Setelah berada di dalam ruang rawat, aku lebih nyaman beristirahat. Ragaku memang tertidur tapi pikiran ku menerawang jauh. Apa yang selanjutnya akan ku lakukan? haruskah aku bertahan? Haruskan kuberikan kesempatan pada suamiku? Aku hanya bisa menangis , menangisi nasibku yang tak seberuntung ini.
"Aziz, gimana keadaan Dian?", tanya mamah setelah tiba di rumah sakit.
"Barusan dokter memberi obat penenang. Sepertinya Dian tertekan mah, aku takut itu mengganggu kandungan nya. Sekrang usia kandungan nya sudah 13 minggu mah!", jawab Aziz.
"Ya Allah....Aziz....! Alhamdulillah. Kamu harus jaga baik-baik anak istri mu. Sejujurnya mamah kecewa dengan sikapmu. Jijik dengan kelakuan mu yang seperti binatang. Mama pikir lili itu wanita yang tepat buat kamu. Tapi , kelakuan kalian seperti itu. Mama kecewa sekali.!"
"Maafin Aziz mah, Aziz khilaf. Tapi sumpah mah, ga da sedikit pun niat Aziz mengkhianati Dian. mamah tau sendiri seperti apa penolak Aziz tiap mama minta Aziz menikah lagi."
"Lalu, bagaimana dengan janin yang Lili kandung? Anak kamu? "
"Mah, tolong jangan sudutkan Aziz saat ini. Nanti Ku pikirkan jalan keluarnya. Sekarang kita fokus dulu ke Dian ya mah....", Aziz memelas.
Mamahnya pun meninggalkan Aziz lalu masuk keruang inap Diandra dirawat.
"Di....", panggil mama. Aku menengok ke arah beliau. Entah seperti apa aku harus bersikap. Jika teringat perlakuan mamah yang semena-mena padaku, aku merasa sangat membencinya. Tapi, aku juga melihat kekecewaan yang sama dimatanya. Kecewa denga mas Aziz. Apakah karena akubtengah hamil, mamah berubah sikap ?
"Mama minta maaf atas kesalahan mama selama ini ke kamu. Mungkin kamu berpikir, mamah seperti ini karena tau kamu hamil. Enggak Di, bukan itu ! Mamah benar-benar ingin minta maaf padamu. Mama akui, mama salah sudah memaksamu."
Lalu mama pun terisak. Sedangkan aku? Aku masih bersikap setenang mungkin. Apakah mamah memang berubah?
"Bukan hanya kamu yang kecewa. Mamah pun sama. Anak mamah, terang-terangan menolak saat mama memintanya menikah lagi. Padahal mamah hanya inginkan yang halal buat Aziz. Tapi , kenyataan apa? Dia sudah melakukan kesalahan besar dibelakang kita. Dan Lili, mama tak menyangka dia bisa melakukan itu. Dulu, mama mengenal Lili sebagai perempuan yang baik. " Beliau kembali terisak. Mudah-mudahan kali ini, apa yang mama katakan tulus dari hati nya.
Aku masih enggan untuk berbicara. Perasaan sakit hati dan kekecewaan yang amat sangat terasa di relung hatiku.
"Di, tolong maafkan mama. Mamah ngga akan menahan mu jika memang kamu sudah tak bisa memaafkan Aziz. Tapi tolong, beri kesempatan mama menebus kesalahan mamah!"
Dengan berat hati, akhir aku mau bicara dengan beliau.
"Dian maafin mama kok mah!", ucapku pelan.
Mama mendongak menatap wajahku. Direngkuhnya tubuh ku dalam peluknya. Beliau menangis tergugu di pundakku.
"Sudah mah. .sudah.. tak perlu begini!" ucapku pelan. Mamah mengusap air matanya.
"Sebagai penebus kesalahan mamah. Setelah kamu keluar dari rumah sakit, tinggal lah dengan mamah. Mamah akan merwat mu dan anakmu sebaik mungkin.!"
"Maksud mama?"
"Kamu tinggal bersama mama, biarkan Aziz sendiri. Biar dia sadar dengan kesalahan nya! Mama sangat kecewa padanya Di!", kata mama emosi.
Aku bingung harus apa. Disatu sisi, kami berdua merasakan kekecewaan terhadap kelakuan pria yang sama. Tapi disisi lain, aku harus memikirkan calon anakku.
Ya Allah....aku harus gimana?
"Di...., Mah....", sapa Aziz saat memasuki kamar rawat ku.
Aku dan mama tak menanggapi nya.
"Gimana keadaan kami sayang? sudah membaik kan? Tadi dokter bilang, besok kamu bisa pulang. malam ini, biar kamu istirahat dulu di sini !", ucapnya lembut mengusap keningku. Ku tepiskan segera. Perasaan jijik masih menghantui ku. Teringat adegan yang kulihat tadi pagi.
"Dek, mas sungguh-sungguh minta maaf dek. Harus dengan apa mas menebus kesalahan mas?", katanya memohon. Berusaha meraih tanganku, tapi aku tak mau dia menyentuh ku barang seinchi.
"Mah, maafin Aziz mah. Aku tahu, kalian kecewa. Tapi , sungguh Aziz sama sekali tak ada niat untuk membuat kalian kecewa!", ucapnya tertunduk.
"Setelah keluar dari sini, biarkan Dian mamah yang rawat. Dian tinggal sama mama. Mama ga mau, melihat Dian tersiksa karena selalu mengingat kelakuan bejatmu!" ucap mama bersungguh-sungguh. Benarkah mama semarah itu pada mas Aziz?
"Tolong jangan pisahkan aku dari Dian mah. Aziz mohon mah....", ucap Aziz memelas.
"Dek, tolong maafkan mas dek. Jangan tinggalkan mas dek. Mas mohon....!", mas Aziz menangis. Bersimpuh d samping ranjang ku.
Aku tak mau melihat wajahnya. Aku takut jika aku akan merasa iba padanya.
"Mah, sebaiknya mamah pulang. istirahat dirumah. Soal besok aku akan tinggal dimana, biar kupikirkan nanti."
"Ya udah mamah pulang, kalo ada apa-apa hubungi mama." mama pun berpamitan, keluar dari kamarku.
Tersisa mas Aziz yang masih bersimpuh disebelah ranjang.
"Keluar lah mas. Aku ingin sendiri!" ucapku tegas.
Mas Aziz seketika mendongak. Menatapku dengan tatapan yang sendu.
"Mas pengen nemenin kamu. Bagaimana kalau kamu butuh sesuatu. Bagaimana kalo...", ucapan nya terhenti karena aku memotong omongannya.
"Aku bilang keluar.....!!!", bentakku.
"Dek.....", suaranya memelas.
"Pergi ! Keluar dari sini! Urusi saja perempuan selingkuhan mu yang juga sedang hamil ! Aku bisa sendiri. Aku sudah terbiasa sendiri. Aku ....huhhhu....", tangisku tak lagi bisa kutahan. Laki-laki yang sudah berjanji akan selalu menjaga dan membahagiakan ku, yang hanya anak yatim piatu nyatanya justru dia memberi luka teramat dalam untukku.
Akhirnya dia pun keluar perlahan. Entah dia pulang atau menunggu diluar. Asalkan aku tak lihat batang hidungnya.
POV Aziz
Diluar kamar rawat Dian.
Ya Allah, ampunilah aku. Dosa besar yang ku perbuat menyakiti wanita yang sangat aku sayangi. Istriku dan mamaku. Seandainya saja waktu itu aku tak melakukan kesalahan fatal itu.
(3 bulan yang lalu, Malang)
"Ziz, hawanya disini dingin gini. Tau gitu, gue ajak aja bini gue. sekalian honeymoon. hahahaha ", ucap Ivan.
"Hehehe...iya ya. Tapi kasian, kalo kita lagi kerja istri kita suruh nungguin di hotel gitu? Jalan-jalan sendiri mana mau kalo ga sama lakinya." aku menimpali ucapan Ivan.
"Bener tuh kata Aziz , Van. masa kita sibuk di lapangan, bini kita di tinggal. kasian lah", sahut Adam.
"Suruh siapa pada punya bini, kaya kita donk single. iya nggak Li?", kata Siska meminta persetujuan Lili.
"Hehehe, punya bini dirumah. Kalo diluar rumah ngaku single kan gapapa. Ya gak?", kata Lili santai. Adam dan Ivan menanggapi nya dengan tawa.
Aku, Adam ,Ivan ,Siska dan Lili adalah satu team. Kami berlima dipercaya menangani proyek di kota apel ini. Siska memang single, janda beranak satu yang gila karir. Dan, Lili yang ku tahu dia belum menikah. Teman-teman ku tak ada yang tahu jika Lili adalah mantanku. Mereka pun tak perlu tau lah, aku hanya ingin profesional menjalankan pekerjaan.
Sudah tiga hari kami berada dikota ini, malam ini adalah malam terakhir menginap di kota malang yang dingin ini.
Kami berlima memutuskan untuk melakukan sukuran kecil-kecilan karena pekerjaan kita sukses dan berjalan dengan lancar.
Siska dan Lili yang memesankan makanan dan makanan untuk kami semua. Usai makan kami kembali ke kamar masing-masing. Kebetulan, kamar ku dan lili bersebelahan. Sedangkan Adam, Ivan dan Siska berada di lorong yang berbeda.
Setelah aku masuk kamar, ada hawa panas mendera tubuhku. Tiba-tiba saja aku merasa ingin menuntaskan hasrat ku. Aku teringat Dian, istriku dirumah. Aku sangat merindukan aktivitas itu. Tapi apa boleh buat. Dian jauh dari jangkauan ku. Aku merasa tersiksa sendiri. Saat aku berusaha menguasai tubuhku sendiri, tiba-tiba Lili masuk ke kamarku. Memakai lingerie merah menyala. Yang membuat menelan Saliva ku. Aku berusaha menahan nafsuku, aku tak mau melihat nya. Lili mengunci pintu kamarku. bagaimana dia bisa masuk ke sini?
Dia semakin dekat, mendekati ku. Tapi keagresifan nya meruntuhkan imanku. Dan , perbuatan keji itu pun terjadi. Bodohnya aku, Lili merekam perbuatan kami dan aku tak tahu.
Aku kelelahan setelah melakukan hubungan terlarang dengn Lili semalam, sampai aku tertidur pulas.
Aku terjaga saat Adam menggedor pintu kamarku. Tak kudapati lili di kamarku. Dia sudah pergi.
"Bangun Ziz, sarapan . kita tunggu dibawah ya!", panggil Adam.
Tak kusahuti. Aku beranjak dari tempat tidur ku lalu membersihkan diri dikamar mandi.
Aku sadari kesalahan ku. Ya Allah, semoga engkau mengampuni ku.
Usai mandi, ku bereskan pakaian ku. Setela itu, aku turun dan bergabung dengan teman satu tim ku.
Kulihat wajah lili sekilas, dia nampak biasa saja seolah tak terjadi apa-apa semalam.
"Siang amat Lo bangun bro. biasa paling pagi diantara kita!", ucap Ivan. Aku hanya tersenyum tipis. Kulihat lili sedang memainkan ponselnya. Selang beberapa saat, ada notifikasi pesan masuk di ponselku.
[Mas, hari ini pulang? Mau aku masakin apa?]
ternyata pesan dari Dian. Seketika perasaan bersalah menguasai ku.
[Iya, apa pun yang kamu masak pasti mas makan sayangku. Nanti mas bawain Brem mau? Atau keripik apel?]
[Apa aja mas. Kamu sehat pulang dengan selamat buat aku udah lebih dari cukup]
Dian...istriku yang saliha ,yang cantik dan penuh kelembutan.
[ Tunggu mas ya dek!]
Dian membalas nya dengan emoticon tersenyum dan jempol.
Lalu WhatsApp dari mamah.
[ Kamu lagi keluar kota ya Ziz? Sama Lili?]
