Chapter 3

Terkadang mawar tak mengerti kenapa dia tak pernah beruntung. Ia berharap jika ia tak mendapatkan kasih sayang dari keluarganya, setidaknya ada seseorang diluar sana yang dapat mengharapkan kehadirannya, mendengar keluh kesahnya, menjadikan ia sebagai teman cerita, atau layaknya seseorang yang berharga untuk orang lain.

Mawar mengayunkan langkah, menyusuri lorong rumah sakit. Dia berhenti dikamar yang ditempati pasien yang menjadi korban kecelakaannya semalam. Mawar tak lantas masuk, ia berdiri didepan pintu yang sedikit terbuka, menyaksikan dua orang yang saling melempar canda tawa.

Ia tersenyum miris, setragis inikah nasibnya?

Rasya begitu ramah pada wanita itu, ia yang menjadi tunangannya saja belum pernah Rasya memperlakukannya selembut itu.

Mawar menunduk, memejamkan mata. Menimbang akankah dia masuk atau memilih pergi. Bayangan di mana sang ibu selalu mengusirnya jika ia ingin bergabung sekedar menonton televisi atau jika ibu sedang bercanda bersama dengan papa dan Marvin.

"Jika kamu mau memanggil aku dengan sebutan mama, kamu harus membuat Rasya jatuh cinta padamu!." Ancam ibu vivi tadi pagi

Manarik nafas panjang, Mawar bertekad dia akan mengikuti apa kata ibunya.

"Assalamualaikum" sapa Mawar

Rasya dan Putri serentak menoleh ke sumber suara. "Wa'alaikumsalam," jawab keduanya serempak

"Hai.. selamat pagi, gimana keadaan kamu?." Mawar menghampiri Putri

"Alhamdulillah aku sudah baikan." Jawab Putri tersenyum ramah, ia lalu menatap kearah Rasya, seakan bertanya, Rasya yang tahu maksud dari tatapan Putripun menjawab

"Dia Mawar, saudara sepupuku" Jawabnya santai tanpa melihat Mawar

Apa..?sepupu? apa maksud kamu Rasya?.

Baru semelam kita bertunangan, belum 1x 24jam

Mawar seakan tak sanggup menopang kakinya lagi, ia sedikit oleng, namun kewarasannya masih mengatakan dia tak boleh lemah dihadapan siapapun.

Baik aku ikuti kemauanmu Rasya. Sebatas mana kegigihanmu menolak perjodohan ini. Oke kumulai peran Antagonisku

Mawar tersenyum"Maaf semalam kami tidak sengaja menabrakmu."

"Nggak papa mba Mawar, lagian sekarang saya sudah baikan kok, nanti siang juga udah boleh pulang," ujar Putri

"Oh ya..? really " antusias Mawar "Aku ikut senang, oh ya apa keluarga kamu sudah tahu.?

Putri tersenyum "Aku yatim piatu, mba"

"Maaf." Mawar merasa tak enak hati, ternyata nasib Putri tak seberuntung dia, digenggamnya tangan gadis cantik itu "Mulai sekarang kita bisa jadi teman, anggap saja aku kakak kamu oke" Mawar mengangkat jari kelingkingnya, dan disambut oleh Putri, mereka menautkan jari kelingkingnya seraya tertawa

Rasya yang sedari tadi memperhatikan keduanyapun kagum pada sosok Putri, rasa bersalahnya pada Mawar atas pengakuannya menguap begitu saja. Oke katakan saja saat ini dia kejam

"Terima kasih mba, kalian semua orang baik." Putri melirik Mawar dan Rasya bergantian

"Eh, kamu gak papa kan dari tadi d temenin dia?." tunjuk Mawar Rasya yang masih duduk di sofa

"Aku kan dah bilang, aku kayak gitu cuma sama kamu, cewek kaku" Rasya tak terima atas tuduhan Mawar padanya.

Mawar tak mengindahkan itu"Bener kan dia gak ngomong kasar sama kamu,? kasih tau aku kalo ada omongan dia yang bikin kamu sakit hati, dia emang kayak gitu ngomongnya suka nyakitin orang." sindirnya lagi

Putri terkekeh melihat pertengkaran dua sepupu yang ia tahu itu "Kalian lucu ya, aku iri sama kalian berdua."

"Aku justru nggak mau punya sepupu kayak dia, bikin naik darah" Kamu gak tau, dia tunangan aku, aku yang iri denganmu, dia bahkan sangat baik padamu, Mawar tertawa miris

Rasya merasa tertampar dengan ungkapan Mawar

Tak terasa waktu sudah beranjak siang, dokter datang bersama seorang perawat, memberi resep dan mengatakan bahwa putri sudah boleh pulang.

Mereka pun bersiap-siap untuk pulang.

Rasya mengendarai mobilnya bersama Putri yang ikut serta dengannya, sedang Mawar mengalah, ia bersama David.

Mereka berhenti didepan rumah tua, rumah bercat putih yang sudah memudar, bahkan warnanya cenderung kekuningan. Disisi kiri kanan rumah itu berdiri rumah mewah, hanya rumah Putri yang nampak masih asri, didepannya ada pohon jambu biji yang rindang, dibawahnya banyak daun kuning yang nampak berguguran dengan buah yang berjatuhan karena tak pernah ada yang mengambil, mungkin.

"Silahkan masuk mba, mas." Putri membuka pagar besi berkarat itu, saat d bukapun menimbulkan suara. Rasya ingin Putri memanggilnya dengan sebutan itu.

Mas..

Semudah itu Rasya kamu menerima Putri? sebisa mungkin Mawar menahan perih di hatinya.

"Kamu tinggal sendiri?," tanya Rasya yang menunggu Putri membuka kunci rumahnya.

"Iya mas, ini satu-satunya peninggalan orang tua aku" mereka memasuki rumah Putri, tak ada perabotan berarti apapun, hanya ada satu sofa panjang berwarna cokelat, yang sebagian banyak yang sudah robek, dan mengelupas, dan satu meja kaca . Didepannya ada televisi yang bermodel tabung. "Silahkan duduk, maaf keadaan rumah aku kayak gini"

"Santai aja Put" Mawar memperhatikan rumah yang nampaknya bocor itu, terlihat dari warna vlapon yang kecoklatan membentuk banyak peta dunia disana.

"Aku buatin minum dulu ya." Putri hendak melangkah kebelakang

"Nggak usah Put, kamu duduk aja disini, biar aku yang buatin" Mawar menuntun Putri duduk d sofa

"Jangan mba, nggak sopan masa tamu buatin minumnya.

"Biarin Put, biar hidupnya nggak mubazir, kamu gak tau kan dia gak bisa apa-apa.?" Jawab Rasya, ia seakan tahu betul keadaan hidup Mawar, padahal ia tak tahu yang sesungguhnya terjadi dalam kehidupan tunangannya itu. Untuk saat ini Rasya berusaha keras akan takdir mereka tak berjodoh.

"Mulut kamu mubazir ya kalau nggak ngehina aku sehari aja, lagian jangan sok akrab, sok tau kehidupan aku." Mawar nampak kesal sekali, ai berlalu menuju dapur Putri.

Mawar nampak menimang, akan buat minuman apa dia, didapur Putri tak ada apa-apa. Membuka kulkas seperti kehidupannya, kosong.

Hanya ada satu teko berisi air putih diatas meja. Mawar menghela nafas, benar kata ibunya, Mawar harus banyak bersyukur, setidaknya ibunya memberikan kehidupan yang layak. Walau mawar berjuang untuk mendapatkan kasih sayang ibunya.

Akhirnya Mawar keluar hanya membawa air putih, sebab tak ada gula ataupun teh untuk dia seduh.

"Benerkan kata aku, dia gak bisa apa-apa" Lihat Rasya hanya air putih yang Mawar bawa.

"Mba Mawar pasti bingung kan? emang g ada apa-apa mas di dapur," Putri terkekeh "Maaf ya mba merepotkan"

"Santai aja, yaudah kamu istirahat ayo aku antar kamu kekamar"

"Gak usah mba, lagian aku kan bisa jalan, mba Mawar berlebihan."

"Kamu harus banyak istirahat" sela Rasya "Aku pulang dulu ya, ingat jangan kerja dulu, kalo kamu sampe kerja aku bakal pecat kamu." Ancamnya, Rasya juga mulai gerah, karena dari semalam ia belum pulang, masih mengenakan kemeja putih yang ia kenakan diacara pertunangannya.

"Ihh si Bapak udah berani ngancem ya, siap pak, saya akan tururi perintah Bapak." Putri menangkupkan kedua tangannya. Ia dan Rasya tertawa "Terima kasih mas Rasya, udah banyak bantu saya, dari semalam jagain saya juga."

"Itu udah tanggung jawabku, kamu beginikan karena aku juga, walau sebenarnya ada orang yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini."

Diliriknya Mawar yang menunduk, Mawar menyadari itu memang kesalahannya.

Sebelum pergi Rasya memberikan kartu tak terbatas pada Putri, walau Putri menolaknya, yah Rasya memaksa dan mengancam dengan kekuasaannya sebagai pemilik cafe tempat Putri bekerja.

Sepeninggal Rasya Mawar, tetap menemani Putri, iapun memerintah David untuk membelikan banyak keperluan Putri. Mengisi penuh kulkas.

Putri mengharu, ia begitu bahagianya, kecelakaan ini memberikan banyak keberkahan untuknya.

* * *

"Ckckck yang abis tunangan, kemana aja kamu semalaman gak pulang"

Mama Rika mengagetkan Rasya

"Mama kayak hantu ngagetin aja." Rasya menghampiri mamanya yang duduk di sofa.

"Ada hantu secantik mama gini hah.?"

"Ada nih mama"

"Kalo mama kayak hantu mana ada anaknya seganteng ini"

"Iya juga ya." Rasya nyengir "Rasya kekamar dulu ya ma, udah nggak enak banget ini, dari lahir belum ganti baju"

"Kamu belum jawab pertanyaan mama, dari mana kamu semalaman, mama telpon juga no kamu gak aktif, kamu nggak ngapa-ngapain Mawar kan?."

"Ya ampun ma, calon mantu mama itu nggak diapa-apain kok, lagian cewek kaku kayak dia mana bisa diapa-apain"

"Mama tuh nggak salah milihin kamu istri, mama yakin pasti kamu sujud syukur kalau udah mengenal Mawar."

"Iya iya deh, mama tuh baru ketemu Mawar sekali loh ma, belum taukan dia anaknya kayak gimana? tapi mama ngebet banget Rasya nikahin dia, cewek yang nggak bisa apa-apa. Mama mau, Rasya makan diluar terus kalo udah nikah sama dia? Rasya nggak suka cewek manja."

Mama Rika menarik nafas "Tapi mama sangat tau Mawar luar dalam" ditatapnya anak semata wayangnya itu "Mama minta sama kamu, jangan pernah sakiti dia sayang, seiring berjalannya waktu kamu akan tahu siapa Mawar yang sebenarnya, jadi mama mohon, kamu bisa nerima Mawar ya nak? dan satu lagi, kamu tahu mama nggak pernah masak buat papa, malah papa melarang keras mama buat masak, kita bisa memakai jasa Art, jaman sekarang, jangan menganggap istri itu pembantu, kamu harus perlakukan mereka bagai bak ratu dirumahmu. Contoh papamu, nngak pernah nuntut apa-apa dari mama"

Rasya benar-benar tak suka melihat mamanya seperti ini "Tapi Rasya sama sekali gak mencintai Mawar ma, mana bisa mama maksa Rasya buat nikahin dia?"

"Cinta akan tumbuh dengan sendirinya, setelah menikah kalian akan mengenal satu sama lain."

Mama Rika terus menyakinkan anaknya, entah Rasya tak tahu apa yang tejadi?, mamanya selalu mengatakan, jika dia akan tahu Mawar yang sebenarnya.

"Sebenarnya apa sih yang mama sembunyiin tentang Mawar, kenapa harus Rasya menikahi dia?" Ia memicingkan mata, mencari hal yang mungkin mamanya sembunyikan darinya.

"Kamu mau tahu? nikahi dulu Mawar, baru kamu akan tau semuanya."

Ahh tak ada ujungnya jika dia terus membahas tentang Mawar pada mamanya, Rasya memilih kekamar membersihkan diri, dan berniat akan mengunjungi rumah Putri lagi, entah mengapa ia mendapat ide untuk membatalkan pernikahan mereka.

* * *

Drett drett

Getar ponsel menandakan ada pesan masuk, tangan lentik yang nempak sangat terawat itu mengeser layar miliknya, membuka aplikasi berwarna hijau, nampak banyak kiriman foto yang menampilkan kegiatan Mawar seharian ini.

Orang suruhannya benar-benar bisa diandalkan. Ia tersenyum "Bersabarlah sayang, kita akan segera bersama, kamu pasti akan tahu yang sebenarnya." Dipeluknya ponsel itu, tak sabar menunggu hari yang ia nantikan.

*

*

*

Terimakasih yang udah mau bersedia mampir dikarya aku, semoga kalian suka. Yang udah baca jangan lupa like komen dan hadiahnya ya, gak maksa kok, kalian udah mampir dikarya rahan ini saya sudah sangat berterimakasih 🙏🙏 hehe bagi yang kasih vote juga gak papa,

Terpopuler

Comments

Fita Septya

Fita Septya

tuh mulut apa cabe pedes amat si rasya

2023-05-17

0

munia moemoen

munia moemoen

baru mampir semoga menyenangkan ceritanya

2022-06-13

0

Almiraaa Nasution

Almiraaa Nasution

Suka thor karyanya, nggak berbelit-belit

2022-04-18

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!