Menjalani takdir

Setelah berada di dalam ruang rawat, aku lebih nyaman beristirahat. Ragaku memang tertidur tapi pikiran ku menerawang jauh. Apa yang selanjutnya akan ku lakukan? haruskah aku bertahan? Haruskan kuberikan kesempatan pada suamiku? Aku hanya bisa menangis , menangisi nasibku yang tak seberuntung ini.

"Aziz, gimana keadaan Dian?", tanya mamah setelah tiba di rumah sakit.

"Barusan dokter memberi obat penenang. Sepertinya Dian tertekan mah, aku takut itu mengganggu kandungan nya. Sekrang usia kandungan nya sudah 13 minggu mah!", jawab Aziz.

"Ya Allah....Aziz....! Alhamdulillah. Kamu harus jaga baik-baik anak istri mu. Sejujurnya mamah kecewa dengan sikapmu. Jijik dengan kelakuan mu yang seperti binatang. Mama pikir lili itu wanita yang tepat buat kamu. Tapi , kelakuan kalian seperti itu. Mama kecewa sekali.!"

"Maafin Aziz mah, Aziz khilaf. Tapi sumpah mah, ga da sedikit pun niat Aziz mengkhianati Dian. mamah tau sendiri seperti apa penolak Aziz tiap mama minta Aziz menikah lagi."

"Lalu, bagaimana dengan janin yang Lili kandung? Anak kamu? "

"Mah, tolong jangan sudutkan Aziz saat ini. Nanti Ku pikirkan jalan keluarnya. Sekarang kita fokus dulu ke Dian ya mah....", Aziz memelas.

Mamahnya pun meninggalkan Aziz lalu masuk keruang inap Diandra dirawat.

"Di....", panggil mama. Aku menengok ke arah beliau. Entah seperti apa aku harus bersikap. Jika teringat perlakuan mamah yang semena-mena padaku, aku merasa sangat membencinya. Tapi, aku juga melihat kekecewaan yang sama dimatanya. Kecewa denga mas Aziz. Apakah karena akubtengah hamil, mamah berubah sikap ?

"Mama minta maaf atas kesalahan mama selama ini ke kamu. Mungkin kamu berpikir, mamah seperti ini karena tau kamu hamil. Enggak Di, bukan itu ! Mamah benar-benar ingin minta maaf padamu. Mama akui, mama salah sudah memaksamu."

Lalu mama pun terisak. Sedangkan aku? Aku masih bersikap setenang mungkin. Apakah mamah memang berubah?

"Bukan hanya kamu yang kecewa. Mamah pun sama. Anak mamah, terang-terangan menolak saat mama memintanya menikah lagi. Padahal mamah hanya inginkan yang halal buat Aziz. Tapi , kenyataan apa? Dia sudah melakukan kesalahan besar dibelakang kita. Dan Lili, mama tak menyangka dia bisa melakukan itu. Dulu, mama mengenal Lili sebagai perempuan yang baik. " Beliau kembali terisak. Mudah-mudahan kali ini, apa yang mama katakan tulus dari hati nya.

Aku masih enggan untuk berbicara. Perasaan sakit hati dan kekecewaan yang amat sangat terasa di relung hatiku.

"Di, tolong maafkan mama. Mamah ngga akan menahan mu jika memang kamu sudah tak bisa memaafkan Aziz. Tapi tolong, beri kesempatan mama menebus kesalahan mamah!"

Dengan berat hati, akhir aku mau bicara dengan beliau.

"Dian maafin mama kok mah!", ucapku pelan.

Mama mendongak menatap wajahku. Direngkuhnya tubuh ku dalam peluknya. Beliau menangis tergugu di pundakku.

"Sudah mah. .sudah.. tak perlu begini!" ucapku pelan. Mamah mengusap air matanya.

"Sebagai penebus kesalahan mamah. Setelah kamu keluar dari rumah sakit, tinggal lah dengan mamah. Mamah akan merwat mu dan anakmu sebaik mungkin.!"

"Maksud mama?"

"Kamu tinggal bersama mama, biarkan Aziz sendiri. Biar dia sadar dengan kesalahan nya! Mama sangat kecewa padanya Di!", kata mama emosi.

Aku bingung harus apa. Disatu sisi, kami berdua merasakan kekecewaan terhadap kelakuan pria yang sama. Tapi disisi lain, aku harus memikirkan calon anakku.

Ya Allah....aku harus gimana?

"Di...., Mah....", sapa Aziz saat memasuki kamar rawat ku.

Aku dan mama tak menanggapi nya.

"Gimana keadaan kami sayang? sudah membaik kan? Tadi dokter bilang, besok kamu bisa pulang. malam ini, biar kamu istirahat dulu di sini !", ucapnya lembut mengusap keningku. Ku tepiskan segera. Perasaan jijik masih menghantui ku. Teringat adegan yang kulihat tadi pagi.

"Dek, mas sungguh-sungguh minta maaf dek. Harus dengan apa mas menebus kesalahan mas?", katanya memohon. Berusaha meraih tanganku, tapi aku tak mau dia menyentuh ku barang seinchi.

"Mah, maafin Aziz mah. Aku tahu, kalian kecewa. Tapi , sungguh Aziz sama sekali tak ada niat untuk membuat kalian kecewa!", ucapnya tertunduk.

"Setelah keluar dari sini, biarkan Dian mamah yang rawat. Dian tinggal sama mama. Mama ga mau, melihat Dian tersiksa karena selalu mengingat kelakuan bejatmu!" ucap mama bersungguh-sungguh. Benarkah mama semarah itu pada mas Aziz?

"Tolong jangan pisahkan aku dari Dian mah. Aziz mohon mah....", ucap Aziz memelas.

"Dek, tolong maafkan mas dek. Jangan tinggalkan mas dek. Mas mohon....!", mas Aziz menangis. Bersimpuh d samping ranjang ku.

Aku tak mau melihat wajahnya. Aku takut jika aku akan merasa iba padanya.

"Mah, sebaiknya mamah pulang. istirahat dirumah. Soal besok aku akan tinggal dimana, biar kupikirkan nanti."

"Ya udah mamah pulang, kalo ada apa-apa hubungi mama." mama pun berpamitan, keluar dari kamarku.

Tersisa mas Aziz yang masih bersimpuh disebelah ranjang.

"Keluar lah mas. Aku ingin sendiri!" ucapku tegas.

Mas Aziz seketika mendongak. Menatapku dengan tatapan yang sendu.

"Mas pengen nemenin kamu. Bagaimana kalau kamu butuh sesuatu. Bagaimana kalo...", ucapan nya terhenti karena aku memotong omongannya.

"Aku bilang keluar.....!!!", bentakku.

"Dek.....", suaranya memelas.

"Pergi ! Keluar dari sini! Urusi saja perempuan selingkuhan mu yang juga sedang hamil ! Aku bisa sendiri. Aku sudah terbiasa sendiri. Aku ....huhhhu....", tangisku tak lagi bisa kutahan. Laki-laki yang sudah berjanji akan selalu menjaga dan membahagiakan ku, yang hanya anak yatim piatu nyatanya justru dia memberi luka teramat dalam untukku.

Akhirnya dia pun keluar perlahan. Entah dia pulang atau menunggu diluar. Asalkan aku tak lihat batang hidungnya.

POV Aziz

Diluar kamar rawat Dian.

Ya Allah, ampunilah aku. Dosa besar yang ku perbuat menyakiti wanita yang sangat aku sayangi. Istriku dan mamaku. Seandainya saja waktu itu aku tak melakukan kesalahan fatal itu.

(3 bulan yang lalu, Malang)

"Ziz, hawanya disini dingin gini. Tau gitu, gue ajak aja bini gue. sekalian honeymoon. hahahaha ", ucap Ivan.

"Hehehe...iya ya. Tapi kasian, kalo kita lagi kerja istri kita suruh nungguin di hotel gitu? Jalan-jalan sendiri mana mau kalo ga sama lakinya." aku menimpali ucapan Ivan.

"Bener tuh kata Aziz , Van. masa kita sibuk di lapangan, bini kita di tinggal. kasian lah", sahut Adam.

"Suruh siapa pada punya bini, kaya kita donk single. iya nggak Li?", kata Siska meminta persetujuan Lili.

"Hehehe, punya bini dirumah. Kalo diluar rumah ngaku single kan gapapa. Ya gak?", kata Lili santai. Adam dan Ivan menanggapi nya dengan tawa.

Aku, Adam ,Ivan ,Siska dan Lili adalah satu team. Kami berlima dipercaya menangani proyek di kota apel ini. Siska memang single, janda beranak satu yang gila karir. Dan, Lili yang ku tahu dia belum menikah. Teman-teman ku tak ada yang tahu jika Lili adalah mantanku. Mereka pun tak perlu tau lah, aku hanya ingin profesional menjalankan pekerjaan.

Sudah tiga hari kami berada dikota ini, malam ini adalah malam terakhir menginap di kota malang yang dingin ini.

Kami berlima memutuskan untuk melakukan sukuran kecil-kecilan karena pekerjaan kita sukses dan berjalan dengan lancar.

Siska dan Lili yang memesankan makanan dan makanan untuk kami semua. Usai makan kami kembali ke kamar masing-masing. Kebetulan, kamar ku dan lili bersebelahan. Sedangkan Adam, Ivan dan Siska berada di lorong yang berbeda.

Setelah aku masuk kamar, ada hawa panas mendera tubuhku. Tiba-tiba saja aku merasa ingin menuntaskan hasrat ku. Aku teringat Dian, istriku dirumah. Aku sangat merindukan aktivitas itu. Tapi apa boleh buat. Dian jauh dari jangkauan ku. Aku merasa tersiksa sendiri. Saat aku berusaha menguasai tubuhku sendiri, tiba-tiba Lili masuk ke kamarku. Memakai lingerie merah menyala. Yang membuat menelan Saliva ku. Aku berusaha menahan nafsuku, aku tak mau melihat nya. Lili mengunci pintu kamarku. bagaimana dia bisa masuk ke sini?

Dia semakin dekat, mendekati ku. Tapi keagresifan nya meruntuhkan imanku. Dan , perbuatan keji itu pun terjadi. Bodohnya aku, Lili merekam perbuatan kami dan aku tak tahu.

Aku kelelahan setelah melakukan hubungan terlarang dengn Lili semalam, sampai aku tertidur pulas.

Aku terjaga saat Adam menggedor pintu kamarku. Tak kudapati lili di kamarku. Dia sudah pergi.

"Bangun Ziz, sarapan . kita tunggu dibawah ya!", panggil Adam.

Tak kusahuti. Aku beranjak dari tempat tidur ku lalu membersihkan diri dikamar mandi.

Aku sadari kesalahan ku. Ya Allah, semoga engkau mengampuni ku.

Usai mandi, ku bereskan pakaian ku. Setela itu, aku turun dan bergabung dengan teman satu tim ku.

Kulihat wajah lili sekilas, dia nampak biasa saja seolah tak terjadi apa-apa semalam.

"Siang amat Lo bangun bro. biasa paling pagi diantara kita!", ucap Ivan. Aku hanya tersenyum tipis. Kulihat lili sedang memainkan ponselnya. Selang beberapa saat, ada notifikasi pesan masuk di ponselku.

[Mas, hari ini pulang? Mau aku masakin apa?]

ternyata pesan dari Dian. Seketika perasaan bersalah menguasai ku.

[Iya, apa pun yang kamu masak pasti mas makan sayangku. Nanti mas bawain Brem mau? Atau keripik apel?]

[Apa aja mas. Kamu sehat pulang dengan selamat buat aku udah lebih dari cukup]

Dian...istriku yang saliha ,yang cantik dan penuh kelembutan.

[ Tunggu mas ya dek!]

Dian membalas nya dengan emoticon tersenyum dan jempol.

Lalu WhatsApp dari mamah.

[ Kamu lagi keluar kota ya Ziz? Sama Lili?]

[Iya mah. tau dari mana?]

[Status wa Lili]

Owh...iya, kulihat tadi memang lili memajang foto kami berlima di aplikasi hijaunya.

[ Owh....]

[ Salam ya buat Lili, mama udah lama ga ketemu dia. Coba mama tanya deh, kira-kira dia mau ga jadi istri keduamu]

[ Ga pantes mama bilang kaya gitu!]

[Kan mama usaha Ziz, dari pada menunggu Dian yang mandul. Ga hamil-hamil. Apa salahnya usaha. Yang penting halal, ga zinah!]

[Maaf mah, Aziz ga suka mama bicara seperti itu tentang Dian.] Tak ada lagi balasan dari mama. Mama tidak tahu saja, bagaimana Dian bisa hamil, aku saja jarang menyentuh nya karena kesibukan ku yang ingin sekali memenuhi kebutuhan nya. Tidak ingin melihat dian kekurangan. Semasa hidupnya, dia sudah melewati masa-masa sulitnya.Aku tak ingin Dian merasakannya lagi.

Aku melanjutkan sarapan ku. sesekali Adam dan Ivan nyeletuk yang memancing tawa kami.

Ponsel ku kembali bergetar. Kurogoh kantong celanku.

Aku terperanjat seketika saat kulihat video masuk di aplikasi hijauku. Astagfirullahaladzim....ya Allah. Aku menatap Lili nyalang. Tapi lili hanya tersenyum melihat ku yang emosi. Aku menahan emosi sebisaku, sampai aku bisa berbicara berdua dengannya.

Sarapan yang tadi tak terasa nikmat sama sekali. Kami berlima menuju lobi. Tak lupa kubelikan oleh-oleh buat Dian, sesuai janjiku.

Pesawat sampai dijakarta pukul 11 siang. Keluar dari bandara, kami menuju rumah masing-masing. Tapi tidak dengan ku dan Lili. Kucegat dia, aku ingin bicara padanya.

"Maksud kamu apa Li?"

"Ya...gapapa."

"Kamu keterlaluan Li.!"

"Hey....mas Azizku tercinta. Kamu lupa atau gimana? Bukankah kamu juga menikmati persetubuhan kita semalam hah? Jangan munafik mas!"

"Aku tak tahu kenapa aku bisa seperti itu...."

"Iya lah kamu ga bakal tau, aku sudah memasukkan sesuatu kedalam minumanmu", bisiknya pelan.

Ya Allah, pantas saja aku merasa ada yang salah dengan ku.

"Tujuan mu apa seperti itu ?" aku masih emosi. aku merasa sudah mengkhianati Dian.

"Sejak awal kita bertemu lagi, sudah kubilang aku mau kamu kembali padaku. bahkan mama mu juga setuju kan? "

"Pikiran mu sudah tak waras !"bentakku.

"Terserah lah mas, cepat atau lambat kita pasti menikah."

"Jangan harap kamu menikah dengan ku. Aku hanya mencintai Dian, istri ku!"

Aku beranjak meninggalkan nya. entah setelah itu apa yang dia lakukan aku tak tahu.

Sesampainya dirumah, dian menyambut ku antusias seperti biasa. Dian memang agresif, mungkin karena terlalu merindukan ku.

Malam nya , Dian berusaha membuatku untuk 'melakukan' tapi aku menolaknya karena alasan lelah.

Aku tahu dian kecewa sekali , bukan aku tak merindu kan istriku. Aku hanya merasa bersalah jika aku menyentuh istriku sendiri. Dan setelah itu, beberapa kali aku berusaha menolak nya. Tapi , aku tak tega. Akhirnya aku pun melakukan nya hanya untuk menyenangkan istriku.

Terpopuler

Comments

andi hastutty

andi hastutty

mending mundur meskipun suami ngga sepenuhnya salah

2024-02-01

0

Arin

Arin

klo udh kejdian Kya gni,sy sbge sesma cwe mau mending mundur

2022-04-26

1

Tha Ardiansyah

Tha Ardiansyah

Emang sakit banget rasanya kalo kepercayaan yang diberikan di khianati

2021-12-20

1

lihat semua
Episodes
1 Sibuknya bekerja membuat ku terlupakan
2 #Harus dengan apa?
3 #Lili bertamu
4 Berita bahagia atau buruk?
5 Menjalani takdir
6 Pulang dari rumah sakit
7 Mencoba Mengelak
8 bertahan karena keadaan
9 Mengikis luka dengan doa
10 Tak sengaja nonton drama
11 Malu
12 Perubahan mendadak mas Aziz
13 Membuka usaha baru
14 Mencari Karyawan
15 Kiriman mama
16 Kisah imah
17 Ujian bagi seorang Imah
18 gara-gara cctv
19 Belajar menjadi 'owner'
20 Liburan
21 Bertemu Lili lagi
22 Kembalinya Mama
23 Cocok jadi kakak adik
24 Allah yang mempertemukan kita
25 Mas Sunda
26 Bayi Premium???
27 Diaz
28 Adekku!
29 Dua ulet bulu
30 Perseteruan Lili vs Feby
31 Kekepoan Imah
32 Pengaruh Imah di rumah tangga kami
33 Cuma sepupu
34 Restu mas Aziz
35 Masa Lalu Dadan
36 Ide dari Aziz
37 Farhan kecil
38 Mengusir ulet bulu
39 Lima puluh juta
40 Nama itu mengingatkan sesuatu
41 Nikung
42 Dunia itu kecil
43 Modus!
44 Tati datang ke Jakarta
45 Sakit hati Tati
46 Kerja
47 mantan ibu tiri
48 Kembali di jebak
49 Pahlawan ku, Imah
50 Rencana
51 Jatah yang tertunda
52 Buka puasa
53 Perang dunia ketujuh belas
54 Sekarang Teman
55 Fai mengetahui Rahasia
56 Prahara baru
57 Hukuman
58 Janji
59 Lili kalah pintar sama Imah
60 Cari hadiah buat Aziz
61 Manja
62 Motor baru
63 Hadiah spesial
64 Kehebohan di pagi hari
65 Damai
66 Main cantik
67 Curhat dua sahabat
68 Kecelakaan
69 Keadaan Feby
70 Membujuk Farhan
71 Menjenguk Feby
72 Permintaan yang sulit
73 Keputusan seorang Imah
74 Kenanglah aku...
75 Masih melow
76 Salah paham
77 Bingung
78 Bukan sekedar ancaman
79 Kepergian Febyna
80 Kisah hidup
81 Menerima Hayu bekerja
82 Pengakuan Lili
83 Masa lalumu membuatku ragu
84 Perdebatan kecil
85 Lihat, dengar, percaya!
86 Pertemuan pertama
87 Stevia
88 Diluar rencana
89 Diluar rencana
90 Dasar pengganggu
91 Tanggung jawab
92 Pepet teroooossss....!
93 Kepergok
94 Permintaan maaf (1)
95 Permintaan maaf(2)
96 Buka-bukaan
97 Berjuang
98 Sapu tangan biru
99 Meminta persetujuan Diandra
100 Dua matan
101 Sakit nya mencintai tanpa di cintai
102 I Will always love you
103 Saling terbuka
104 Ganteng siapa????
105 Part 104
106 Part 105
107 Part 106
108 Part 107
109 Part 108
110 Part 109
111 Part 110
112 Part 111
113 Part 112
114 Part 113
115 Part 114
116 Part 115
117 part 116
118 Part 117
119 Part 118
120 Part 119
121 Part 120
122 Part 121
123 Part 122
124 Part 123
125 Part 124
126 Part 125
127 Part 126
128 Part 127
129 Part 128
130 Part 129
131 Part 130
132 Part 131
133 Part 132
134 Part 133
135 Part 134
136 Part 135
137 Part 136
138 Part 137
139 Part 138
140 Part 139
141 Part 140
142 Part 141
143 Part 142
144 Part 142
145 Part 143
146 Part 145
147 Part 146
148 Part 147
149 Part 148
150 Part 149
151 Part 150
152 Part 151
153 Part 152
154 Part 153
155 Part 154
156 Part 155
157 Part 156
158 Part 157
159 Part 158
160 Part 159
161 Part 160
162 Part 161
163 Part 162
164 Part 163
165 Part 164
166 Part 165
167 Part 166
168 Part 167
169 Part 168
170 Part 169
171 Part 170
172 Part 171
173 Part 172
174 Part 173
175 Part 174
176 Part 175
177 Part 176
178 Part 177
179 Part 178
180 Part 179
181 Part 180
182 Part 181
183 Part 182
184 Part 183
185 Part 184
186 Part 185
187 Part 186
188 Part 187
189 Part 188
190 Part 189
191 Part 190
192 Part 191
193 Part 192
194 Part 193
195 Part 194
196 Part 195
197 Part 196
198 Part 197
199 Part 198
200 Part 199
201 Part 200
202 Part 201
203 Part 202
204 Part 203
205 Part 204
206 Part 205
207 Part 206
208 Part 207
209 Part 208
210 Part 209
211 Part 210
212 Part 211
213 Part 212
214 Part 213
215 Part 214
216 Part 215
217 Part 216
218 Part 217
219 Part 218
220 Part 219
221 Part 220
222 Part 221
223 Part 222
224 Part 223
225 Part 224
226 Part 225
227 Part 226
228 Part 227
229 Part 228
230 Part 229
231 Part 230
232 Part 231
233 Part 232
234 Part 233
235 Part 234
236 Part 235
237 Part 236
238 Part 237
239 Part 238
240 Part 239
241 Part 240
242 Part 241
243 Part 242
244 Part 243
245 Part 244
246 Part 245
247 Part 246
248 Part 247
249 Part 248
250 Part 249
251 Part 250
252 Part 251
253 Part 252
254 Part 253
255 Part 254
256 Part 255
257 Part 256
258 Part 257
259 Part 258
260 Part 259
261 Part 260
262 Part 261
263 Part 262
264 Part 263
265 Part 264
266 Part 265
267 Part 266
268 Part 267
269 Part 268
270 Part 269
271 Part 270
272 Part 271
273 Part 272
274 Part 273
275 Part 274
276 Part 275
277 Part 276
278 Part 277
279 Part 278
280 Part 279
281 Part 280
282 Part 281
283 Part 282
284 Part 283
285 Part 284
286 Part 285
287 Part 286
288 Part 287
289 Part 288
290 Part 289
291 Part 290
292 BonChap
Episodes

Updated 292 Episodes

1
Sibuknya bekerja membuat ku terlupakan
2
#Harus dengan apa?
3
#Lili bertamu
4
Berita bahagia atau buruk?
5
Menjalani takdir
6
Pulang dari rumah sakit
7
Mencoba Mengelak
8
bertahan karena keadaan
9
Mengikis luka dengan doa
10
Tak sengaja nonton drama
11
Malu
12
Perubahan mendadak mas Aziz
13
Membuka usaha baru
14
Mencari Karyawan
15
Kiriman mama
16
Kisah imah
17
Ujian bagi seorang Imah
18
gara-gara cctv
19
Belajar menjadi 'owner'
20
Liburan
21
Bertemu Lili lagi
22
Kembalinya Mama
23
Cocok jadi kakak adik
24
Allah yang mempertemukan kita
25
Mas Sunda
26
Bayi Premium???
27
Diaz
28
Adekku!
29
Dua ulet bulu
30
Perseteruan Lili vs Feby
31
Kekepoan Imah
32
Pengaruh Imah di rumah tangga kami
33
Cuma sepupu
34
Restu mas Aziz
35
Masa Lalu Dadan
36
Ide dari Aziz
37
Farhan kecil
38
Mengusir ulet bulu
39
Lima puluh juta
40
Nama itu mengingatkan sesuatu
41
Nikung
42
Dunia itu kecil
43
Modus!
44
Tati datang ke Jakarta
45
Sakit hati Tati
46
Kerja
47
mantan ibu tiri
48
Kembali di jebak
49
Pahlawan ku, Imah
50
Rencana
51
Jatah yang tertunda
52
Buka puasa
53
Perang dunia ketujuh belas
54
Sekarang Teman
55
Fai mengetahui Rahasia
56
Prahara baru
57
Hukuman
58
Janji
59
Lili kalah pintar sama Imah
60
Cari hadiah buat Aziz
61
Manja
62
Motor baru
63
Hadiah spesial
64
Kehebohan di pagi hari
65
Damai
66
Main cantik
67
Curhat dua sahabat
68
Kecelakaan
69
Keadaan Feby
70
Membujuk Farhan
71
Menjenguk Feby
72
Permintaan yang sulit
73
Keputusan seorang Imah
74
Kenanglah aku...
75
Masih melow
76
Salah paham
77
Bingung
78
Bukan sekedar ancaman
79
Kepergian Febyna
80
Kisah hidup
81
Menerima Hayu bekerja
82
Pengakuan Lili
83
Masa lalumu membuatku ragu
84
Perdebatan kecil
85
Lihat, dengar, percaya!
86
Pertemuan pertama
87
Stevia
88
Diluar rencana
89
Diluar rencana
90
Dasar pengganggu
91
Tanggung jawab
92
Pepet teroooossss....!
93
Kepergok
94
Permintaan maaf (1)
95
Permintaan maaf(2)
96
Buka-bukaan
97
Berjuang
98
Sapu tangan biru
99
Meminta persetujuan Diandra
100
Dua matan
101
Sakit nya mencintai tanpa di cintai
102
I Will always love you
103
Saling terbuka
104
Ganteng siapa????
105
Part 104
106
Part 105
107
Part 106
108
Part 107
109
Part 108
110
Part 109
111
Part 110
112
Part 111
113
Part 112
114
Part 113
115
Part 114
116
Part 115
117
part 116
118
Part 117
119
Part 118
120
Part 119
121
Part 120
122
Part 121
123
Part 122
124
Part 123
125
Part 124
126
Part 125
127
Part 126
128
Part 127
129
Part 128
130
Part 129
131
Part 130
132
Part 131
133
Part 132
134
Part 133
135
Part 134
136
Part 135
137
Part 136
138
Part 137
139
Part 138
140
Part 139
141
Part 140
142
Part 141
143
Part 142
144
Part 142
145
Part 143
146
Part 145
147
Part 146
148
Part 147
149
Part 148
150
Part 149
151
Part 150
152
Part 151
153
Part 152
154
Part 153
155
Part 154
156
Part 155
157
Part 156
158
Part 157
159
Part 158
160
Part 159
161
Part 160
162
Part 161
163
Part 162
164
Part 163
165
Part 164
166
Part 165
167
Part 166
168
Part 167
169
Part 168
170
Part 169
171
Part 170
172
Part 171
173
Part 172
174
Part 173
175
Part 174
176
Part 175
177
Part 176
178
Part 177
179
Part 178
180
Part 179
181
Part 180
182
Part 181
183
Part 182
184
Part 183
185
Part 184
186
Part 185
187
Part 186
188
Part 187
189
Part 188
190
Part 189
191
Part 190
192
Part 191
193
Part 192
194
Part 193
195
Part 194
196
Part 195
197
Part 196
198
Part 197
199
Part 198
200
Part 199
201
Part 200
202
Part 201
203
Part 202
204
Part 203
205
Part 204
206
Part 205
207
Part 206
208
Part 207
209
Part 208
210
Part 209
211
Part 210
212
Part 211
213
Part 212
214
Part 213
215
Part 214
216
Part 215
217
Part 216
218
Part 217
219
Part 218
220
Part 219
221
Part 220
222
Part 221
223
Part 222
224
Part 223
225
Part 224
226
Part 225
227
Part 226
228
Part 227
229
Part 228
230
Part 229
231
Part 230
232
Part 231
233
Part 232
234
Part 233
235
Part 234
236
Part 235
237
Part 236
238
Part 237
239
Part 238
240
Part 239
241
Part 240
242
Part 241
243
Part 242
244
Part 243
245
Part 244
246
Part 245
247
Part 246
248
Part 247
249
Part 248
250
Part 249
251
Part 250
252
Part 251
253
Part 252
254
Part 253
255
Part 254
256
Part 255
257
Part 256
258
Part 257
259
Part 258
260
Part 259
261
Part 260
262
Part 261
263
Part 262
264
Part 263
265
Part 264
266
Part 265
267
Part 266
268
Part 267
269
Part 268
270
Part 269
271
Part 270
272
Part 271
273
Part 272
274
Part 273
275
Part 274
276
Part 275
277
Part 276
278
Part 277
279
Part 278
280
Part 279
281
Part 280
282
Part 281
283
Part 282
284
Part 283
285
Part 284
286
Part 285
287
Part 286
288
Part 287
289
Part 288
290
Part 289
291
Part 290
292
BonChap

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!