Happy reading 🤗
Like dan hadiahnya yah kaka 😁❤️❤️❤️❤️
.
.
.
.
.
.
.
.
Tatapan tajam milik seorang pria terus menatap ke arah Aulia dan teman-temannya, bahkan setiap langkah, kegiatan sekecil apapun tidak pernah lepas dari pantauannya. Tangannya yang tadi terlihat normal kini berubah menjadi kepalan tangan kuat seperti menahan sesuatu beban besar.
"Siapa mereka? kenapa begitu akrab sekali dengannya?" gumam seseorang dalam hati.
"Sayang" seorang wanita mengagetkannya pandangannya beralih pada wanita yang baru datang dan langsung memeluknya erat. Bertepatan dengan itu ada mata yang tidak sengaja melihatnya. Ulu hatinya kembali sakit, tidak mampu menahan air mata yang akan terjatuh mendongak ke atas mengerjap matanya berkali-kali.
"Kamu tidak apa-apa?." Tanya Hara saat dirinya melihat Aulia yang sepertinya tengah menahan tangis.
"I'm oke, don't worry" jawab Aulia terkekeh kecil.
"Kalian duduklah sebentar aku ada urusan dengan Lia" tutur Hara, dan ketiga temannya menganggukkan kepalanya, bahkan perhatiannya lebih pada kue yang tertata rapi di atas meja.
"Ayo ikut aku" Hara menarik tangan Aulia berjalan menuju suatu tempat yang sedikit sepi. Berjalan pelan menyusuri taman bunga yang di hiasi lampu kelap-kelip.
"Apakah pria itu yang Lia maksud?" tanya Hara masih menggenggam tangan Aulia. Sedikit menarik napas lalu menjawab.
"Iya, dia adalah Uncle Tio, yang selalu menjaga Lia dari kecil. Tadi saat bertemu dengan aunty Karla dia bilang kalau Uncle Tio masih cinta sama Lia tapi tidak tahu kenapa Uncle Tio malah berbicara akan menikah dengan aunty Karla" ujar Aulia dengan suara lirih. Hara menghentikan langkahnya menghadap ke arah Aulia.
Menangkup kedua wajah Aulia, tatapan keduanya saling bertemu terlihat butiran-butiran air di mata indah gadis di depannya.
"Aku tidak tahu bagaimana cerita sebenarnya, aku berharap cintanya Lia bisa terbalaskan... perjuangin apa yang menurut Lia benar namun jangan jika sudah tidak mampu lagi maka datanglah padaku. Pundakku akan selalu terbuka untuk Lia" jelas Hara lembut. Tangannya terangkat menghapus air mata itu. Senyum kembali terukir di bibir Aulia. Gadis itu menghambur ke pelukan pria kekar di depannya. Memeluknya dengan sangat erat.
"Abang Hara selalu mengerti Lia. Terima kasih" tutur Aulia masih dengan memeluk Hara. Pria itu tersenyum tipis ia bahagia jika gadis yang berada di pelukannya bisa seceria lagi.
"Apapun untuk adik abang" jelas Hara.
"Nona!" seru seseorang. Seorang pria dengan pakaian formalnya datang menghampiri Hara dan Aulia. Menarik tubuh Aulia menjauh dari Hara membuat Aulia menatap penuh tanya pada pria di sampingnya.
"Ayo ikut Uncle, ada yang ingin Uncle katakan" ujar Tio menarik tangan Aulia namun Putri Mafia itu tidak bergerak sedikitpun. Tio lalu menatap ke belakang lebih tepatnya pada Aulia, melihatnya dengan tatapan datarnya.
"Nona!" tekan Tio dengan nada tidak bisa di bantahkan.
"Lepaskan tangannya!!." Seru Hara yang tidak ingin Aulia di sakiti lagi.
"Tidak apa-apa Bang, mungkin Uncle ingin mengatakan sesuatu yang penting" ujar Aulia tersenyum tipis meyakinkan pada pria di depannya bahwa semua akan baik-baik saja. Dengan berat hati Hara membolehkan Tio membawa sahabat perempuannya walaupun sedikit tidak rela.
"Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti Aulia!" tegas Hara dalam hatinya. Menatap kepergian Aulia dengan pria yang masih menggenggam tangannya.