[Iya mah. tau dari mana?]
[Status wa Lili]
Owh...iya, kulihat tadi memang lili memajang foto kami berlima di aplikasi hijaunya.
[ Owh....]
[ Salam ya buat Lili, mama udah lama ga ketemu dia. Coba mama tanya deh, kira-kira dia mau ga jadi istri keduamu]
[ Ga pantes mama bilang kaya gitu!]
[Kan mama usaha Ziz, dari pada menunggu Dian yang mandul. Ga hamil-hamil. Apa salahnya usaha. Yang penting halal, ga zinah!]
[Maaf mah, Aziz ga suka mama bicara seperti itu tentang Dian.] Tak ada lagi balasan dari mama. Mama tidak tahu saja, bagaimana Dian bisa hamil, aku saja jarang menyentuh nya karena kesibukan ku yang ingin sekali memenuhi kebutuhan nya. Tidak ingin melihat dian kekurangan. Semasa hidupnya, dia sudah melewati masa-masa sulitnya.Aku tak ingin Dian merasakannya lagi.
Aku melanjutkan sarapan ku. sesekali Adam dan Ivan nyeletuk yang memancing tawa kami.
Ponsel ku kembali bergetar. Kurogoh kantong celanku.
Aku terperanjat seketika saat kulihat video masuk di aplikasi hijauku. Astagfirullahaladzim....ya Allah. Aku menatap Lili nyalang. Tapi lili hanya tersenyum melihat ku yang emosi. Aku menahan emosi sebisaku, sampai aku bisa berbicara berdua dengannya.
Sarapan yang tadi tak terasa nikmat sama sekali. Kami berlima menuju lobi. Tak lupa kubelikan oleh-oleh buat Dian, sesuai janjiku.
Pesawat sampai dijakarta pukul 11 siang. Keluar dari bandara, kami menuju rumah masing-masing. Tapi tidak dengan ku dan Lili. Kucegat dia, aku ingin bicara padanya.
"Maksud kamu apa Li?"
"Ya...gapapa."
"Kamu keterlaluan Li.!"
"Hey....mas Azizku tercinta. Kamu lupa atau gimana? Bukankah kamu juga menikmati persetubuhan kita semalam hah? Jangan munafik mas!"
"Aku tak tahu kenapa aku bisa seperti itu...."
"Iya lah kamu ga bakal tau, aku sudah memasukkan sesuatu kedalam minumanmu", bisiknya pelan.
Ya Allah, pantas saja aku merasa ada yang salah dengan ku.
"Tujuan mu apa seperti itu ?" aku masih emosi. aku merasa sudah mengkhianati Dian.
"Sejak awal kita bertemu lagi, sudah kubilang aku mau kamu kembali padaku. bahkan mama mu juga setuju kan? "
"Pikiran mu sudah tak waras !"bentakku.
"Terserah lah mas, cepat atau lambat kita pasti menikah."
"Jangan harap kamu menikah dengan ku. Aku hanya mencintai Dian, istri ku!"
Aku beranjak meninggalkan nya. entah setelah itu apa yang dia lakukan aku tak tahu.
Sesampainya dirumah, dian menyambut ku antusias seperti biasa. Dian memang agresif, mungkin karena terlalu merindukan ku.
Malam nya , Dian berusaha membuatku untuk 'melakukan' tapi aku menolaknya karena alasan lelah.
Aku tahu dian kecewa sekali , bukan aku tak merindu kan istriku. Aku hanya merasa bersalah jika aku menyentuh istriku sendiri. Dan setelah itu, beberapa kali aku berusaha menolak nya. Tapi , aku tak tega. Akhirnya aku pun melakukan nya hanya untuk menyenangkan istriku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 292 Episodes
Comments
andi hastutty
mending mundur meskipun suami ngga sepenuhnya salah
2024-02-01
0
Arin
klo udh kejdian Kya gni,sy sbge sesma cwe mau mending mundur
2022-04-26
1
Tha Ardiansyah
Emang sakit banget rasanya kalo kepercayaan yang diberikan di khianati
2021-12-20
1