"Hei paku kuntil anak." panggil Rasya pada Mawar yang sedang tertidur di bangku kayu panjang bercat putih didepan ruang tunggu.
Mawarpun sontak terbangun, terkejut atas suara Rasya,ia membenarkan duduknya, matanya sedikit memerah karena mengantuk, mencoba mengumpulkan sedikt nyawanya yang sudah berkelana.
"Bisa gak sih bangunin dengan cara lembut?" ujar Mawar kesal
"Itu udah paling lembut, buat cewek kaku kayak kamu" bersedekap menyenderkan badan pada tiang pintu yang tertutup dengan kaki disilangkan "Mending pulang gih dari pada disini, nggak berguna juga."
Mawar menoleh dengan mata mendelik"Biar aku nggak berguna, tapi setidaknya nggak akan membuat orang lain mati karena kata-kata tajam dari mulut berbisa kayak kamu." mengayunkan kaki membuka pintu, dimana seorang pasien yang masih terlelap dengan kepala telah dibalut perban. Ia sedikit lega setelah dokter yang memeriksa, mengatakan bahwa pasien tidak mengalami luka parah.
"Kalau kamu nggak ada keperluan lagi disini mending pulang, aku bisa menjaganya sendiri, lagian sebentar lagi David akan sampai." ujar Mawar tanpa menoleh
"Kenapa jadi kamu yang ngatur? disini aku yang berhak menentukan." Sifat angkuh Rasya mulai terlihat
"Jika dia bangun, tapi ada kamu, dia akan mati keracunan karena mulut berbisamu," ucap Mawar tak mau kalah
"Aku lebih akan bersifat manusiawi dengan orang lain, mungkin dia nggak sekaku kamu. dari mukanya menunjukkan, dia gadis yang manis, sudah pasti dia akan lebih enak diajak ngomong apalagi dijadikan istri," ujar Rasya penuh penekanan diakhir ucapannya, Rasya sudah berdiri didekat brankar
Ngilu, itulah yang Mawar rasakan saat Rasya mengatakan jika dia tak layak untuk menjadi istri dari pewaris tunggal Mahardika corp itu.
Dia sendiri tak memahami apa yang dia rasakan, benci saat Rasya berkata ketus padanya, tapi nyaman saat berada disisi laki-laki itu.
"Pulanglah, ganti pakaianmu, aku nggak bisa bernafas karena pencemaran udara." perintah Rasya lagi. Ia menduduki sofa diruangan perawatan itu
Mawar melangkah keluar, ia memilih mengalah. Tak akan menang jika dia terus beradu mulut pada pria dengan mulut berbisa ini.
"Loh pak David udah sampe.?"Tanyanya pada pria berstelan jas rapi itu yang berdiri didepan ruang ICU tersebut
"Nona baiknya kamu pulang, kamu terlihat kelelahan." lihat David wajah lelah Mawar, wanita itu bahkan masih mengenakan kebaya.
"Aku nggak bisa ninggalin gadis itu sendiri pak" lirihnya, berjalan kembali duduk dibangku tunggu
"Aku akan mengurus semuanya"
"Apa lebih baik aku pulang.?" tolehnya pada David yang masih berdiri
"Iya, besok kita kembali pagi-pagi." David memberi solusi
Mawar mengangguk sebagai jawaban.
Ada hati yang mengganjal saat ia harus meninggalkan Rasya hanya berdua dengan wanita lain, rasa tak rela, dan seperti mempunyai firasat tak biasa yang sulit dia artikan.
Didalam mobil
"Apa orang rumah ada yang tau kejadian ini pak,?" tanya mawar pada David yang fokus pada kemudi
"Belum"
"Huff"Mawar menarik nafasnya panjang.
"Jangan khawatir, Ibu non takkan marah, karena kejadian, ini nona bersama tuan Rasya" David seakan tahu keresahan yang Mawar rasakan
"Ibu juga tak akan peduli ap yang terjadi padaku pak" Mata itu nampak berkaca-kaca. Mawar menyandarkan kepalanya di jendela mobil.
* * *
Suara langkah kaki berderap, beradu dengan lantai. Matahari sudah berani menampakkan wajahnya, siap memberikan sinar bagi setiap makhluk hidup dibumi. Namun hal itu tak mengganggu pria yang tidur meringkuk di sofa.
Gadis cantik yang kepalanya masih terbalut perban tak berani membangunkannya. Sudah dua jam dia terjaga, susterpun sudah memeriksa keadaannya.
Ia ingat kejadian semalam, saat pulang dari cafe tempatnya bekerja, tiba-tiba saja mobil hilang kendali menghantamnya dari belakang, setelah ia terbangun ia sudah berada di ruangan serba putih ini.
Ia mengamati wajah damai pria yang masih terlelap itu, sempurna pujinya penuh kekaguman.
"Enak kan dapat pemandangan indah pagi hari?" gadis itu tergagap, ia ketahuan telah mencuri pandang pria itu. Rasya bangun, meregangkan otot yang terasa kaku karena tidur ditempat yang tidak nyaman"Gimana keadaanmu?" tanyanya mendekat pada tempat tidur.
"Udah gak papa, tadi juga suster bilang, nanti siang aku udah boleh pulang" jawabnya tersenyum. Ia ingin bertanya tapi ia urungkan
"Syukurlah, kamu mau sarapan apa? atau pengen apa? nanti aku belikan"
"Tidak usah tadi aku udah sarapan" tunjuknya pada mangkuk kosong dinakas sebelahnya.
Rasya melirik jam mewah yang melingkar ditangannya.
"Baiklah aku keluar sebentar." tangannya tanpa sadar mengacak rambut gadis bertubuh mungil itu.
Tak lama Rasya sudah kembali membawa jinjingan plastik berisi buah-buahan segar, ia membelinya pada pedagang didepan rumah sakit, dan dua buah sterofoam berisi bubur ayam untuknya sarapan dan satunya lagi untuk wanita yang tak sengaja ia tabrak semalam.
Sebenarnya Rasya ingin meminta maaf, tapi lebih baik setelah sarapan baru ia akan meminta maaf dan menjelaskan semua. Rasya membuka jas yang ia kenakan, masih sama dengan jas yang ia gunakan juga untuk acara pertunangannya, menyampirkannya pada sandaran sofa.
"Mau aku suapin?" tanyanya pada wanita cantik bertubuh mungil itu
"Nngak usah, aku bisa sendiri"ambilnya sterofoam dari tangan Rasya, namun ditepis oleh Rasya
"Eits tangan kamu aja masih di infus gitu, udah aku suapin aja" "Aaaa" pintanya pada gadis itu untuk membuka mulut
Gadis itu bersemu malu, tak ayal iapun membuka mulutnya, menerima suapan dari Rasya
Rasya gemas dengan gadis didepannya"Aku jamin, kamu pasti merasakan ini bubur ayam terenak yang pernah kamu makan?" menaik turunkan kedua alisnya
"Ehh kenapa emang?"
"Ya karena aku yang nyuapin"
"Hahaha" gadis itu tertawa lepas, menganggukkan kepalanya setuju
"Bener kan lebih enak?"
"Iya iya aku akui" ia menutup mulutnya menahan tawa.
Rasya berdehem mengatur suaranya
"Maaf semalam aku gak sengaja nabrak kamu"akunya penuh penyesalan, Rasya menundukkan kepalanya
"Hmm gak papa, gak mungkin jugakan kamu sengaja? lagian aku juga gak kenapa-napa, mungkin aku juga yang teledor, oh ya kenalin namaku Putri" gadis itu mengulurkan tangannya
"Aku Rasya, kamu tenang aja aku bakal bertanggung jawab, sepeda kamu juga akan aku ganti yang baru"
"Hah.. sepeda baru?" lirihnya namun masih dapat didengar Rasya
"Kenapa? gak mau sepeda baru? apa mau ganti motor aja?"
"Ehh jangan, jangan"Putri mengibaskan kedua tangannya "Bukan itu maksudku, itu sepeda berharga buatku, nggak mungkin aku ganti yang lain"
Rasya terkekeh "Yaudah nanti kita perbaiki bersama, aku harus tau sejarah sepeda pink itu"
Mereka tertawa bersama, sampai Rasya menghabiskan bubur ayam miliknya.
* * *
Ditempat lain.
Suhu dirumah utama keluarga Pradipta yang mewah ini tak pernah berubah. Hawa dingin seakan menjadi teman dan hal lumrah untuk para penghuninya. Hanya terdengar dentingan suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring.
Rutinitas sarapan bersama dimeja panjang dengan hidangan mewah, namun tak mencerminkan keluarga hangat nan harmonis.
Mereka nampak khusuk menikmati makanan mereka. Tak ada cerita tentang kegiatan sehari-hari, tak ada tanya, kegiatan apa yang akan dilakukan? Tapi itu tidak berlaku untuk semua penghuni rumah itu. Itu hanya berlaku untuk Mawar.
Hanya dia yang selama dua puluh lima tahun tinggal disini bagai orang bodoh yang tak dianggap keberadaannya.
Rumah mewah ini menjadikan Mawar gadis yang pendiam, tak punya teman, susah bergaul, merasa tak berguna oleh orang lain, termasuk keluarganya sendiri.
Ia hanya tahu keluarganya pengusaha kaya, tak pernah tahu apa saja usaha mereka. Iapun tidak pernah mengecap sekolah d sekolah formal, ia home schooling sejak dia sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Ketika adik laki-lakinya wisuda diluar negeripun ia tak ikut serta, apapun acara keluarga, baik itu liburan didalam atau luar negeri ia tak pernah ikut.
Sedih? jangan ditanya, bahkan untuk menangispun rasanya ia sudah tak bisa.
Ingin rasanya ia bertanya, siapa sebenarnya dia? siapa yang bisa ia tanyakan? Bahkan kemana ia pergipun selalu diikuti orang kepercayaan keluarganya.
Hingga suatu malam, keluarganya mengundang keluarga Rasya untuk makan malam, sebagai ungkapan terima kasih atas kerja sama yang ditawarkan keluarga Rasya.
Mawar yang tak sengaja baru pulang dari toko bukupun bertemu dengan mama Rika, mamanya Rasya, untuk pertama kalinya dia diperkenalkan sebagai anak perempuan satu-satunya di rumah ini.
Disitulah mama Rika sangat antusias menjodohkan Mawar dengan Rasya, dengan jaminan kerja sama dengan harga dua kali lipat. Tentu saja hal itu dimanfaatkan ibu Vivi, ibunya Mawar.
"Sayang hari ini kamu harus ikut mama ke kantor papa ya, sudah waktunya kamu mempelajari tentang perusahaan, mumpung papa masih sehat, masih bisa mendampingi kamu buat belajar tentang perusahaan" Bukan, ini bukan ajakan untuk Mawar, tapi untuk Marvin adiknya yang satu tahun lebih muda dari Mawar
"Nanti ma, Marvinkan baru dua bulan pulang, Marvin mau puas-puasin dulu nongkrong sama temen, lagian otak Marvin belum sembuh dari tugas-tugas kuliah, masak harus dipaksa mikir lagi, yang ada rambut Marvin cepat ubanan nanti." jawab Marvin santai, seraya menenggak s**u putihnya hingga tandas
Ayah Mario hanya geleng kepala mendengar jawaban putra bungsunya itu. Ia tak pernah memarahinya, apapun yang Marvin lakukan.
"Papatuh harus marahin Marvin, sekali-kali pa, dia harus cepat bergabung ke perusahaan,biar gak main terus kerjaannya"
Mawar berdiri mendorong kursinya, ia tak mau lagi menjadi orang bodoh, hanya menjadi pendengar, selalu hanya menjadi pendengar tanpa dianggap keberadaannya.
"Mawar, kamu mau bertemu Rasyakan.?"
Pertanyaan mama Vivi menghentikan langkah Mawar, ia tersenyum, hatinya mengharu, mama Vivi mau berbicara dengannya, walau Rasyalah penyebabnya.
"Ibu gak mau, karena kebodohan kamu, Rasya berpaling pada gadis miskin yang menjadi korban kalian semalam"
Degh
Mawar melihat kearah David, pengawal sekaligus supir barunya, yang baru setahun menggantikan supirnya yang lama, karena harus kembali kekampung dikarenakan istrinya mengalami stroke.
"Iya." jawabnya singkat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Almiraaa Nasution
Rasya nanti kamu bucin loh🤣🤣
2022-04-18
0
Andayani Ahmat
kok ak merasa ad kejanggalan ya dlm keluarga nya mawar,, apakah mawar itu ank saudara nya mama nya mawar atau mawar itu ank angkt nya mama nya Marvin??! yng di adopsi dri panti asuhan,,???!!!
2022-02-23
0
Asmi Aditya
Semangat Mawar
2021-12-14
1