Satu minggu berlalu sejak awal pertemuan Reyhan dan Shinta, walau tidak bertemu, Reyhan rajin mengirimi Shinta pesan teks, sekadar menanyakan kabar dan meminta jawaban Shinta untuk jadi sekertarisnya.
Shinta sedang makan siang bersama Liana dan Putra didekat kampusnya. Walau sudah lama lulus, Shinta masih sering main kekampusnya, sekedar mengajak makan siang Liana dan Putra dan juga Tiara dan Koko, sahabat-sahabat Nayla itu, kini jadi teman yang sering menemani Shinta. Terlebih lagi Koko dan Putra direkrut Mama Syila jadi asistennya.
"Teh Shinta" panggil Liana dan menunjuk pada seseorang yang baru masuk.
"Aduh Lia, kenapa kamu harus kasih tahu, teteh malas lihat mukanya" ucap Shinta setelah tahu siapa yang baru saja masuk.
"Maaf Teh, kebiasaan" jawab Liana jujur.
Sudah jadi kebiasaan Liana saat melihat Dewa akan memberitahu Shinta. Biasanya Shinta akan sangat senang menyambut kehadiran Dewa. Tapi beda kali ini, Shinta benar-benar membencinya.
"Kenapa juga dia bisa ada disini" rutuk Shinta yang mulai kesal.
"Sama seperti teteh, kangen makan disini, atau mungkin juga kangen sama orang yang sering diajaknya makan disini" goda Putra yang membuat Shinta semakin panas.
"Udah Teh, jangan marah. Jangan dengarkan ucapan Putra" Liana mencoba mendinginkan Shinta yang terlanjur kesal.
"Kamu juga Putra, kurang kerjaan bikin kesal Teteh" Liana menegur Putra.
"Senang lihat wajah Teh Shinta yang marah" jawab Putra.
"Itu tandanya, Teteh masih cinta sama A' Dewa" lanjut Putra ucapannya.
"Don't say that. No more love, yang ada sekarang itu benci" sangah Shinta.
"Benci dan cinta itu beda tipis Teh" Putra tidak mau kalah berdebat dengan Shinta.
"Putra" bentak Shinta kesal.
"Hai" sapa seseorang yang tiba-tiba ada disana, membuat Shinta terkejut.
"Bang Rey" ucap Shinta saat melihat siapa yang menyapanya.
"Kok Abang bisa ada disini?" tanyanya lagi.
"Kebetulan ada pekerjaan tidak jauh dari sini, dan sekarang sudah waktunya makan siang. Saya dapat rekomendasi kalau makanan disini enak, jadinya saya mampir" jelas Reyhan.
"Boleh gabungkan?" tanya Reyhan lagi.
"Silakan" Putra yang menjawab.
Reyhan duduk disisi Shinta berhadapan dengan putra yang duduk disisi Liana.
"Sudah selesai makan atau baru pesan nih?" tanya Reyhan memecah keheningan diantara mereka. Sekadar basa-basi, sudah jelas dimeja yang ada dihadapan mereka sekarang tampak piring kosong yang makanannya sudah habis.
"Kami sudah selesai" kembali Putra yang menjawab.
"Wah, saya terlambat ya. Tapi Shinta maukan temani Abang makan?" tanya Reyhan pada Shinta.
"Iya, Abang pesan saja, nanti Shinta temani" jawab Shinta dan dibalas senyum lebar oleh Reyhan.
"Bisa batu pilihkan menu yang enak di resto ini?" pinta Reyhan.
"Abang baru pertama, jadi belum tahu menu andalan mereka" lanjut Reyhan yang tanggannya sambil memanggil pelayan.
Shinta akhirnya memilihkan makanan yang terkenal enak di Resto Pelangi, resto pavorite mahasiswa yang ekonominya lebih dari cukup. Bukan makanannya saja yang enak, tapi suasananya sangat mendukung untuk mahasiswa yang lagi berkencan sambil menunggu jam kuliah berikutnya.
Sambil menunggu pesanan Reyhan, mereka berbincang berempat. Sementara Dewa dari jauh melihat Shinta yang tampak akrab dengan pria yang belum pernah dilihatnya.
Putra dan Liana pamit kembali kekampus saat makanan Reyhan datang. Liana ada janji untuk pendampingan skripsinya, dia memang tertinggal dari Nayla dan Tiara yang sudah lebih dulu wisuda. Sementara Putra hanya menemani Liana dan sekalian mengantar Shinta.
"Jadi ini menu andalan disini?" tanya Reyhan setelah Putra dan Liana berlalu dari hadapan mereka.
"Iya Bang. Abang coba dagingnya lembut dan bumbunya meresap sampai kedalam" jawab Shinta penuh semangat.
Melihat itu Reyhan tidak henti-hentinya memuji gadis yang ada disampingnya ini, yang terlihat lebih cantik hari ini.
"Dia mencoba menyuapkan daging yang disebutkan Shinta.
"Bagaimana?" tanya Shinta, penasaran dengan pedapat Reyhan.
"Kamu benar rasanya enak, bumbunya terasa dan meresap seperti yang kamu bilang" jawab Reyhan dan tangannya mengarahkan garpu yang berisi daging kemulut Shinta.
"Ak" pinta Reyhan yang dituruti Shinta dengan membuka mulutnya.
"Kok jadi Shinta sih bang yang makan" ucap Shinta setelah menelan makananya.
"Katanya mau temani Abang makan, jadi kamu juga harus ikut makan" jawab Reyhan menggoda Shinta yang kini wajahnya semakin merona merah.
Melihat kemesraan Shinta dengan pria yang bersamanya membuat Dewa kesal, tidak sanggup melihat gadis yang selama ini dia cintai bermesraan dengan pria lain, membuat Dewa meninggalkan Resto Pelangi.
"Jadi gimana? Kamu mau jadi sekertaris Abang seperti permintaan mama?" tanya Reyhan setelah menghabiskan makannya.
"Shinta sudah bilang, kalau Shinta tidak ahli dibidang itu Bang" jawab Shinta ragu.
Satu sisi keinginannya menerima tawaran Reyhan karena ingin mengenal Reyhan lebih jauh, satu sisi dia takut mengecewakan Reyhan.
"Kamu bisa coba satu minggu kalau mau" tawar Reyhan lagi.
"Kenapa Bang Rey tidak mencari sekertaris yang profesional" tanya Shinta penasaran. Bukankah sangat mudah bagi Reyhan mendapatkan sekertaris yang diinginkannya.
"Mencari sekertaris itu sama seperti mencari pasangan hidup. Harus klik dihati, selain dia harus mengerti saya seperti apa dan bagaimana dia harus bersikap" jawab Reyhan.
"Kalau begitu, Shinta jauh dari kriteria yang Abang Reyhan inginkan. Shinta tidak bisa mengerti Abang dan tidak tahu harus bersikap seperti apa sama Abang" sahut Shinta setelah mendengar jawaban Reyhan.
"Tapi kamu bisa bikin Abang klik" balas Reyhan sambil menaikan alisnya.
Shinta membalikkan wajahnya, tidak sanggup menatap Reyhan. Wajahnya panas bahkan mungkin sudah terbakar.
"Ayo, Abang antar kamu pulang" ajak Reyhan. Shinta tidak menolak, dia memang tidak membawa kendaraan sendiri hari ini, karena dia pergi bersama Putra tadi.
Keduanya masuk kedalam kendaran miliki Reyhan, meninggalkan Resto pelangi. Sedangkan Dewa yang melihatnya mengikuti mereka. Sekedar ingin tahu, mereka akan pergi kemana?
Reyhan baru saja menutup panggilan teleponya, dia baru saja menghubungi Shinta untuk memastikan kalau Shinta benar-benar menerima tawaran menjadi sekertarisnya.
Reyhan tidak tahu perasan apa yang sebenarnya dia rasakan, tapi dia bisa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat bila bertemu Shinta.
"Apa aku jatuh cinta dengannya?" gumam Reyhan. Dia ingat kejadian siang tadi, bagaimana dia sampai menemui Shinta di Resto Pelangi.
Reyhan sedang berkutat dengan berkas-berkas yang ada dimejanya, dia belum mengambil alih pimpinan perusahaan, tapi papanya sudah meminta dia yang memeriksa dan menandatangani berkas-berkas perusahaan.
Suara ponsel Reyhan berdering, saat melihat siapa yang menghubunginya dia langsung menerimanya.
"Ada apa ma?" tanyanya.
"Mama hanya ingin memastikan, kamu sudah makan siang belum?" tanya Mama Diana dari seberang sana.
"Sebentar lagi ma, masih ada berkas yang harus Rey periksa" jawabnya jujur
"Ya sudah kalau begitu. Oh Iya Rey, Mama tadi tidak sengaja melihat Shinta masuk ke Resto Pelangi dekat kampusnya"
"Kenapa Mama memberitahu Rey?" tanya Reyhan tidak mengerti maksud mamanya. Tanpa menjawab pertanyaan Reyhan Mama Diana memutus percakapan mereka.
Tanpa menunggu waktu lama, setelah panggilanya terputus, Reyhan meraih kunci mobilnya dan membawanya ke Resto Pelangi.
...◇◇◇...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments