PANJI AKSARA YUDHA

[PANJI AKSARA YUDHA]

"Panji Aksara Yudha."

Ruangan bernuansa putih minimalis berukuran 4×6 meter itu diisi oleh 20 pasang meja dan kursi yang sama putihnya, dengan sebuah papan tulis di bagian depan beserta seperangkat meja guru yang tertata didekat pintu masuk. Hanya sesederhana itu isi ruangan ini yang di depan pintu masuknya tergantung papan kayu berukiran 'II BAHASA 00'. Yap! Ruangan itu adalah sebuah ruang kelas disalah satu sekolah favorit bernama Zero Hight School.

Sedikit ulasan, Zero Hight School atau biasa disingkat ZHS merupakan sekolah lanjutan tingkat atas atau setara dengan SMA. ZHS merupakan sekolah favorit pemegang ranking 2 sekolah paling unggul di kota Vyen. Yang mana ranking 1 sekolah unggulan dipegang oleh Vyen National Hight School atau singkatnya Vyen NHS. Untuk Vyen sendiri, itu merupakan nama kota pusat di Negara V, dimana Negara V itu juga adalah bagian dari Kerjaan Aurig, Kerjaan terbesar yang wilayahnya mencakup satu benua. Nama benua tempat bernaung kerjaan Aurig ini adalah Benua Xe.

"Panji Aksara Yudha!"

Kembali lagi pada ruang Kelas II BAHASA 00 di ZHS yang biasa juga disebut dengan Kelas Zero. Ruang kelas yang biasanya berisi 20 siswa itu kini hanya dihuni oleh dua orang. Salah satunya adalah seorang guru wanita dengan busana olahraga. Guru yang biasanya akrab disapa Capt Cel itu berdiri dengan tangan bersedekap. Tatapan matanya tajam juga terlihat jengah, terarah pada seorang siswa yang duduk disalah satu bangku. Siswa itu yang sedari tadi ia sebut namanya, Panji Aksara Yudha. Dan sedari tadi juga Panji Aksara Yudha itu hanya diam tidak menyahut barang sepatah kata pun.

Capt Cel menghela nafas, tampak ia menyusun strategi di otaknya mencari cara terbaik untuk berurusan dengan Panji Aksara Yudha ini. Sedetik ia sempat mengumpat pada guru konseling yang melemparkan tugas ini padanya. Menangani Si Pemegang Rekor Murid Paling Bermasalah sejagad ZHS bahkan diseluruh daratan Aurig mungkin lebih baik baginya daripada berurusan dengan Si Panji Aksara Yudha.

Panji merupakan salah seorang siswa dari kelas II BAHASA 00 atau Kelas Zero, posisinya terbilang rata-rata, tidak mencolok tidak juga terlalu tertutup. Mulai dari nilai, sikap, semua dari Panji Aksara Yudha itu merupakan kategori rata-rata. Tidak ada yang istimewa darinya sehingga patut dibanggakan, tidak ada juga yang terlalu buruk darinya sehingga pantas mendapat celaan. Dia biasa-biasa saja, disamping frekuensi kediamannya yang melebihi porsi seharusnya. Panji yang jarang atau bahkan hampir tidak pernah bicara itu yang membuat kebanyakan orang enggan berurusan dengannya. Entah bagaimana aturan hidup yang dia terapkan untuk dirinya, tapi anak itu hanya bicara saat dia benar-benar ingin bicara, ketika dia tidak berniat bersuara jangan harap mendapat respon darinya walau kiamat berkumandang sekalipun. Dengan diamnya, Panji Aksara Yudha bisa menguras habis kesabaran bahkan orang paling sabar sekalipun.

Misalnya saja saat ini, ketika Capt Cel sudah berbicara panjang lebar mengenai pelanggaran yang telah Panji lakukan minggu ini, dan juga poin disiplinnya yang sudah mencapai angka minus. Tapi, sedikit pun anak itu tidak merespon. Saat ditanyai ia tetap diam, saat diperintah ia masih bungkam, ketika ditawari bicara untuk penyelesaian masalah ia membisu. Jadi, harus diapakan dia sekarang dengan diamnya itu?

Mengenai pelanggaran yang dilakukan Panji sebenarnya bukan masalah serius. Bukankah sudah dijelaskan kalau Panji itu bukan tipikal siswa yang berandal? Namun, karena pelanggaran kecil itu terus berulang setiap kali maka semakin lama itupun menjadi hal serius. Di ZHS ini setiap siswa mempunyai poin disiplin dimana setiap perbuatan mereka akan berimbas pada poin tersebut. Sesuai namanya, poin disiplin adalah poin yang bisa didapat dari setiap tindakan siswa disekolah. Setiap prestasi akan menambah Poin disiplin. Dan setiap pelanggaran akan mengurangi poin tergantung dengan jenis pelanggaran yang dilakukan. Kegunaan poin ini adalah untuk nilai, dimana naik atau tidak dan lulus atau tidaknya seorang siswa didasarkan pada poin tersebut.

Lalu untuk apa murid-murid belajar jika semua hasil ditentukan oleh poin tersebut?

Jawabnnya sederhana, belajar termasuk dalam menaati aturan, setiap ketaatan seperti itu akan menambah Poin, itu artinya belajar juga perlu untuk menentukan nasib disekolah ini. Di ZHS kemampuan siswa tidak diukur melaui seberapa jenius otaknya, seberapa banyak hafalannya, seberapa lihai perhitungannya, tidak dari semua itu. Kecemerlangan siswa disini diukur dengan angka-angka pada poin disiplin mereka. Lalu bagaimana sistem poin ini berjalan?

Setiap awal tahun ajaran, semua siswa akan mendapat semacam anting kecil yang wajib dipakai ditelinga mereka. Secara umum yang diketahui anting itu hanyalah sebagai simbol khusus yang menandakan mereka adalah salah seorang siswa ZHS. Tanpa ada yang sadar bahwa di dalam benda bundar hitam berukiran logo ZHS itu terdapat sistem kompleks yang akan mengawasi penuh kegiatan siswa selama dijam sekolah. Alat itu semacam pengawas canggih yang memantau setiap kegiatan tanpa kurang sedetik pun.

Secara sederhana, alat itu seperti CCTV yang memantau pada rentang waktu tertentu. Dalam sistem yang tertanam didalamnya telah disusun secara rinci bagaimana alat akan bekerja. Alat itu akan aktif pada jam pagi sekolah yaitu pukul 06:00 dengan komando dari server pusat dan otomatis akan dinonaktifkan saat jam sekolah sudah usai pukul 15:00. Yang artinya dalam rentang waktu antara pukul 06:00-15:00 CCTV canggih itu akan bekerja merekam setiap aktivitas yang mana setiap tindakan akan langsung mendapat perhitungan poin dan kemudian data secara bertahap akan dikirim ke server pusat setiap 15 menit sekali. Secara tidak langsung data ranking poin bisa saja berubah setiap 15 menit sekali.

Lalu bagaimana dengan hari libur? ZHS tidak mengenal kata libur. Setiap hari adalah hari sekolah. Kecuali libur semester dan kenaikan kelas yang ditetapkan selama seminggu. Tapi, tidak ada hari libur bukan berarti sekolah itu sangat menyeramkan. Malah tidak. Sebagai ganti waktu libur yang dipakai untuk jam sekolah, jam pembelajaran di ZHS lebih sedikit dari sekolah lain. Dari jam 6 sampai jam 3 sore yang berarti 9 jam, hanya 1/3 dari waktu itu yang dipakai untuk pembelajaran. Sisa 2/3 atau 6 jam lainnya dibagi untuk jam istirahat, ekskul, jam bebas, dan studi wawasan (semacam pemberian materi di luar pelajaran oleh pembicara dari luar, bebas memilih tempat karena studi dibagi atas 3 kelompok utama yaitu outdoor, indoor, dan trip di luar kawasan ZHS. Dari 3 kelompok besar itu nanti masing-masing juga terbagi menjadi beberapa kelompok kecil. Minimal setiap jam studi wawasan didatangkan 50 pembicara).

Dengan begitu selama 9 jam dalam sehari siswa ZHS akan diawasi penuh oleh anting kecil di telinga mereka. Bahkan jika siswa itu alpha, sakit, izin, bolos atau berada diluar kawasan ZHS selama jam sekolah berlangsung alat itu akan tetap diaktifkan pada rantang waktu yang sudah ditentukan. Perhitungan poin juga berjalan namun disesuaikan dengan kondisi sang siswa. Kalau sudah begini, pasti mudah mengendalikan siswa-siswi yang melanggar aturan bukan? Tapi, ZHS tidak pernah meringkus siswanya yang bolos walau laporan lokasi detailnya diketahui, ZHS tidak pernah menarik siswanya yang tawuran walau semua kegiatan itu terpampang dilayar monitor, ZHS tidak pernah mencegat siswanya yang kabur dari sekolah, tidak pernah. Karena ZHS punya prosedur tersendiri. Dimana ketika siswa melakukan pelanggaran yang menyebabkan pengurangan pada poinnya sebanyak 50 poin maka ia akan dipanggil menghadap guru konseling untuk mendapat hukuman atas pelanggaran -50 poin yang dilakukannya. Begitupun jika seorang siswa mendapat tambahan 50 poin atas prestasinya ia juga akan menghadap guru konseling untuk mendapat hadiah atas penambahan poinnya. Dimana nantinya semua poin akan di ranking pada akhir semester genap saat kenaikan kelas. Dan pada tahun ajaran berikutnya semua siswa dari setiap angkatan, mulai angkatan I, II, III, dan IV akan memulai siklus poin mereka dari 0.

Sedikit penjelasan, di ZHS masa sekolah memang 4 tahun. Dimana tingkat IV adalah tingkat paling senior dan mempunyai hak istimewa. Yang mana pada tingkat IV setiap siswa bebas memilih pelajaran yang akan diikuti dengan syarat mata pelajaran minimal yang diikuti adalah 5 mata pelajaran. Pada tingkat IV tidak ada lagi yang namanya ekskul, jam bebas dan jam studi wawasan. Jam pembelajaran mereka tetap yaitu 3 jam dari 9 jam mereka sekolah, namun 6 jam lainnya mereka habiskan untuk terjun dalam dunia kerja semacam magang di perusahaan-perusahaan yang mensponsori sekolah.

Nah, untuk selanjutnya yang terakhir tentang CCTV canggih ZHS ini, setiap alat itu memiliki sandi yang hanya bisa dibuka dengan izin akses server pusat. Sehingga dengan demikian tidak mungkin bagi siswa ZHS melepas anting kecil itu. Jikalau pun dilepas paksa, anting itu punya semacam sensor khusus yang terhubung dengan sistem saraf yang mana akan berakibat fatal bila dilepas paksa, dan bahaya ini tentu sudah disetujui oleh wali murid pada awal mereka mendaftarkan anak mereka di ZHS. Sehingga bila ada yang melanggar dengan paksa melepas antingnya maka pihak ZHS sama sekali tidak akan bertanggungjawab.

"Dalam seminggu, hanya seminggu, kamu telah kehilangan lima puluh poin. Kamu tau panji? Bahkan murid paling bandel disekolah ini pun butuh lebih dari satu bulan untuk membuat poin mereka minus lima puluh. Sekarang baru awal tahun ajaran, kamu baru sebulan di tingkat II. Kemarin-kemarin ini kamu hanya bisa mengumpulkan sembilan belas koma sembilan poin. Dan sekarang kamu kehilangan lima puluh poin?! Are you kidding me?!"

Capt Cel berseru frustasi karena beberapa hal, pertama karena catatan poin milik Panji, kedua jelas karena anak itu yang hanya diam membisu. Tidak ada raut cemas, tidak ada raut gelisah, tidak takut, marah, sedih dan sebagainya. Wajahnya hanya menampilan riak tenang tanpa ekspresi. Entah apa yang tengah ia pikirkan saat ini.

Guru muda berusia lebih kurang 25 tahun itu sudah akan bicara lagi, namun terinterupsi oleh dering singkat dari monitor kecil yang terpasang didinding dekat pintu. Capt Cel memeriksa sebentar, lalu kembali pada Panji lagi. "Karena pelanggaran-pelanggaran yang kamu lakukan bukanlah pelanggaran berat---ya walau berulang terus menerus---maka diputuskan hukuman untukmu adalah menulis seratus lembar dikumpul minggu depan. Materi tulisannya adalah perihal industri dan grafik ekonomi Vyen satu tahun terakhir. Miss Denada akan menjadi pembina kamu, nanti temui dia untuk konsultasi. Ada pertanyaan sebelum sidang kecil ini disudahi? Baiklah, tidak ada." Guru muda yang biasanya sangat energik itu terlihat begitu lesu saat meninggalkan ruangan. Berurusan dengan Panji ternyata benar-benar menguras habis seluruh energinya. Bayangkan sudah hampir dua jam ia berkutat bicara ini dan itu hingga tenggorokannya kering dan suaranya berubah serak. Sedikitpun tidak ada respon yang berarti bahkan walau sekedar kedipan mata dari anak muridnya yang satu itu.

Panji yang ditinggal seorang diri didalam kelas masih saja diam. Tidak terlihat akan beranjak. Ada sekitar 10 menit lamanya hingga dia sedikit bergerak melirik jam tangan, tepat pukul 5 sore. Sudah dua jam sejak jam bubaran sekolah, yang artinya juga sudah dua jam juga ia duduk kaku seperti patung diceramahi oleh Capt Cel.

Lalu teringat hukumannya, Panji menghela nafas pelan. Menyelesaikan tulisan seratus lembar dalam satu minggu bukan masalah baginya. Yang menjadi masalah adalah nilai minus pada poinnya. Bagaimana caranya ia menjaga agar poinnya tidak berkurang sementara ia sendiri tidak tau perbuatan yang bagaimana saja yang disebut melanggar itu.

Tidak ingin berpikir lebih jauh, Panji memilih beranjak pulang. Ia mengantuk dan ingin tidur secepatnya. Tidur, mimpi indah, bangun, dan lalu tanpa sadar ia akan melanggar lagi mungkin memperbanyak nilai minus poinnya atau bisa jadi malah nasib baik ia bisa mendapat tambahan poin menebus poin minusnya.

Entahlah, lihat besok saja.

<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<

Hamparan biru langit membentang luas tanpa putih awan menghiasi kala Panji menenteng tas sekolah berjalan menyusuri jalan protokol yang lengang. Ilalang setinggi pinggang orang dewasa terhampar meliuk-liuk ditiup angin di sepanjang pinggir jalan. Daun gugur dari pohon yang tumbuh kokoh satu dua batang di antara kelompok ilalang berterbangan dan sebagaian jatuh menutupi hitamnya aspal jalanan.

Panji berhenti sejenak, mendongak menatap langit di pagi menjelang siang ini. Hari ini dia memilih pulang sebentar di jam bebas yang berlaku dari pukul 11 sampai pukul 1 nanti. Jam bebas di ZHS memang jam yang paling menyenangkan karena sesuai namanya, pada waktu itu semua siswa benar-benar dibebaskan bahkan diizinkan keluar dari kawasan ZHS dengan catatan harus kembali tepat waktu saat jam bebas berakhir.

Butuh lebih kurang 30 menit berjalan kaki dari sekolah ke rumah Panji yang berada di kawasan perumahan sederhana di pinggir kota. Kawasan itu memang cukup luas namun hanya diisi oleh beberapa rumah saja, bisa dihitung dengan jari jumlah rumah yang ada disana. Padahal lahannya bisa menampung untuk puluhan rumah. Mungkin karena letaknya yang terpencil membuat orang-orang enggan bermukim disana.

Rumah panji terletak paling dalam, jauh dari gerbang komplek dan terpisah dari rumah-rumah lainnya. Itu hanyalah rumah kayu sederhana bercat putih terang dengan model rumah panggung namun tidak terlalu tinggi. Dari depan terlihat sangat asri dengan pot-pot berjejer baik yang di lantai maupun yang digantung. Sementara disekeliling rumah di pagar oleh pohon-pohon hijau nan rimbun, kebanyakan diantaranya adalah pohon apel yang buah-buahnya tengah menghijau, beberapa pohon lainnya beragam seperti palem, kelapa, dan beberapa pohon hias lainnya. Jika ditilik keseluruhan area disekitar rumah itu, maka akan ditemui hamparan ladang sayur-mayur dihalaman belakangnya. Juga ada sepetak lahan yang dipagari secara khusus yang didalamnya terdapat anggur yang tumbuh subur.

"Oh, Panji? Tidak sekolah?" tanya salah seorang pekerja yang membawa box berisi sayuran yang baru saja dipanen. Dia seorang pria tua dengan topi lusuh dan kumis serta janggut beruban yang tumbuh lebat hampir menutupi seluruh wajahnya.

"Jam bebas." Panji menjawab pendek sambil terus melangkah menapaki tangga menuju lantai depan rumahnya. Si Pria Tua hanya mengangguk sekilas dan kembali pada aktivitasnya, sudah terbiasa dengan sikap anak dari bosnya itu.

Berbeda dengan diluar yang ramai oleh para pekerja, didalam rumah sangat lengang. Segala tatanannya juga rapi, masih seperti tadi pagi saat ia berangkat sekolah. Seperangkat kursi dan meja rotan menghiasi ruang depan, lalu dengan hanya lemari TV sebagai sekat sudah tampak ruang dapur. Di jalan menuju kedapur terdapat tangga menuju lantai dua, yang mana di lantai dua itulah semua kamar tidur berada. Tidak banyak ruangan yang ada di rumah ini, bisa didata dengan mudah. Diantaranya yaitu 3 kamar tidur dilantai 2, sebuah kamar mandi dekat dapur dan ruang tamu yang bisa dibilang menyatu langsung dengan dapur dan ruang makan.

Panji melepas sepatunya dan menyimpan dengan rapi di rak di balik pintu. Ia meletakkan tas sekolah dikursi rotan lalu melangkah menuju kamarnya di lantai 2. Kamar Panji berada di ujung paling belakang yang jendelanya menghadap ke kebun belakang rumahnya. Kamar itu punya balkon yang terdapat tangga menuju ke bawah yang memungkinkan Panji bisa langsung ke halaman belakang dari kamarnya.

Dering telepon rumah menjerit dari lantai satu membuat Panji yang baru saja merebahkan diri ke atas kasur mengerang kesal. Ia bangkit dan berjalan dengan langkah lunglai.

"Kediaman Batara disini, ada perlu dengan siapa?"

"Aksa, kenapa ponsel kamu mati? Bunda dapat kabar dari Pak Ben kalau kamu pulang siang ini. Gak biasanya? Ada apa? Kamu sakit?---'Aksa sakit? Kita pulang sekarang!'"

Belum habis suara Ibunya, menyambung dengan suara Sang Ayah lalu kemudian hanya dipenuhi cekcok kecil diantara pasangan itu. Panji duduk malas di kursi rotan dengan tangan yang tidak mau diam meyobek stiker-stiker di sandaran kursi yang entah siapa juga yang menempelkan disana.

"Aku gak apa, Bun. Cuma mau ngambil hardisk sekalian mandi lagi, gerah."

"Ah, bagus kamu baik-baik aja." Bunda terdengar lega disela suara grasak-grusuk diseberang sana. "Ayah dan Bunda akan pulang malam ini, kamu mau apa?---'Beli aja semua oleh-olehnya, nanti biar Aksa yang pilih, sisanya buat Ayah.'" Lagi-lagi belum habis Bunda bicara, Ayah sudah memotong.

Panji berdehem saja malas menanggapi lebih lanjut. Ia kembali lagi ke kamarnya setelah selesai dengan telepon. Sesuai dengan apa yang ia katakan pada Bunda, Panji benar-benar mandi lagi siang ini. Panas yang terik membuat ia kegerahan terlebih lagi ia merasa lengket diseluruh tubuh akibat berkeringat banyak karena pulang dengan berjalan kaki.

Seusai mandi Panji memilih membawa laptopnya ke sekolah karena ia lupa sudah menyalin dokumen tugas hukumannya atau belum. Ia terlalu malas untuk mengutak-atik benda itu sekarang, mungkin nanti saja di sekolah.

Panas matahari semakin menjadi-jadi ketika Panji keluar melalui tangga balkon kamarnya menuju halaman belakang. Para pekerja sudah beristirahat di bawah pohon palem yang tumbuh rapat di pinggir kebun sayur, mereka tampak seperti sedang piknik dengan kain tipis sebagai alas dan berbagai makanan tersaji di atasnya. Para pekerja yang terdiri atas pria dan wanita yang rata-rata berusia 40 ke atas itu tampak sangat akrab dan bercengkrama dengan riangnya. Salah satu dari mereka melambai pada Panji mengajaknya bergabung yang diangguki oleh anak itu.

Panji memetik beberapa anggur segar kemudian duduk bergabung bersama pekerja lainnya. Walau hanya diam, tapi ia sangat menikmati suasana hidup yang diciptakan oleh orang-orang itu. Candaan ringan, cerita-cerita klasik dan orkestra sederhana dari klarinet dan beberapa alat musik tua lainnya.

Setelahnya Panji kembali ke sekolah menumpang salah satu truk sayur yang akan berangkat menuju pusat kota. Ia melewati gerbang ZHS 15 menit sebelum jam bebas berakhir. Karena masih ada waktu, Panji memutuskan menemui Miss Denada yang biasanya ada di gazebo membuka kelas dongeng asal-asalan bersama beberapa muridnya.

Miss Denada sudah mengakhiri dongeng Peri Baik---sebuah kisah klasik yang digunakan memikat hati anak-anak yang anehnya malah sangat dinikmati oleh siswa-siswinya yang notabene adalah para remaja. Murid-muridnya juga sudah mulai berbubaran hanya tinggal satu dua yang masih menetap membahas ulang lagi dongeng yang baru saja mereka dengar, sebagian murid yang terlampau jenius membuat resume dan mengambil logika sains ke dalam dongeng sehingga ia menggabungkan hal fiksi dengan ilmu pasti.

Panji duduk disebelah Miss Denada, menunggu sebentar guru muda berwajah pucat namun penuh riak bahagia itu hingga selesai bicara dengan beberapa murid yang bertanya.

Semilir angin tanpa sengaja menerbangkan beberapa butir pasir. Panji yang sedang memandang gerombolan kecil awan putih dilangit dibuat mengernyit dan memicingkan mata mencegah matanya kemasukan pasir. Ia menoleh saat merasa sebuah tepukan halus di bahunya, dan suara tawa Miss Denada terdengar begitu lapang saat dirinya mengubah fokus pada guru itu.

"Panji Aksara Yudha, bagaimana kamu menguras lima puluh poin dalam seminggu? Rekor sekali!"

Ah, ternyata itu yang dia tertawakan. Mungkin Capt Cel sudah menjelaskan perihal masalah Panji. Karena itu Panji tidak perlu berbasa-basi lagi. Ia langsung mengeluarkan laptop dari dalam tas dan menyodorkan layar yang menampilkan ribuan huruf itu pada guru muda di sampingnya---kebanyakan tenaga pengajar di ZHS memang masih muda dan energik, serta yang paling penting adalah unik.

"Sudah selesai?" Miss Denada bertanya tanpa peduli pada laptop yang Panji sodorkan.

Panji diam sebentar, lalu mengangguk sedikit bergumam. Selanjutnya ia hanya mendapati tepukan tegas di pundak dan cengiran lebar guru itu.

"Kalau begitu hukuman kamu sudah beres!" Ujar Miss Denada lalu tertawa, "Mau dengar sebuah dongeng kecil sebelum studi wawasan?" tawarnya mengerling dengan senyum misterius yang kontan dibalas gelengan oleh Panji.

<<<<<<<<<<<<<<<<<

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!