Empat

Malam harinya, di rumah minimalis modern milik keluarga Hardian, Pinkan duduk di kursi meja belajarnya, menatap laptop miliknya, tapi pikirannya tengah tertuju pada misi dadakan yang siang tadi di rencanakan, Pinkan bertekad mau membantu Miska mendapatkan putrinya kembali, sebagai sesama perempuan, jiwa Pinkan tak bisa tinggal diam, melihat ketidak adilan yang terjadi apa lagi pada sahabatnya, meskipun sebenarnya selama ini Miska yang ia anggap sebagai sahabat itu tak pernah memperkenalkan mantan suaminya padanya, entah apa alasannya, Pinkan tak pernah mau tahu hal itu.

"Kayaknya gue harus rela cuti kuliah deh, demi bisa membantu Miska, pasti gak akan semudah itu bisa keluar dari rumah itu? Gak mungkin ujuk ujuk gue bisa langsung bawa tu bayi keluar dari rumah yang penjagaannya ketat begitu kan?" Pinkan berpikir keras sambil mengetuk ngetukan jemarinya ke meja belajarnya.

Klik Satu pesan teks masuk ke ponselnya dan ternyata dari Miska my best friend.

📥 Beib, jadi gimana? Lu jadi gak Minggu depan? Lu beneran udah pikirin matang-matang buat masuk ke keluarga mantan laki gue Pink?" Bacanya sambil menghembuskan nafas pendek.

📤 Ya jelas lah, gue bakal bantu lu, lu tenang aja, bayi lu, bakal gue ambil dari tangan mantan laki lu yang kejam itu." Balasnya.

📥 Terimakasih ya Pink, lu emang sahabat gue yang paling bisa di andalkan 😘"

📤 Always!🤗"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Pinkan!" Panggilan itu beriringan dengan suara langkah kaki Hardian.

"Iya Pah?" Pinkan memutarkan kursinya menoleh ke arah laki-laki itu dan membiarkan ponselnya tergeletak di meja.

"Papah mengganggu sebentar, Papah mau bicara penting, jadi dengerin Papah baik-baik." Ucap Hardian setelah duduk di sisi ranjang menghadap ke arah putrinya yang masih duduk di kursi meja belajarnya.

"Iya, bicara aja, kayaknya penting bener." Sahut Pinkan.

"Kamu tahu kan? Biasanya ada sesuatu yang harus berkorban demi melancarkan sesuatu?" Ucap Hardian mencoba menyampaikan maksud tujuan nya dengan basa basi terlebih dahulu.

"Iya, berkorban untuk apa?" Tanya Pinkan.

"Sebenarnya bukan berkorban juga, karena Papah melakukan ini juga bukan semata-mata karena keuntungan saja." Jelas Hardian.

"Hm! Lalu?"

"Jadi begini Pink, kamu tahu kan, pemilik tanah yang Papah bilang orang terkenal itu?"

"Iya!"

"Tadi pagi Papah sudah bertemu dengan nya. Ternyata, dia itu si Bas salah satu teman kuliah Papah dulu Pink, dia sudah menjadi direktur utama, CEO di perusahaan Key-food produk makanan terkenal itu loh Pink." Jelas Hardian lagi dengan senyum semangat.

"Oya? Bagus dong! Papah punya teman yang sudah lebih sukses dari Papah." Sahut Pinkan yang juga tersenyum, antusias.

"Iya, Alhamdulillah. Bas juga setuju untuk menjual tanahnya yang di desa itu, mengingat persahabatan kita dulu di kampus." Ucap syukur Hardian.

"Oya? Alhamdulillah. Akhirnya. Proyek besar Papah mulus juga! Tapi kenapa Papah baru tahu kalo dia sekarang CEO? memang kalian gak pernah kontek kontekan selama ini?"

"Selama ini kan kita sudah sibuk urusan masing-masing, dia juga sering ke luar negeri, Papah juga sibuk dengan keluarga dan pekerjaan Papah sendiri yang harus ke sana kemari. Papah ini kan bekerja di perusahaan kontraktor Pink."

"Iya juga sih!"

"Tapi Pink, saat kami makan siang, gak sengaja Bas melihat foto mu yang Papah jadiin wallpaper di ponsel Papah ini loh Pink." Sambung Hardian.

"Lalu?"

"Bas bilang, kamu cantik."

"Oya? Hihi, jadi malu Pinkan."

"Tapi Pink. Bas bilang, Bas punya anak laki-laki ganteng, dia, bilang, gimana, kalo kamu sama putranya, di jodohkan saja." Susul Hardian mengutarakan maksud tujuannya.

"Apa?!" Sentak kaget Pinkan.

"Memangnya ini jaman Siti Nurbaya Pah? Pake perjodohan segala? Ogah ah, Papah tau? Tuan muda tu biasanya kejam, childish, seenaknya sendiri! Pinkan mau jodoh Pinkan dari keluarga biasa saja, yang setara dengan kita, gak usah terlalu kaya juga Pah!" Tolak Pinkan panjang lebar.

"Pink, dia itu keluarga baik-baik, gak mungkin anaknya kejam, kamu terlalu banyak baca novel gratis sih! Jadi begitu!" Sambung Hardian.

"Coba saja dulu ketemu sama orang nya, siapa tau klop!" Lanjutnya.

"Gimana? Mau yah Pink, soalnya Papah sudah terlanjur bilang mau sama Bas, gak enak kalo tiba-tiba menolak." Jelas Hardian memelas.

Pinkan mendengus sambil berpikir, dan otak encer nya lagi-lagi selalu cepat di gerakkan, gimana kalo situasi ini di jadikan sesuatu untuk memulai rencananya "Boleh deh, tapi dengan syarat!" Pintanya.

"Apa? Uang jajan nambah? Atau belanja? Bilang saja, Papah turuti kali ini!" Sahut Hardian bersemangat.

"Gak perlu, Papah cukup kasih izin Pinkan saja, Pinkan mau cari pengalaman pekerjaan, jadi Pinkan mau cuti kuliah dulu satu semester ini! Gimana?" Pinkan bernegosiasi.

Hardian berkerut kening "Kerja di mana?"

"Di luar kota Pah, Pinkan mau merantau, Pinkan ada tawaran kerja di luar kota, Pinkan mau cari pengalaman, boleh kan Pah?" Tanya Pinkan lagi.

"Kapan memangnya?"

"Minggu depan! Ok Pah, boleh ya Pah, setelah itu, Papah boleh jodohin Pinkan sama siapa aja deh, Pinkan rela." Ucap Pinkan membujuk seraya berpindah duduknya menjadi berdampingan dengan sang Papah.

Hardian mencebik kan bibirnya terdiam menatap putrinya sambil berpikir dan jika di pikir lagi, sepertinya permintaan Pinkan tidak terlalu neko-neko "Ok! Setuju, asalkan kalo nanti Papah suruh pulang kamu harus segera pulang!" Tawarnya.

"Siap!" Pinkan berucap dengan tangan yang memberi hormat pada ayahnya.

"Bagus! Anak Papah memang terbaik!" Hardian mengacak kecil rambut ikal menggemaskan putrinya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di tempat lain, di kediaman keluarga Baskara, keluarga yang terdiri dari lima orang anggota itu tengah berbincang bincang sambil menikmati makan malam bersama nya, terlihat di sekitar meja itu pelayan berjejer, berdiri sigap.

"Jadi Papi setuju, mau melepas tanah Papi yang di desa itu?" Tanya Raka putra pertama Baskara, yang sudah duda beranak satu, berusia tiga puluh tahun, seorang direktur di perusahaan yang masih di pimpin baskara sendiri.

"Hm, tentu saja, Papi tidak enak juga menolak, pas Papi selidiki lebih lanjut, ternyata perusahaan kontraktor itu tempat kerja teman kuliah Papi dulu, si Ian." Jawab Baskara sang CEO terkikik kecil setelah mengucapkan itu.

"Bukanya sayang sayang ya Pi, sepuluh tahun lagi saja, tanah itu akan lebih mahal Pi." Sambung Murat putera kedua Baskara, berusia dua puluh dua tahun, masih kuliah semester delapan.

"Gak papa ding Pi, Eric malah seneng, kalo di situ ada Mall, jadi deket gitu, belanjanya, iya gak Mi?" Sambar Eric putera bungsu keluarga Baskara, berusia enam belas tahun masih SMA kelas dua.

"Iya, jadi gak perlu lagi jauh-jauh, Mami jadi semangat wara wiri belanjanya. Restoran juga pasti bakalan deket dari sini, kalo lagi bosen makan di rumah bisa langsung ke sana, deket." Sahut Irma Nyonya besar di rumah itu, ibu dari ke tiga putera tampannya.

Terlihat antusias mendengar berita akan ada bangunan Mall baru di sekitar desanya, karena meskipun rumahnya megah, besar, luas, mewah, tapi bangunan itu terletak di tengah-tengah lahan persawahan, jauh dari kota, Baskara memang sengaja membuat rumah di tempat yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan.

"Oya, Mami tahu, putrinya Ian itu, cantiknya luar biasa Mi, Papi sempat liat di hape Ian, sepertinya mirip dengan isterinya, Ian tidak seganteng Papi, tapi bisa punya anak perempuan secantik itu." ujar Baskara tersenyum kagum.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

yetiku86

yetiku86

ih papi narsis 🙈

2024-08-19

0

yetiku86

yetiku86

novel gratisan hadir ☝️🤭

2024-08-19

0

Supi

Supi

Pinkan gak tau kalo nama panjang bas itu baskara 🤭 bakalan ketahuan ni samaran ny mau jadi baby sister ny, masak sich Pinkan menikah ny sama mantan suami dari sahabat ny 🤔. lanjut....

2022-12-30

0

lihat semua
Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Tiga
4 Empat
5 Lima
6 Enam
7 Tujuh
8 Delapan
9 Sembilan
10 Sepuluh
11 Gulana
12 Susu
13 Pedas!
14 Berdalih
15 Main sikat!
16 Dilematis
17 Kaget!
18 Darurat!
19 Gundah
20 Mes sum!
21 Gusar!
22 Mati.
23 Memanipulasi.
24 Nyengir.
25 Pinkan!
26 Lepas!
27 Pulang.
28 Semoga terkabul.
29 Gaun.
30 Lunch.
31 Paket.
32 Rindu?
33 Bertemu.
34 TOS!
35 Caiyo!!
36 Pisang
37 Berdamai.
38 Maaf.
39 Burung.
40 Rindu!
41 Pentungan
42 Melamar
43 Cobaan.
44 Konser.
45 Syah!
46 Meledek.
47 Bibit presiden.
48 Beku.
49 Bungsu ganteng.
50 Bandara.
51 Bandara²
52 Hotel.
53 Lari....
54 Wortel.
55 Hujan.
56 Hujan²
57 Problematika.
58 On the way.
59 Syah²
60 Selimut.
61 Sensor.
62 Selesai.
63 S2 Chapter satu.
64 S2/ Chapter dua (Cobaan² Pinkan.)
65 S2/ Chapter tiga (PRT.)
66 S2/ Chapter 4 (Demi Nyai.)
67 S2/ Chapter 5 (Rumah sakit.)
68 S2/ Chapter 6 (Pengakuan.)
69 S2/ Chapter 7 (Meringkus.)
70 S2/ Chapter 8 (Melahirkan.)
71 S2/ Chapter 9 (Pelet, santet.)
72 S2/ Chapter 10 (I LOVE YOU _Pinkan)
73 S2/ Chapter 11 (Cemburu bungsu)
74 S2/ Chapter 12 (Hujan³)
75 S2/ Chapter 13 (Hujan⁴)
76 S2/ Chapter 14 (Sehari saja)
77 S2/Chapter 15 (Perjodohan)
78 S2/Chapter 16 (Ikhlas menerima)
79 S2/Chapter 17 (Ancol)
80 S2/Chapter 18 (Dilema)
81 S2/ Chapter 19 (Melamar)
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Tiga
4
Empat
5
Lima
6
Enam
7
Tujuh
8
Delapan
9
Sembilan
10
Sepuluh
11
Gulana
12
Susu
13
Pedas!
14
Berdalih
15
Main sikat!
16
Dilematis
17
Kaget!
18
Darurat!
19
Gundah
20
Mes sum!
21
Gusar!
22
Mati.
23
Memanipulasi.
24
Nyengir.
25
Pinkan!
26
Lepas!
27
Pulang.
28
Semoga terkabul.
29
Gaun.
30
Lunch.
31
Paket.
32
Rindu?
33
Bertemu.
34
TOS!
35
Caiyo!!
36
Pisang
37
Berdamai.
38
Maaf.
39
Burung.
40
Rindu!
41
Pentungan
42
Melamar
43
Cobaan.
44
Konser.
45
Syah!
46
Meledek.
47
Bibit presiden.
48
Beku.
49
Bungsu ganteng.
50
Bandara.
51
Bandara²
52
Hotel.
53
Lari....
54
Wortel.
55
Hujan.
56
Hujan²
57
Problematika.
58
On the way.
59
Syah²
60
Selimut.
61
Sensor.
62
Selesai.
63
S2 Chapter satu.
64
S2/ Chapter dua (Cobaan² Pinkan.)
65
S2/ Chapter tiga (PRT.)
66
S2/ Chapter 4 (Demi Nyai.)
67
S2/ Chapter 5 (Rumah sakit.)
68
S2/ Chapter 6 (Pengakuan.)
69
S2/ Chapter 7 (Meringkus.)
70
S2/ Chapter 8 (Melahirkan.)
71
S2/ Chapter 9 (Pelet, santet.)
72
S2/ Chapter 10 (I LOVE YOU _Pinkan)
73
S2/ Chapter 11 (Cemburu bungsu)
74
S2/ Chapter 12 (Hujan³)
75
S2/ Chapter 13 (Hujan⁴)
76
S2/ Chapter 14 (Sehari saja)
77
S2/Chapter 15 (Perjodohan)
78
S2/Chapter 16 (Ikhlas menerima)
79
S2/Chapter 17 (Ancol)
80
S2/Chapter 18 (Dilema)
81
S2/ Chapter 19 (Melamar)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!