"Mama" suara Ilham yang memanggil Shinta menyadarkannya dari kenangan masa lalu.
"Mama di kamar sayang" jawab Shinta.
Ilham yang mendengar jawaban mamanya, langsung menuju kamar utama di kediaman Reyhan, diikuti Raka dibelakangnya.
"Mama..." kedua anak itu bersamaan memanggil Shinta dan memeluknya.
"Jagoan-jagoan mama udah pulang, belajar apa tadi di sekolah?"
"Bernyanyi ma" jawab Raka riang. "Sambil bermain juga ma. Abang diajarin bu guru main wayang golek" jawab Ilham.
"Aa' Raka juga main wayang golek, berdua Mas Revan. Kak Zola berdua Uda Awan, kalau Bang Ilham sama anak perempuan ma" cerita Raka dengan bahasa anak-anak usia tiga tahun yang bicaranya belum sempurna, membuat Shinta tertawa.
"Tidak apa-apakan ma, kasihan soalnya tidak ada yang mau main sama Vivi. Itu juga bu guru yang suruh" jawab Ilham.
"Iya, tidak apa-apa. Semua murid disekolah kan teman Abang Ilham" jawab Shinta, membuat Ilham mengangguk mengerti. "Ayo kita keluar, kasihan Mommy sendirian" Kedua anak itu mengikuti mama mereka keluar kamar.
Keduanya melihat Mommy Nayla sedang sibuk bicara dengan seeorang. "Mommy" suara Raka mengagetkan Nayla. "Daddy" jawab Nayla lalu memberikan ponselnya pada Raka.
"Kenapa Sandy?" tanya Shinta.
"Nay tadi pamit, kalau mau nampir ke tempat teteh sambil mengaantar Ilham"
"Terus" goda Shinta.
"Teteh tahu sendiri, Hans seperti apa? apa lagi keadaan Nay yang lagi berbadan dua kayak gini"
Shinta tertawa, Sandy sangat posesif dengan Nayla akhir-akhir ini, tepatnya sejak Nayla dinyatakan hamil anak kedua. Hal sekecil apapun tidak luput dari perhatian Sandy. Semua yang terjadi harus dilaporkan padanya, membuat Nayla merasa seperti orang yang selalu dicurigai.
Tidak sekali-duakali hal tersebut membuat Nayla marah dan tidak mau bicara dengan Sandy. Saat seperti itu Sandy baru akan menyadari sifat posesifnya yang berlebihan, dia akan kembali seperti Sandy yang biasanya. Tapi itu tidak lama, rasa khawatir pada keselamatan Nayla akan kembali membuatnya posesif.
Pada akhirnya Nayla lah yang mengalah, suaminya seperti itu karena bawaan bayi yang dikandungnya.
"Kamu harusnya bersyukur, Sandy selalu memperhatikan kamu" ucap Shinta yang mendapat anggukan dari Nayla. Tapi Nayla bisa melihat kalau wajah Shinta menunjukkan kesedihan dengan kata-katanya.
"Teh, positive thinking oke! Percaya sama cinta Bang Rey, ingat ada Ilham, apapun yang terjadi lakukan demi Ilham"
Shinta mengangguk menyetujui ucapan Nayla. Kenapa dia harus takut? Reyhan selama ini selalu menyayanginya, mau melakukan apa pun untuknya dan Ilham. Jadi dia harus meyakinkan dirinya, kalau dia dan Ilham segalanya bagi Reyhan. "You are everything" bahkan Reyhan pernah dan sering mengucapkan itu.
"Teh, jangan buat Bang Rey kecewa dengan sikap murung teteh, tunjukkan padanya, kalau teteh yang terbaik, teteh selalu ada untuknya, teteh satu-satunya wanita yang mampu mejadi istri Bang Rey" semangat yang diberikan Nayla untuk teteh tersayangnya.
Nayla pamit setelah cukup lama mereka berbincang. Kata-kata terakhir Nayla yang membuat Shinta kembali memikirkan Cindy.
"Teh, Mery tadi bilang, kalau sabtu besok Zein ngajak kita kumpul dikediamanya"
"Ada Cindy Nay" Nayla mengangguk. "Jangan sembunyikan apapun dari Bang Rey, Teh" Bisik Nayla saat dia akan masuk dalam kendaraannya. "Akan teteh sampaikan pada Abang mu" jawab Shinta.
Bagaimanapun dia mencoba untuk menghindari pertemuan Reyhan dengan Cindy, pada saatnya bisa saja mereka bertemu diluar. Akan lebih baik mereka bertemu kembali dihadapannya. pikir Shinta.
