senang.”
“Yang pesta ulang tahun?”
Jemma mengangguk.
“Bagaimana kalau Jemma coba tampil di pesta yang om Adi minta tadi? Untuk mengetes apa kamu masih senang atau tidak main piano mengisi acara.”
Jemma menatap Gail dalam diam.
“Sekalian Jemma menolong om Adi. Dia bilang kamu adalah harapan satu-satunya. Karena pesta itu dihadiri keluarga Irey dan mereka meminta ada pertunjukan piano.”
Jemma masih diam dan menatap sang mama. Tatapan yang tidak bisa terbaca oleh Gail, pertama kalinya sang putri seperti ini.
“Setelah itu jika Jemma masih merasa tidak senang, mungkin kamu sedang berada di masa bosan. Saatnya kamu istirahat dari panggung. Mama yakin om Adi akan mengerti Jemma.”
Anggukan kepala menjadi respon Jemma. Dia menyetujui apa yang Gail sampaikan.
***
“Ini hadiah yang Jarrett dapat, Mam,” ujar Jemma antusias memberitahu Gail yang baru bangun tidur.
“Ponsel?” tanya Gail sambil meraih kotak yang Jemma sodorkan.
“Iya. Ponsel pintar kata Jarrett. Seperti komputer Om Adi,” kata Jemma sembari duduk di atas kasur dan menyandar pada tubuh Gail. Lanjut berkata, “Semalam aku diajari Jarrett menggunakan internet lewat ponsel itu.”
Gail tersenyum senang. Mendapat kabar yang menghangatkan hatinya meski sebelum tidur dia sangat cemas dengan keadaan Jarret dan Landon yang harus mengundur jadwal kepulangan sampai badai laut reda.
Sehingga saat keduanya tiba di rumah, Gail sudah berada dalam jadwal tidurnya. Yang tersisa menunggui adalah Jemma dan Ellie.
“Baiklah. Pergunakan ponsel pintar ini dengan hati-hati,” kata Gail lalu mengecup ujung kepala Jemma. Lanjut berkata, “Sudah wangi sang putri, apa kopermu juga sudah rapi?”
“Sudah. Nenek membantuku memeriksa lagi bawaan yang ada di koper dan kakek membantuku untuk membawa koper dari Deland ke Mainlan ke Deland lagi. Begitu kesepakatan kami, Mam.”
Gail tergelak. Cara Jemma berbicara padanya terasa menyenangkan. Bahkan dia sampai lupa anak perempuannya ini berumur lima tahun, karena sisi kanak-kanak yang tidak lagi muncul.
“Kalau begitu, mama mandi dan beres-beres dulu. Tinggal satu jam sebelum waktunya kita ke pelabuhan. Maafkan mama tidak bisa ikut pergi ke Mainlan.”
“Tidak masalah. Mama juga sudah tahu apa yang akan aku katakan.”
Gail tertawa lagi sesudah itu meniru ucapan yang biasa sang putri katakan, “Aku yang bernama Jemma Brown lebih ingin disambut pulang oleh mama Gail Brown dengan wajah bahagia mama. Cukup kakek saja yang pergi denganku.”
*bersambung..
-Diw @ diamonds.in.words | Oktober2021
**author: Jemma setuju jadi pianis untuk acara yang dihadiri keluarga Irey. One step closer ceunah sama keinginan dia dua tahun lalu. Hmm~
***Penting wahai Pembaca\, silakan tekan tombol suka\, hadiah\, vote dan jadikan novel ini masuk favorit. Makasih ya :))
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
nichic
keluarga yg hangat
2022-07-15
0
Aira💕
suka dengan twin, krn santun dgn yg lebih tua..didikan yg bagus dri keluarga mrk walaupun bkn rill 🥰
2022-03-28
0
Dahlia Anwar
apakah anak nya semua perempuan soalnya hanya Jemma doang yang di ceritakan kalau dia perempuan
2022-01-21
1