Happy reading 🤗
Beri vote dan hadiahnya dong Guys ❤️❤️
.
.
.
.
.
.
.
Aulia memasuki gerbang sekolah, yang mana mendengar jelas suara teriakkan teman-temannya tengah bersorak kala kepala sekolah mengumumkan kelulusan mereka yang seratus persen berhasil dengan nilai yang memuaskan.
Aulia yang saat itu hendak turun dari motor sport berwarna biru di kagetkan dengan suara seorang pria memanggil namanya.
"Lia!" Aulia segera menoleh ke sumber suara netranya seketika membulat sempurna mendapati Daddynya tengah memasang wajah datar namun mematikan.
"Benar kan itu suara Daddy" batin Aulia menatap nyengir Tuan Farhan.
"Daddy, kok Daddy tidak masuk?" tanya Aulia tersenyum kaku melihat wajah Tuan Farhan yang begitu seram menurutnya. "Astaga wajah Daddy, makin tua makin seram gini yah" bisik Aulia dalam hati. Menelan ludahnya kasar.
Aduh Aulia, kalau bicara suka benar hmmm... lagian tua begitu kan Daddy kamu dia juga lho yang membuatmu ada di dunia.
"Kenapa baru datang sekarang? bukannya keluar rumah dari satu setengah jam yang lalu!" tanya Tuan Farhan bersedekap dada. Alisnya terangkat tinggi melotot ke arah sang putri yang tengah berdiri kikuk di depannya.
"Daddy, makin tampan saja hehehe" mengalihkan pembicaraan.
"Ayo pulang!" Tuan Farhan menarik tangan putrinya membawanya masuk ke dalam mobil Lamborghini berwarna merah.
"Daddy, aku mau ke sekolah! bagaimana dengan motorku Dad?" tanya Aulia kesal. Wajahnya sudah di tekuk dengan bibir mengerucut seperti bebek.
"Nanti biar Paman Rio yang bawa" jawab Tuan Farhan. Dan sang putri hanya menatap kesal pada Daddy-nya.
"Rio kamu bawa motor Aulia biar aku yang nyetir" titah Tuan Farhan dan sekertaris Rio segera keluar. Setelah keluar Tuan Farhan beralih mendudukkan bokongnya di kursi kemudi sedangkan Aulia duduk di sampingnya. Sekertaris Rio segera melangkah ke salah satu motor berwarna biru memasang helm di kepalanya dan menjalankan motor milik Nona mudanya.
Mobil Lamborghini yang di tumpangi Tuan Farhan sudah melaju keluar meninggalkan halaman sekolah SMA Smart Jakarta. Ia baru saja dari kantor guru juga melihat hasil nilai putrinya yang sebenarnya tidak pernah mengecewakannya.
"Kamu dari Markas kamu itu?" tanya Tuan Farhan menatap jalan di depannya. Namun Aulia hanya diam saja sepertinya gadis itu masih sangat kesal pada pria di sampingnya.
"Lia!" seru Tuan Farhan kedua kalinya.
"Iya Dad, Lia dari sana" jawab Aulia menatap wajah Daddy-nya yang terlihat tenang. "Daddy tidak akan marah kan...?" cicitnya pelan.
"Tidak. Selagi putri Daddy bisa menjaga dirinya dengan baik maka Daddy akan izinkan, Lia harus hati-hati kalau berteman. Daddy tidak bisa selalu menjagamu selama 24 jam jadi Lia harus hati-hati" jelas Tuan Farhan melirik wajah putrinya memberikan senyum hangat seorang ayah pada putri satu-satunya itu.
"Jangan takut Dad, mana mungkin putri Mafia kalah sama preman pasar" sombongnya menepuk pelan dadanya dan Tuan Farhan hanya terkekeh kecil.
"Dua D di mana Dad?" tanya Aulia yang tiba-tiba saja merindukan dua adik kembarannya. Dua D adalah Dafa dan Daffin sesuai dengan namanya. Dafa adalah pembela, selalu membela adiknya Daffin jika di bully oleh teman sekelasnya yang sifatnya seperti anak Mommy. Sekalipun sekolah di sekolah milik orang tuanya tapi tidak memungkiri bahwa kasus bullying akan selalu ada... seperti sudah mendarah daging di kehidupan manusia jika tidak melakukan kegiatan tersebut.
"Mereka lagi keluar sayang, sepertinya membelikanmu hadiah" tutur Tuan Farhan.
"Lia kan tidak ulang tahun, kenapa harus di beliin hadiah?" tanya Aulia dengan dahi mengkerut kecil. Namun tidak ada jawaban yang keluar dari mulut pria di sampingnya. Alhasil Aulia memilih untuk diam mencoba menutup matanya karena terlalu lelah.
Hingga sebuah mobil sedan itu masuk ke dalam halaman yang luas. Mobil berwarna merah itu berhenti di depan Mansion. Tidak berselang lama sekertaris Rio datang membawa motor Nona mudanya.
Tuan Farhan turun berjalan mengitari mobil dan berhenti di pintu jok depan sebelahnya. Membuka pintu mobil dan melihat putrinya yang tertidur pulas akhirnya dirinya pun yang mengendongnya masuk ke dalam.
"Sayang, sudah pulang" ujar Jons saat melihat suaminya masuk. Tuan Farhan mengisyaratkan untuk diam karena tidak ingin mengganggu waktu tidur sang putri. Jons seketika terdiam.
Tuan Farhan membaringkan tubuh putrinya di atas ranjang kamar Aulia, menyelimutinya kemudian dirinya keluar dari kamar tersebut.
Para pekerja sudah sibuk mengurus beberapa dekorasi di luar Mansion, lebih tepatnya di samping kolam renang. Menghiasinya dengan beberapa bunga juga ada lampu kelap-kelip yang menjadi hiasan kolam. Sebagian dari anggota Black Wolf yang bekerja sebagai chef membuat cemilan kue juga minuman yang akan du suguhkan untuk tamu. Cemilan kue yang biasa di pakai untuk perayaan ulang tahun.
Hingga waktu untuk syukuran kelulusan Aulia tiba. Sebenarnya Aulia merasa tidak suka dengan acara di Mansionnya. Untuk apa merayakannya toh orang yang di harapkannya tidak akan datang.
Yang hadir tidaklah banyak, sesuai permintaan Aulia hanya keluarganya yang akan mereka undang. Aulia masih berdiam diri di depan cermin dengan lilitan handuk yang menjadi pelindung asetnya. Menatap wajahnya dari pantulan cermin.
"Apakah Lia cantik? sudah lama Uncle Tio tidak pernah ke sini. Apakah Lia masih ada di hati Uncle, atau sudah tidak lagi... Uncle sepertinya sangat mencintai pacarnya, hiks, hiks. Lia capek" keluh Aulia menjatuhkan kepalanya di atas meja rias. Kalau mau di bilang ulu hatinya sangat sakit sekarang.
"Lia! Lia sayang Mommy masuk yah?" teriak Jons dari balik pintu. Acara sudah akan mau mulai dan putrinya belum kunjung terlihat. Maka dari itu Jons naik ke lantai dua ingin memastikan bahwa putrinya sudah selesai berdandan.
"Iya Mom, masuk saja" jawab Aulia.
CEKLEK
Jons masuk ke dalam, netranya menangkap sosok yang masih memakai handuk itu membuatnya geleng-geleng kepala.
"Lia sayang, ini sudah jam berapa kenapa belum ganti bajunya hmmm...? acaranya sudah mau mulai itu" jelas Jons menghampiri sang putri. Menatap wajah Aulia dari pantulan cermin.
"Lia kenapa sayang? ada masalah apa? cerita sama Mommy". Jons mengalungkan tangannya di leher Aulia punggung tangannya menghapus sisa air mata dari pipi sang putri.
"Lia rindu Uncle" cicitnya dengan kepala menunduk. Seketika membuat Jons terdiam.
"Tio akan menikah dengan Karla beberapa bulan lagi, apa yang harus aku katakan pada Lia" batin Jons memijat keningnya.
"Ayo Mommy bantu ganti pakaiannya" alih Jons dan Aulia hanya menurut.
Jons mengambil gaun berwarna hitam tanpa lengan yang hanya sebatas lutut memperlihatkan kaki jenjangnya yang mulus juga putih itu. Jons kemudian mengaplikasikan makeup pada wajah Aulia walaupun sempat menolak karena dirinya tidak suka berdandan.
"Perfect" tuturnya dengan senyum merekah. Melihat wajah putrinya yang sangat cantik bahkan dirinya merasa pangling.
"Lia sangat cantik" pujinya masih dengan senyuman di wajahnya. Rambut Aulia ia biarkan tergerai menutup leher jenjang sang putri.
"Tapi Lia tidak suka" tutur Aulia dengan wajah di tekuk. "Untuk apa cantik Uncle Tio tidak datang" sambungnya dalam hati. Memang tidak sulit melupakan seseorang yang sudah lama mengisi hatinya walaupun dirinya tahu bahwa Tio sudah tidak muda lagi.
"Ayo kita turun sekarang, jangan di manyun gitu bibirnya sayang, senyum dong." Aulia melebarkan senyumnya. Mereka lalu turun ke lantai dasar dan menuju samping Mansion dekat kolam renang. Benar saja keluarga juga anggota Black Wolf sudah berkumpul di sana. Aulia menghampiri Daddynya juga kakek dan neneknya.
"Kak Lia selamat yah, tapi Daffin masih kangen sama kak Lia kalau kak Lia sudah lulus itu berarti kak Lia akan ke luar negeri... tidak ada yang mau belaian Daffin lagi" pria yang hanya sebatas dada Aulia itu memeluk erat tubuh Aulia. Ia begitu sedih kakak perempuannya sudah tidak bersamanya lagi walaupun Daffa selalu membelanya tapi ia ingin kakak perempuannya juga turut membelanya.
Jons hanya geleng-geleng kepala ia lantas berjalan meninggalkan ketiga anaknya.
Daffin termasuk anak manja yang tidak mempunyai seni beladiri padahal kedua orang tuanya adalah salah satu orang yang di takuti di kalangan bawah.
"Kamu laki lho kenapa manja banget sih" cibir Aulia menatap jengah sikap adik bungsunya. Yang manjanya ngalahin anak TK. Yah wajarlah Daffin kan masih kelas 6 SD.
"Iiish, kak Lia kok gitu sih" seru Daffin memonyongkan bibirnya sedih.
"Iii sayangnya Lia gemas deh" Aulia mencubit pipi Daffin pelan membuat senyum terukir di bibir adiknya.
"Daffin sudah, gue juga mau ngucapin selamat ke kakak" Dafa menarik tangan Daffin menggesernya ke samping.
"Kak Lia selamat yah, akhirnya selesai juga sekolahnya" Dafa memeluk tubuh kakak perempuan satu-satunya itu.
"Makasih dek, kalian juga harus rajin belajar biar cepat namatin SD-nya" jawab Aulia membalas pelukan adiknya. Ia sangat bahagia memiliki keluarga yang baik padanya. Ingin sekali menghentikan waktu agar bisa terus seperti ini.
"Mereka datang gak yah?" batin Aulia melirik ke seluruh penjuru mencari empat sahabatnya. Namun tak kunjung di temukan. Tiba-tiba netranya menangkap sosok yang sangat di rindukan.
DEG
Mata Aulia memanas kala melihat seorang pria berjas hitam menggandeng tangan seorang wanita.
"Tante Karla" gumamnya dengan jantung berdegup kencang. Menahan sesak di dadanya. Ia buru-buru berjalan ke arah Daddy dan Mommynya.
Jangan lemah Lia!" batinnya. Tersenyum palsu.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
🎧Reo Ruari Onsiwasi
lulus 100 persen. 👍👍👍👏👏👏
2021-11-26
0
Fristanur Afifah
biomlike karyamu Thor
2021-11-14
0
Via🔥💰
woahh sabar ya Lia..
2021-10-24
0