Shinta yang gelisah dapat di lihat oleh Reyhan. Sudah hampir satu minggu ini Reyhan memperhatikan Shinta seperti tidak fokus dengan apa yang dia lakukan, lebih terlihat sering melamun.
"Ada apa sayang" Reyhan memeluk Shinta yang duduk di depan meja riasnya. Seperti biasa, ritual istrinya sebelum tidur duduk dihadapan cermin, melakukan segala rangkaian kegiatan yang Reyhan tidak faham untuk apa.
"Sabtu besok ada undangan dari Zein, mengajak kita kumpul di kediamannya" jawab shinta.
"Lalu kenapa mama seperti tidak suka? Bukanya biasa kita kumpul bersama?" tanya Reyhan yang ingin tahu, ada apa dengan istrinya akhir-akhir ini.
"Tidak ada apa-apa. Darimana papa tahu kalau mama tidak suka" jawab Shinta tanpa berani melihat Reyhan yang dia tahu sedang melihatnya dari pantulan cermin.
Reyhan seketika mengendong Shinta dan membawanya ketempat tidur, Shinta terkejut dengan apa yang dilakukan Reyhan. "Mama tidak bisa bohong, pasti ada yang mama pikirkan? katakan saja" ucap Reyhan setelah dia ikut tidur sambil memeluk Shinta.
Shinta hanya diam, apa Reyhan benar-benar belum tahu tentang kedatangan Cindy? atau hanya pura-pura seperti dulu. Lalu bagaimana dia bisa mengatakan semua yang ada dalam pikirannya? Shinta memejamkan matanya, kepalanya seperti akan pecah memikirkan itu semua, dia tidak tahu harus bicara dari mana?
"Ya sudah kalau mama belum mau menceritakannya pada papa" ucap Reyhan yang melihat Shinta memejamkan matanya. Dia menarik selimut dan menutupi tubuh mereka berdua.
"Ma, bukannya sabtu besok belum waktunya kita berkumpul?" tanya Reyhan sambil melihat langit-langit kamarnya. Dia bertanya karena tahu, Shinta istrinya belum tidur.
"Hem" Shinta hanya menjawab dengan deheman.
"Lalu acara apa besok di kediaman Zein?"
"Ada Cindy dirumahnya" jawab Shinta, entah keberanian dari mana dia bisa menyebut nama itu didepan Reyhan. Mungkin nasehat Nayla tadi siang, yang memintanya jangan menyembunyikan apapun dari suaminya.
Reyha membalikan badanya, dia kembali menghadap Shinta, kembali memeluk pingang ramping Shinta dan mencium seluruh wajah istrinya.
"Karena ini, membuat satu minggu ini mama seperti orang yang suka melamun" Reyhan meminta Shinta untuk menatapnya.
"Apa yang mama pikirkan? papa kembali denganya? Jangan pernah berpikir seperti itu" Reyhan mengencangkan pelukannya, lalu mencium lembut bibir Shinta, berharap istrinya mengerti, dialah satu-satunya wanita yang dia cintai.
"I love you now and forever" bisik Reyhan setelah puas menikmati bibir tipis milik istrinya yang bisa membuatnya selalu merasakan debaran cinta.
"Sayang" panggil Reyhan setelah tidak mendapat reaksi balasan ucapan cinta dari Shinta.
"I love you honey" ulangnya lagi.
"I love you too" Shinta membalas ucapan cinta Reyhan.
Tidak menunggu lama, Reyhan kembali melahap bibir Shinta, yang sudah pasti membuat juniornya berdiri. Ini yang Reyhan suka sejak awal menikah dengan Shinta, Istrinya pasti akan memberikan pelayanan yang terbaik untuk memuaskan dirinya, bahkan mampu membuatnya bergairah berkali-kali. Shinta pandai menguasai dirinya setiap kali bercinta, membuat Reyhan benar-benar selalu mendapatkan lebih dari yang diinginkannya.
Dua ronde berakhir sempurna, Reyhan memeluk Shinta yang mulai mengantuk. "Tidurlah sayang, kita lanjutkan lagi nanti" bisik Reyhan dengan senyum jahilnya, yang dibalas Shinta dengan cubitan. "Akhh sayang, nanti lepas" ucap Reyhan yang tubuhnya masih menyatu dengan Shinta, tidak ada niatan untuk melepaskannya, karena dia masih bisa merasakan gerakan-gerakan lembut dari milik istrinya. "Biar kerja keras kita malam ini jadi dedek lagi didalam ya ma"
...◇◇◇...
Next
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments