[KETUA DEWAN SISWA,WAKILNYA,SERTA ACRHOMA]
Koridor yang Panji lalui sepanjang perjalanan menuju lokernya penuh oleh bisik-bisik gosip. Sepertinya kabar paling trending hari ini adalah mengenai kedekatan Ketua Dewan Siswa dengan Sang Wakil, keduanya berada di tingkat II dan merupakan siswa dengan predikat paling cemerlang di seluruh angkatan. Kabarnya sewaktu di tingkat I mereka dulu juga pernah dekat, sangat intim malahan. Namun entah karena alasan apa lalu tiba-tiba muncul jarak yang sangat drastis diantara keduanya. Dua orang itu terlibat persaingan untuk memperebutkan posisi Ketua Dewan Siswa, sempat tampak sangat bermusuhan namun entah ada angin apa sehingga sekarang rujuk lagi.
Panji yang bukan penggosip saja sampai hafal dengan kisah paling fenomenal seantero sekolah itu. Bagaimana tidak hafal jika disetiap inchi sekolah membicarakan itu, kemanapun Panji pergi pasti akan terdengar gosip tersebut. Ia hanya mengedikkan bahu acuh atas gosip-gosip yang beredar, tidak peduli.
Di ZHS loker siswa disediakan di tempat yang terpisah dan dikelompokkan per-tingkat. Jadi Panji lebih memilih menyimpan tasnya di loker ketimbang harus meletakan ke kelasnya yang butuh waktu 10 menit untuk kesana, jauh. Lagipula ia sudah membaca papan pengumuman tadi, diantara 73 pembicara yang diundang hari ini ia tertarik untuk menghadiri studi seorang penulis yang paling melegenda. Penulis ini kabarnya sangat misterius dan sulit dijangkau, sangat luar biasa bila ZHS bisa mendatangkannya untuk menjadi pembicara.
"Alena, kamu ikut studi yang mana hari ini?"
Bisik-bisik penuh gosip kembali mendengung diantara siswa-siswi tingkat II yang sedang ramai di bagian loker. Tampak seorang siswi yang dipanggil Alena tadi baru saja menutup lokernya sehabis menyimpan almamater khas anggota Dewan Siswa. Diseragam berupa kemeja putih Alena terdapat pin khusus yang melambangkan posisinya di Organisasi Dewan Siswa, Wakil Ketua. Jelas dia orang yang menjadi trending topik diseantero sekolah. Serta sudah dipastikan bahwa lawan bicaranya itu adalah Regan, Sang Ketua Dewan Siswa.
"Studi Acrhoma, penulis legendaris yang dikenal diseluruh daratan Aurig. It seems interesting." Alena menjawab acuh tak acuh sambil melangkah keluar dari ruang loker, diikuti oleh Regan yang masih menyambung obrolan mereka hingga perlahan hilang tidak terlihat lagi. Dan bisikan disekitar seketika jadi lebih keras, bukan lagi berbisik mereka bicara terang-terangan setelah objeknya pergi.
Panji mengernyit samar ketika pemilik loker disampingnya berseru lantang, masih tentang gosip itu. Membuat telinga Panji berdenging hingga ia pun memutuskan pergi meninggalkan kawasan penuh gosip tersebut.
Seperti kalimat Alena tadi, penulis legendaris yang didatangkan ke sekolah mereka itu memakai nama pena Acrhoma. Panji sendiri tidak terlalu peduli pada nama itu, dia hanya sedikit tertarik karena cerita hebat dari Acrhoma yang menjadi buah bibir banyak orang. Acrhoma dikenal sebagai petualang, dia penulis yang menuangkan setiap objek yang ditangkap indranya kedalam bentuk tulisan. Karya-karyanya terasa sangat nyata, tegas penuh makna. Rangkaian katanya seindah lukisan mestero, sangat kokoh bagai bangunan yang menjulang, penuh ketegasan yang katanya bahkan mampu membangkitkan jiwa orang yang telah mati. Namun, sayangnya karya-karya Acrhoma yang dicetak tidak disebarluaskan, hanya orang-orang tertentu yang memilikinya. Dan mungkin orang-orang tertentu itu juga termasuk Ayah dan Bunda Panji, karena dirumah Panji terdapat satu lemari besar yang menyimpan karya-karya Acrhoma tersebut. Karena hal itu jugalah ia tertarik untuk menghadiri studi Acrhoma.
Acrhoma memilih tempat studi di atap gedung Astronomi. Tempat yang terbuka dan paling tinggi diantara gedung-gedung lain di ZHS. Dari sana kita bisa melihat hamparan langit luas tanpa hambatan, tapi juga harus tahan kepanasan karena sama sekali tidak ada tempat untuk berteduh. Walau begitu, sama sekali tidak menjadi hambatan oleh para murid begitupun guru-guru yang penasaran akan sosok Acrhoma. Sekejab mata atap gedung Astronomi itu telah dipadati hampir separuh penghuni sekolah. Bahkan siswa tingkat IV yang tidak ada jadwal studi wawasan juga datang. Bisa ditebak kalau area lebih memadai, seluruh warga sekolah sudah pasti berduyun-duyun untuk menghadiri studi Acrhoma. Sekarang saja sebagian besar orang yang sudah sampai di pintu masuk harus berbalik dengan kecewa karena tempat sudah penuh dengan orang-orang yang saling berdesakan dibawah teriknya panas matahari, sebagian lagi masih memaksa masuk menambah sesak kerumunan.
Panji sepertinya terlambat datang. Ia menjadi salah satu orang yang berbalik pergi setelah melihat kerumunan yang saling berdesakan itu. Bedanya ia tidak kecewa sama sekali, lebih ke tidak peduli toh masih ada 72 studi lain untuk dihadiri. Pada akhirnya ia bergabung dengan seorang arkeolog yang membuka studi di museum kecil dalam sekolah. Sebenarnya bisa saja pergi ke museum yang jauh lebih besar di luar ZHS, namun berhubung hanya Panji seorang anggota studinya jadi ia milih tempat di dalam sekolah saja. Sepertinya kehadiran Acrhoma membuat sepi studi-studi lainnya, bahkan ada pembicara yang memilih ikut studi Acrhoma dikarenakan tidak ada anggota yang mengikuti studinya.
"Panji, kenapa kamu tidak ikut studi Acrhoma seperti siswa lain yang berbondong-bondong kesana?" Tanya Sang Arkeolog yang tak lain adalah Pak Ben, pria tua berjanggut lebat yang menyapa Panji saat sampai rumah siang tadi.
Ya, Pria tua itu adalah salah satu pekerja di kebun orang tua Panji. Ia sudah tau dari lama dan tidak kaget lagi kalau Pria tua itu bisa sampai berdiri disini dengan jas rapinya. Pak Ben tinggal di kawasan perumahan yang sama dengan Panji. Ia sudah lama pensiun dari profesinya dan hidup sederhana dengan keseharian bekerja dikebun orang tua Panji, namun sesekali masih ada panggilan untuk ia mengisi acara dibeberapa tempat terkait profesinya dulu.
"Penuh." Panji menjawab pendek seperti biasa yang direspon dengan kekehan ringan pria tua itu.
Selanjutnya ruang bernuansa abu-abu dengan isi barang-barang terkait dunia arkeologi itu hanya didominasi oleh suara Pak Ben yang mulai dengan cerita-cerita klasik seputar masa jaya menjadi Arkeolog ternama di jaman dahulu berikut dengan temuan-temuan luar biasanya yang mendunia.
Studi dengan Pak Ben selesai lebih cepat, dimana jika biasanya studi wawasan memakan waktu 2 jam maka kali ini hanya setengah jam lebih. Tepatnya Pria tua itu kehilangan topik dengan Panji, karena anak itu hanya diam dan juga karena semua cerita di kepala Pak Ben semua sudah didengar Panji semenjak anak itu masih usia 5 tahun.
Panji juga tak banyak berkomentar, tepatnya tidak ada sama sekali. Ia hanya diam entah menyimak atau tidak. Tapi setidaknya ia sudah hafal segala apa saja kata yang dilontarkan Pak Ben sehingga tidak akan ada kendala baginya untuk membuat resume kegiatan hari ini.
Usai pertemuan itu Pak Ben mengajak Panji untuk melihat studi Acrhoma yang pastinya masih berlangsung saat ini. Tapi Panji sudah terlanjur tidak tertarik lagi dengan studi itu.
"Kamu benar-benar tidak ada rasa penasaran sedikitpun." Pak Ben tertawa lebar ketika Panji menggeleng dengan wajah malas atas ajakannya. Ia merangkul bahu anak muda itu dan menuntun paksa menuju gedung Astronomi, tempat Acrhoma tengah berkoar membakar semangat muda. "Dia akan kecewa kalau kamu tidak datang, jadi mari kesana!"
Kalimat terakhir Pak Ben sempat membuat Panji bingung hingga akhirnya ia memilih tidak peduli. Mereka benar-benar menuju gedung astronomi. Tempat itu bahkan lebih ramai dari sebelumnya. Orang-orang yang tidak mendapat tempat di atap tempat acara berlangsung mencuri dengar kalimat-kalimat Acrhoma yang meraung sampai ke se penjuru gedung dengan bantuan alat pengeras suara.
Pak Ben berbicara dengan beberapa tenaga kerja dan murid-murid yang mungkin pernah mengikuti studinya di waktu-waktu sebelumnya. Kemudian ia kembali menarik Panji untuk mengikutinya ke atap, menuju tempat Acrhoma tentunya.
Suara Acrhoma yang mengalun melalui pengeras suara terdengar lembut, seperti suara seorang wanita. Suaranya jernih dan halus namun juga tegas disaat bersamaan. Panji jadi teringat dengan Bundanya karena mendengar suara Acrhoma. Ah, jangan sampai....
"Aku tidak pernah berhenti, menulis, berkarya, berpetualang, semua masih jadi rutinitas. Bedanya kali ini aku tidak lagi sendiri, bersama dengan suamiku. Inginnya,sih,dengan anak-anak ku juga. Tapi,yeah,jiwa-jiwa muda mereka telah memilih jalan hidup tersendiri bahkan jauh sebelum mereka dewasa. Sedih sekali...."
Kata-katanya memang bermakna sedih tapi Panji seolah bisa melihat orang yang bicara itu tersenyum lebar disetiap kalimatnya. Dan setelah itu ia benar-benar mendapati pemilik suara itu tersenyum lebar sekali menampilkan cekungan dikedua pipinya. Puluhan meter di depan sana, Acrhoma duduk dipanggung kecil bersama suaminya dibawah naungan langit yang mulai meredup.
Acrhoma Si Penulis legendaris tidak disangka-sangka adalah seorang wanita cantik yang begitu anggun. Rambutnya hitam pekat bergelombang dengan potongan gantung sebahu. Matanya kelabu kelam namun berbinar begitu indahnya. Mengikut pahatan wajah dan lekuk tubuh yang proporsional. Sedang suaminya tidak kalah sempurna, rambut auburn yang dipangkas rapi serta iris sejernih lautan yang berkilau bagai berlian. Rahangnya tegas, wajahnya sempurna berikut seluruh tubuhnya. Mereka bagai pasangan dewa-dewi yang tengah bertamasya ke bumi.
Dari jarak sejauh ini Panji bisa mengetahui detail ciri mereka. Tentu saja selain karena pengihatan nya yang tajam itu juga karena dua orang itu adalah orang yang sangat ia kenal sepanjang 16 tahun hidupnya. Lucu sekali! Orang tuanya bilang mereka akan pulang malam nanti, lalu sedang apa mereka berdua duduk disana?
Yah, Acrhoma adalah Bunda Panji serta tentu saja suami Acrhoma adalah Ayahnya, Bunda hanya punya satu suami itu. Terkejut? Tenang saja kalian tidak sendiri, Panji juga sama terkejutnya. Ia masih sibuk mencerna segala situasi kala Bunda berdiri di depan sana melambai ke arahnya. Tunggu dulu! Ke arahnya?!
Panji terkesiap dan berpasang-pasang mata telah tertuju padanya. Ia melangkah mundur tidak jadi melangkah lebih lanjut. Dalam sekejab dia sudah pupus dari area itu.
Sementara orang-orang yang penasaran dengan sosok yang bisa membuat Acrhoma berkali lipat penuh antusiasme, hanya menemui sosok Arkeolog tua berjanggut putih lebat, Pak Ben. Mereka kenal, tentu saja. Pria tua itu sering menjadi pembicara di acara studi wawasan mereka, Pak Ben juga terkenal dulu di jamannya sehingga mudah saja mengetahui dirinya dari catatan sejarah.
Sisa acara itu kemudian diisi dengan kombinasi suara tiga orang, Acrhoma, suaminya serta Sang Arkeolog tua.
<<<<<<<<<<<<<<<
"Oh, hai! Siang juga."
Regan tersenyum ramah, membalas sapaan murid lain yang berpapasan dengannya. Sesekali ia berhenti untuk menanggapi obrolan singkat serta candaan ringan. Sebagai seorang yang menjabat sebagai Ketua Dewan Siswa, Regan itu lebih dari kata sempurna. Semua orang tau dia, semua orang menyenanginya. Regan, Si Ketua yang ramah, baik, pintar, the best of the best itulah dia.
"Regan!"
Saat akan menaiki tangga menuju ke atap gedung astronomi Regan ditarik oleh seseorang membuatnya urung melangkah dan beranjak menepi agar tidak menghambat jalan. Lantai dasar gedung astronomi yang padat ditambah gemma dari pengeras suara membuat apa yang dikatakan oleh orang yang menariknya tidak terdengar jelas oleh Regan. Ia baru akan bicara, meminta lawan bicaranya mengulang perkataan yang semula dilontarkan. Namun, seseorang lain yang menuruni tangga tergesa menerobos kerumunan mengambil alih fokus Regan.
Orang itu... kalau tidak salah dia murid kelas Zero. Namanya Panji. Regan pernah melihat sekilas datanya di arsip siswa, kalau tidak begitu Regan tentu juga tak akan tau tentangnya.
Orang bernama Panji yang baru saja menuruni tangga itu, Regan beberapa kali pernah berpapasan dengannya. Dari sana ia tau Panji adalah orang yang berpembawaan tenang, sosok Panji yang tanpa ekspresi namun tidak terlihat suram. Regan dulu punya seorang teman yang seperti itu, yang tenang bagai air mengalir, bergemericik tapi tidak berisik. Dia tidak menyangka kalau masih ada manusia lain yang satu spesies dengan temannya itu. Dia kira setelah kepulangan Sang Teman kepangkuan Yang Kuasa, manusia dengan pembawaan transparan akan musnah dari dunia ini. Tapi termyata masih ada yang tersisa.
"Helloo Regan?!"
Regan tersentak segera beralih pada lawan bicaranya. Ia menyuguhkan senyum dan bicara seperlunya lalu kembali pada tujuan awal yaitu ke atap gedung, tempat studi Acrhoma. Saat itu suara Acrhoma mengalun lembut tertawa lewat pengeras suara.
"Ini akan penuh cerita kenangan ke depannya~~~"
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments