Chapter 5

Malam itu Rasya kembali lagi kerumah Putri, setelah ia mengecek cafe miliknya, dan mengatakan pada Abdi, temannya yang mengurus cafe, bahwa untuk beberapa hari Putri izin, karena kecelakaan. Rasya pun mengatakan bahwa dialah yang tidak sengaja menabrak Putri.

" Em.. pak eh mas Rasya kok kesini lagi?"

Tanya Putri, dia masih gugup untuk memanggil Rasya dengan panggilan mas.

"Aku cuma mau tau kondisi kamu aja." Rasya memperhatikan wajah Putri, mencari tau apakah gadis itu benar-benar sudah baik-baik saja, bagaimanapun ia bertanggung jawab atas kecelakaan itu.

Kini ia duduk di sofa. "Kamu sudah makan?" tanyanya.

"Sudah mas" Putri nampak gugup ditatap Rasya, jujur dia kagum dengan ketampanan wajah bosnya ini. "Tadi mbak Mawar belanjain saya banyak" katanya

Rasya mengernyitkan keningnya, "Mawar?" tanyanya memastikan. "hemm cewek paku kunti itu bisa ngerti juga" batinnya.

"Mba Mawar belanjain isi kulkas, sampe penuh, mba Mawar tuh baik banget," Putri terlihat sangat kegirangan "Oh iya pak eh mas, saya balikin saja ini." Putri mengeluarkan kartu yang Rasya berikan padanya siang tadi, saya rasa mas Rasya terlalu berlebihan, sudah biayain rumah sakit saya, ini terlalu banyak."

"Nggak usah dikembalikan, pakai untuk keperluan kamu, anggap saja sebagai permintaan maaf aku."

Tak lama hape Rasya bergetar, panggilan masuk "mama"

"Halo Sya, kamu lagi dimana" belum sempat Rasya menjawab mama Ayu sudah bicara lagi

"Sya mama lagi dirumahnya Mawar, kita semua sudah sepakat, bahwa pernikahan kamu dan Mawar akan dipercepat"

"Apa ma.. ? yang bener aja si ma, masa nggak tanya ke Rasya dulu sih?"

"Ngapain tanya ke kamu? besok kamu sama Mawar fiting baju pengantin di butik langganan mama, besok jam sepuluh pagi kamu jemput Mawar kerumahnya" titah mama tanpa bisa dibantah

Rasya m******h membuang nafasnya kasar, mama jika berhubungan dengan Mawar mulai seenaknya, padahal mamanya tak pernah seperti ini, tak pernah memaksakan kehendaknya, Rasya semakin muak saja jika harus mengingat Mawar.

Rasya melirik Putri yang sedang memperhatikannya "cantik" pujinya "Besok kita ambil sepeda kamu, saya sudah perbaikinya, ingat ya kamu masih punya hutang sama aku."

Putri mengerutkan keningnya "Hutang apa ya mas?." tanyanya nampak bingung.

"Menceritakan sejarah sepeda kamu" kerlingnya, ia terkekeh

"Ya ampun kirain apa? aduh itu nggak penting" wajah Putri seperti memanas, bosnya ini membuatnya salah tingkah.

"Aku pulang dulu deh, sudah jam sembilan malam, kamu tidur ya, kalau ada apa-apa langsung hubungi aku.?"

Rasya bangkit, Putri mengantar kepergian Rasya sampai pintu gerbang rumahnya.

"Eh besok kamu aku jemput jam delapan pagi ya,"

Putri mengangguk dengan senyum yang terus merekah.

Apa dia salah mengartikan perhatian atasannya ini? Atau perhatian ini semata-mata demi menebus kesalahan padanya?, Putri menerka-nerka sikap baik Rasya yang menurutnya berlebihan.

* * *

"Tok tok tok"

Rasya mengetuk pintu kamar mamanya

"Ma.. ini Rasya, bisa bicara sebentar nggak ma?." teriaknya dari depan pintu

Ceklek

Mama Rika memyembulkan kepalanya

"Ganggu acara mama aja sih, mau bicara masalah apa memangnya hem?"

"Mama keluar dulu donk, masa ngobrolnya kayak gini, Rasya berasa kayak tukang kredit tau nggak ma?" Mama Rika tertawa, muka melas anaknya ini membuatnya gemas.

"Mau bahas yang tadi, nggak bisa, keputusan mama sudah bulat, kamu secepatnya harus menikah dengan Mawar, kalau kamu menolak, maka cafe-cafe kamu mama tutup, udah ya, mama mau lanjut acara sama papa."

Belum sempat Rasya mengutarakan tujuannya, mama menutup pintu kamarnya.

"Hmm mama ini ada acara apa sih sampai nggak bisa d ganggu."

"Ma.. Rasya kan belum selesai bicara ma, emangnya dimajuin kapan acara pernikahanya?" teriaknya dari depan kamar mama

"DUA MINGGU LAGI" jawab sang mama tak kalah dengan teriakannya.

"Apa?? cepet bngt sih ma" Rasya benar-benar frustasi dengan keputusan mamanya

Lama ia berdiri didepan pintu kamar sang mama, namun tak ada jawaban lagi.

Semakin besar saja rasa benci Rasya kepada Mawar, gara-gara dialah mama memaksanya menikah, cafe yang ia dirikan dari hasil tabungannya sendiri harus terancam tutup jika dia menolak menikah dengan Mawar.

Yah walau keluarganya adalah pengusaha sukses disegala bidang, namun Rasya ingin mendirikan usahanya sendiri, dia memang pewaris tunggal dari Mahardika corp, tapi ia tak mau hanya tinggal menikmati hasil kerja keras kakeknya.

Dia mendirikan cafe yang sekarang dijalankan Abdi sahabatnya, papa mamanya mengizinkan, apapun usaha Rasya, asal ia tak meninggalkan kewajibannya pada perusahaan. Dan ia mampu membuktikan itu, cafenya berkembang pesat, yang sudah memiliki beberapa cabang di Jakarta, Bali, Jogja, Bandung dan beberapa cabang dikota lainnya.

* * *

"Mas saya sudah beberapa hari tidak masuk kerja, apa nggak papa, nanti kalo aku dipecat gimana?"

"Siapa yang bakal mecat kamu, aku dah bilang sama Abdi, kamu izin beberapa hari, kamu lupa siapa pemilik cafe tempat kamu kerja?"

"Tapi aku nggak enak sama karyawan yang lainnya"

"Kenapa mesti mikirin omongan orang lain? sudah nggak usah dipikirin."

Rasya mengacak rambut Putri, mereka sedang diperjalanan menuju rumah Mawar.

Sesampainya dirumah Mawar pun Rasya tak turun dari mobilnya, enggan sekali dia bersikap manis pada Mawar, rasa tidak sukanya semakin membumbung tinggi, tatkal Mawar bukanya membuat perjodohan ini batal, malah menyetujui jika pernikahan mereka dipercepat.

Rasya tak suka dijodohkan-jodohkan, diusianya yang sudah cukup matang, orang tuanya tak pernah menuntutnya untuk cepat-cepat menikah, namun setelah mengenal Mawar, mama justru memaksakan segala kehendaknya pada Rasya.

Dia yang gila kerja, tak pernah memikirkan pasangan hidup, mengingat janjinya pada seseorang, walau ia tak bisa menepati, setidaknya dia tak menghianati, dengan menikah pada wanita lain.

Mawar keluar setelah mendapat pesan dari Rasya, bahwa ia sudah sampai.

Mawar menghampiri mobil itu, dan membuka pintu penumpang disebelah kemudi.

"Hai mba" sapa Putri yang tersenyum manis

Mawar benar-benar terkejut, Rasya sudah melewati batasnya.

Diliriknya Rasya yang tak peduli dengannya, laki-laki itu tak melihat kearahnya sama sekali.

Sabar... kata kramat itulah yang harus ia lakukan.

"Hai Put, maaf aku nggak tahu ada kamu." Tetap tersenyum walau hatinya cukup kesal dengan tindakan Rasya

"Nggak papa mba, aku pindah kebelakang aja." Putri yang hendak turun pun ditahan Rasya.

"Kamu tetap disini, biar dia aja duduk dibelakang." Menyebut kata dia untuk tunangannya sendiri

Mawar mengepalkan tangannya, menahan gejolak hati yang terasa menyakitkan, tatkala melihat tangan Rasya menggenggam tangan Putri. Ia menarik nafas dalam, agar tak tersulut emosi.

Sabar... lagi-lagi kata kramat itu menjadi kata menyebalkan yang harus menjadi teman untuknya. Mawar pun mengalah ia akhirnya duduk di kursi belakang.

Sesampainya dibutik, Rasya tak mengizinkan Putri ikut masuk, ia meminta Putri tetap berada di dalam mobil, hal itu ia lakukan agar pihak butik dan Putri tak curiga.

"Selamat pagi." sapa Mawar saat memasuki butik

"Ehh calon pengantin sudah sampai"Sapa seorang wanita yang merupakan pemilik butik langganan mama Rika. "Hai ganteng, kamu terlihat semakin tampan loh, aura pengantinnya semakin terpancar". Ujarnya pada Rasya

"Terima kasih tante" sahut Rasya

"Harusnya pernikahan kalian enam bulan lagi kan? kamu udah nggak sabar ya, makanya dipercepat" celotehnya lagi, membuat Mawar tak nyaman, andai wanita ini tau yang sebenarnya, bahwa ini bukanlah keinginan mereka.

"Ya gitulah tante" dustanya

Pandai sekali dia berakting. Pantas saja Putri tak ia izinkan turun. Batin Mawar

"Pinter kamu cari istri ya, pantes udah nggak tahan, cantiknya kayak gini, coba aja anak tante blm menikah, kamu pasti tante jodohin sama anak tante, heemm, kamu pasti cocok dengan gaun yang sudah tante siapkan, ayo ikut tante," ajaknya pada Mawar

"Raya... kamu ambil jas Rasya yang ibu siapkan semalam ya," perintahnya pada sang karyawan. "Kamu cobain dulu ya jas kamu, mama mu sudah menyiapkan semua, walau pernikahan kalian masih lama, tapi tante yakin, pasti kalian berubah pikiran, ternyata insting tante nggak salah, kalian malah mempercepat dari dugaan tante, takut ya direbut orang?." godanya pada Rasya

Wanita lalu meninggalkan Rasya, ia menemani Mawar mencoba kebaya rancangannya

Mata wanita berbinar tatkala melihat Mawar yang sedang mencoba kebayanya "Luar biasa, perfect" pujinya "Rasya pasti langsung ajak kekamar nih abis ijab qobul, pantes resepsinya ditunda" akunya, padahal Mawar sendiri tak tak tahu menahu tentang acara pernikahannya, ia hanya mengikuti apa yang sudah dirancang oleh mamanya Rasya, "Kamu wanita satu-satunya yang berhasil meluluhkan hati Rasya, dia nggak pernah jatuh hati sama wanita loh, tante tuh nggak pernah liat dia deket atau jalan sama cewe, kerjaannya kerjaaa terus" Wanita menggelengkan kepalanya, "Tante sempat mikir juga kalau dia jeruk makan jeruk, eh" dia menutup mulutnya, beralih merapikan kebaya yang Mawar kenakan, kebaya putih sederhana khas Sunda, dengan beberapa warovski yang menempel dibagian depan, dan leher.

"Kamu mau menunjukkan sama Rasya?" tawarnya pada Mawar

"Nggak usah Tante, biar nanti jadi kejutan aja" tolaknya, Mawar yakin Rasya juga tak akan peduli dengan hal ini.

"Hmm manisnya, tante jadi mau muda lagi." Mawar hanya menanggapi dengan tersenyum kecut.

Mawar keluar di ruang ganti, ia tak menemukan Rasya disana.

"Mba masnya tadi bilang, kalau dia menunggu dimobil." ucap pegawai butik itu.

"Oh iya terima kasih."

Mawar sudah menebaknya, Rasya tak mungkin meninggalkan Putri sendiri.

Lagi-lagi dia harus menahan sakit yang teramat, apalagi mengingat kata-kata Rasya saat diperjalanan tadi

"Mba Mawar terima kasih ya, sudah mau menemani ambil sepeda Putri" ucap Putri yang tak tahu ikutnya Mawar, Rasya tak memberi tahunya perihal mereka yang ingin fiting baju pengantinnya.

"Hah!" Mawar membeo akan pernyataan Putri untuknya

"Dia mau nikah, tapi nasibnya tak beruntung, laki-laki yang mau jadi suaminya nggak mau nikah sama dia, makanya dia minta aku yang mengantarkannya ke butik untuk fitting baju pengantinnya," Rasya yang menjawab, seolah-olah itu kebenarannya, memang benar, tapi laki-laki itu ialah sendiri.

"Eh kok bisa?." Putri tak menyangka jika nasib Mawar tak beruntung perihal jodoh.

"Iyalah mana ada cowok yang mau sama dia."

Putri mengira jika ucapan Rasya hanyalah candaan sesama sepupu.

"Ih mas Rasya nggak boleh ngomong gitu," ia mendorong bahu Rasya "Aku yang perempuan aja kagum sama kecantikan mba Mawar, apalagi cowok mas, sekali liat mba Mawar pasti langsung jatuh cinta."

"Kami dijodohkan." sela Mawar

Hening...

Rasya tegang, ia takut Mawar jujur terhadap hubungan mereka pada Putri

.

.

.

.

.

.

.

*Gimana?? apa Mawar bakal jujur..?

Jangan lupa tinggalin jejaknya ya, biar semangat up nya.. cukup like dan komen, bila perlu tabur bunganya.. biar Mawarnya nggak layu*

Terpopuler

Comments

Narni Dilla

Narni Dilla

semoga kesabaran mawar berbuah manis

2024-05-21

0

chaaa

chaaa

gak usah jujur Mawar..liat aja sampe sejauh mana Rasya memainkan peran nya..setelah kesabaran mu habis, tinggalkan...

2023-01-25

0

Arin

Arin

sy kok kpngin bngt ya getok kpla Rasya pke palu

2022-05-22

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!