"Uncle! katakan saja di sini, Lia masih sangat sibuk!." Ucap Aulia tiba-tiba. Dan Tio menghentikan langkahnya berbalik badan menatap ke arah Aulia.
"Jangan dekati pria itu!" tutur Tio menatap datar wajah wanita di depannya. Aulia mengerutkan keningnya heran. Menarik tangannya hingga terlepas dari genggaman tangan Tio.
"Apa maksud Uncle? Hara adalah sahabat Lia, dan dia sangat baik... lagipula tidak ada urusannya dengan Uncle" jawab Aulia berusaha menatap mata Tio. Menahan perasaannya agar tidak lunak.
"Uncle tidak mau laki-laki itu menyakiti Nona" masih dengan tampang datarnya walau matanya menyiratkan kekhawatiran pada wanita di hadapannya.
"Cih! Menyakitiku? apa Uncle tidak sadar dengan kata-kata Uncle?" ingin sekali berteriak dengan kencang namun Aulia hanya bisa berbicara dalam hatinya.
"Abang Hara adalah laki-laki baik, dia akan menjaga Lia jadi jangan khawatir" ucapnya tegas. "Lia harus pergi Uncle, terima kasih sudah mau bersusah payah mengingatkan Lia." Sambungnya lagi. Kakinya hendak melangkah pergi namun di tahan oleh Tio. Menarik tubuh Aulia kuat hingga menabrak dada bidang Tio. Pria itu memeluk tubuh Aulia membuat wanita itu membeku seketika.
"Apa maksudnya ini? apakah Uncle masih mencintai Lia?" batin Aulia mendadak kaku. Bahkan tubuhnya tak sedikitpun bergerak.
"Lepaskan Lia Uncle! Lia tidak mau di cap sebagai pelakor!" tegas Lia walau merasakan sedikit sesak pada dadanya.
"Biarkan seperti ini dulu Nona! Uncle mohon" lirih Tio masih mendekap tubuh Aulia. Bahkan Aulia dapat merasakan sentuhan bibir yang terasa di kepalanya sepertinya Tio menciumnya.
"Sebenarnya apa yang sudah terjadi, yang tidak Lia ketahui?." bisik Aulia dalam hati. Karena merasakan rindu yang besar, pada akhirnya Aulia menerima pelukan itu menyandarkan kepalanya di dada bidang milik prianya.
"Entah mengapa aku sangat tidak rela jika kamu berbicara dengan pria lain... sekalipun itu adalah Tuan muda ataupun abang kamu" batin Tio.
"Jangan dekat- dekat dengan pria Nona, di dunia ini tidak ada laki-laki yang baik jangan sampai itu akan menyakiti perasaan Nona" ujar Tio yang ingin mengutarakan rasa cemburunya namun begitu sulit, seakan lidahnya menjadi keluh.
Aulia terkekeh sinis, wanita itu berdecak sebal. Mendorong tubuh Tio hingga pelukan itu terlepas. "Apakah itu termasuk dengan Uncle juga?" tanya Aulia balik membuat Tio terdiam. Tanpa menunggu lama Aulia pergi meninggalkan Tio yang tengah menatapnya sendu.
"Kenapa begitu sulit untuk menggapaimu Nona" gumam Tio mengulurkan tangannya yang hendak meraih tubuh Aulia namun jarak mereka terlalu jauh untuk di lampui. Pria itu masih menatap punggung Aulia yang semakin jauh dari pandangannya.
Mendesah berat lalu kembali ke kerumunan orang-orang. Dari arah depan dua orang pria berjalan ke arahnya. "Woeee, mentang-mentang udah punya pacar pada lupa teman sendiri heh!" seru Sandy dan Richo memukul pelan bahu Tio. Bukannya marah malah terkekeh kecil.
"Apa kalian masih seperti dulu, jones?" tanya Tio dengan tawa meledek.
"Aiihh, bukan kami tidak laku tapi wanitanya saja yang tidak pantas untuk kami" jelas Richo dengan bibir terangkat sebelah.
"Yah kalian benar, wanitanya tidak pantas karena wajah kalian yang terlalu burik" ledeknya membuat Sandy dan Richo menatap tajam pada sahabatnya. Hal itu membuat Tio tertawa terbahak-bahak membuat atensi sebagian tamu mengarah padanya. Berdehem kecil dan menetralkan kembali ekspresi wajahnya menjadi datar.
"Btw, aku belum mengucapkan selamat untuk Nona Aulia" tutur Richo.
"Eh, iya. Aku pun juga belum bagaimana jika kita bertiga pergi ke Nona Aulia?" saran Sandy dan Richo mengangguk setujui. Namun berbeda dengan pria di samping mereka.
"Sorry bro, aku sudah dari tadi jadi aku tidak ikut" alasan Tio dengan wajah dinginnya.
"Kalau begitu, anggap saja kamu menemani kami" Richo dan Sandy menarik paksa tubuh Tio hingga sampai di depan Aulia dan keluarganya. Kedua temannya melepas genggaman tangan mereka.
"Nona, selamat. Akhirnya selama 12 tahun ini Nona bisa menempuh pendidikan jenjang yang lebih tinggi... semoga keselamatan juga kebahagiaan selalu menyertai Nona" tutur Richo di hadapan Nona mudanya.
"Terima kasih Uncle Richo" ujar Aulia tersenyum lebar.
"Akhirnya, namaku bisa di sebut dengan benar" gumam Richo dalam hati. Sepertinya Richo begitu risih jika mendengar namanya yang selalu salah dari mulut Nona mudanya. Hahaha maklum Richo namanya juga anak kecil pasti mengalami faseh cadelnya itu.
"Nona selamat yah semoga kedepannya lebih baik lagi dari ini" Sandy ikut bersuara dan Aulia melebarkan senyumnya.
"Terima kasih Uncle Sandy"
"Kapan kalian berdua akan menikah? apa kalian mau kalah sama sahabat kalian yang satu ini... dia saja sudah jelas hari pernikahannya, masa kalian belum ada kemajuan" ujar Tuan Farhan menatap Richo dan Sandy lalu bergantian melirik Tio.
Mendengar Tio akan menikah membuat Aulia mengepal tangannya. Gadis itu menahan agar tidak menangis di sana.
"Lia" seru beberapa orang pria.
Semua di sana menatap ke sumber suara. Ada empat laki-laki berjalan ke arah mereka.
"Abang" gumam Aulia tersenyum tipis.
"Selamat yah akhirnya lulus juga dan akhirnya tidak perlu bolos sekolah lagi" bisik Gilang membuat Aulia langsung menatap datar objeknya.
"Malam Om, Tante, Kek, Nek" sapa mereka tersenyum ramah.
"Kalian sahabat cucu saya?" tanya Tuan Wijaya.
"Iya Kek" jawab mereka bersamaan.
"Terima kasih sudah mau berteman dengan cucuku, huh! akhirnya dia punya teman padahal di sekolah sama sekali tidak punya. Benar-benar langkah" ucap Nyonya Mita terkekeh kecil. Dan empat sahabat Aulia hanya tersenyum kikuk.
Hara tidak sengaja bertubrukan mata dengan Tio, ia tersenyum sinis. Dan tiba-tiba ada ide jail muncul di kepalanya.
"Dek Lia, selamat atas keberhasilannya, semoga kedepannya menjadi lebih baik lagi" tutur Hara dan langsung memeluk tubuh Aulia membuat semua mata tercengang menatap keberanian Hara. Aulia membalas pelukan Hara. Namun ada tatapan yang sulit di artikan mengarah pada kedua sejoli yang tengah berpelukan.
"Selamat yah dek" tuturnya lagi masih dengan memeluk tubuh Aulia kencang.
"Brengsek!" umpat pria itu dalam hati. Lalu meninggalkan adegan yang membuat matanya sakit. Entah kenapa melihat Aulia dengan pria lain membuat darahnya mendidih seketika. seakan hawa panas menyeruak ke dalam tubuhnya.
"Ada apa dengan Uncle Tio?" bisik Aulia dalam hatinya menatap datar tubuh tegap pria yang semakin jauh darinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
🎧Reo Ruari Onsiwasi
siapa yang menatap tajam ke arah aulia
2021-11-26
0
Dair Kasma
Ayo Thor semangat lanjut kuy
2021-10-01
1
Ani Matital Waiitauw
Gimana Tio rasanya sakitkan itu juga yg d rasa non Aulia
2021-10-01
15