"Udah selesai bang?" tanya Nada, ketika melihat Ando meletakan laptopnya diatas nakas.
"Udah sayang."
"Ada yang mau kamu omongin, dari tadi aku perhatiin kelihatannya kaya gelisah gitu?"
Nada mendongak, dengan kening berkerut. "kapan abang perhatiin aku, orang dari tadi abang cuma fokus sama laptop."
"Kamu lupa ya, kalau aku punya 3 mata?"
"Hah, mana ada, nggak lucu ih bercandanya."
"Ini lho yang satunya." menarik tangan Nada lalu ditempelkan di dadanya.
"Mata hati." ucapnya, dengan senyum di kulum.
"Ihs abang apaan sih!" ketusnya, namun detik kemudian ia tersenyum geli dengan tingkah laku suaminya.
Kini Ando mengubah posisi duduk nya menjadi berhadapan dengan Nada.
"Mau ngomong apa, aku udah siap dengerin." ucap Ando sambil menatapnnya intens.
"Ihs jangan pasang muka kaya gitu?"
Ando terkekeh, "Aku harus gimana sih sayang, salah mulu deh."
"Abang serius ihs."
"Lah, emang aku bercanda, perasaan dari tadi juga serius terus."
"Ihs."
"Kenapa sih, tinggal ngomong doang apa susahnya sih sayang?"
Nada pun akhirnya menceritakan semuanya pada Ando, perihal Oma Sarah yang meminta menikahkan putra pertamanya dengan Kinar, cucu dari sahabatnya.
"Gimana abang setuju?"
Ando terdiam, kemudian terkekeh pelan, membuat Nada bingung, dan berakhir menyentuh dahinya.
"Nggak panas kok, abang kenapa sih?"
Ando tersenyum, lalu merengkuh tubuh Nada Kedalam pelukannya.
"Mendengar si El mau nikah, rasanya gimana gitu, kaya mengenang masa lalu nggak sih?" Ando kembali terkekeh.
"Sama-sama nikah saat SMA maksud abang."
Ando mengangguk, "Perasaan baru kemarin juga, aku gantiin popoknya si El, eh tahu-tahu itu anak mau nikah aja." Ando menerawang jauh mengingat kembali semua hal tentang putra pertamanya tersebut.
Masih ia ingat dengan begitu jelas, ketika pertama kali melihat dua garis hasil test ur*n Nada, rasanya saat itu Ando merasa jadi orang yang paling bahagia sedunia.
Setiap hari ia selalu dipusingkan oleh ngidam Nada yang aneh-aneh, namun ia sangat bersyukur dan menikmatinya.
Terutama ketika detik-detik Nada hendak melahirkan, sungguh ia seperti seseorang yang sangat Bo doh saat itu.
"Eh, ngomongin si El mau nikah, dia sendiri padahal belum tahu lho bang." ucap Nada sambil tertawa lirih.
"Gimana ya reaksi si El kalau tahu mau di nikahin,"
"Dia itu sikapnya nurun dari kamu tahu nggak sih,"
"Maksudnya?"
"Jutek sama perempuan."
"Baguslah sayang, biarin dia jatuh cinta hanya pada satu orang perempuan aja, sama seperti aku."
"Menurut abang kira-kira Kinar gadis seperti apa ya bang?"
"Lah, kan yang diceritain mama kan kamu, bukan aku."
"Ya kalau kata mama sih anak nya cantik, baik, mandiri."
"Yaudah, besok minta mama buat bawa gadis itu kesini, sekalian dikenalin sama si El, biar nggak kaget-kaget banget tu bocah."
"Yaudah,"
.
.
Tok.. tok.. tok..
"Kinar, oma masuk ya!" ucap Oma Sarah, yang sudah menyembul dibalik pintu.
"Iya Oma, silahkan!"
"Kinar masih cuti kan?"
"Masih Oma, sisa dua hari lagi, hari ini dan juga besok, seharusnya sih dua hari, berhubung hari ini hari minggu, jadi liburnya bisa lebih lama, memangnya kenapa Oma?"
"Hari ini Oma mau ngajak Kinar kerumah Nada, anak Oma yang kedua, mau ya, Hitung-hitung nyari sedikit hiburan, biar Kinar nggak sedih dan kepikiran ibu terus."
Kinar terdiam sesaat, sembari menunduk memandangi jemari tangannya yang bertaut, yang dikatakan Oma Sarah memang ada benarnya, jika ia sendirian terus, yang ada dia akan semakin sulit untuk menghilangkan kesedihannya, bat in Kinar.
"Gimana, Kinar mau kan ikut oma?"
Kinar pun mengangguk sambil tersenyum.
"Yasudah, kita pergi sekarang aja, mumpung masih pagi."
.
.
"Omaa..?" seperti biasa Cantika adalah orang pertama yang menyambut kedatangannya dengan riang.
"Aduuhhh, cantiknya cucu oma."
"Ngomong-ngomong cucu Oma yang cantik ini, Udah mandi apa belum?"
"Udah dong Oma, kata Bunda anak gadis itu harus rajin mandi biar wangi."
"Duhh.. pinternya."
"Itu siapa Oma?" bisiknya, sembari menunjuk kebelakang tubuh sang Oma.
"Eh iya Oma sampai lupa, kenalin nih, ini namanya kak Kinar, kak Kinar ini sekarang tinggal sama Oma."
"Hai kakak cantik, kenalin nama aku Cantika." mengulurkan tangan mungilnya untuk menyalami Kinar.
"Hallo sayang, kamu cantik sekali."
"Aku memang cantik mirip seperti Bunda, makanya di kasih nama Cantika." jawab nya polos, yang kemudian mengundang gelak tawa dari sang Oma mau pun Kinar.
Kemudian ia berlari Kedalam, sembari berteriak memanggil sang Bunda.
"Berisik banget sih dek, elahhh!" Satria yang saat itu sedang menonton acara kesukaannya, merasa terganggu dengan suara cempreng sang adik.
"Ihs abang mah gitu, baperan!"
"Dih gayanya, bocil tahu baper segala!" ucapnya, sedangkan yang di ajak bicara sudah menghilang entah kemana.
"Bunda, Bunda!"
Brak!
Saking antusiasnya, ia tidak menyadari telah menyenggol kursi yang sedang di naiki Satya kakaknya, yang sedang mengambil bumbu didalam kitchen set, paling atas, suruhan bundanya.
"Anjirrr, pantat gue remuk keknya nih!" gerutunya sembari mengusap bagian kakinya yang juga terasa ngilu.
"Apa sih dek, yaampun itu bang Satya kenapa meringis gitu mukanya, jatuh bukan sih?"
"Di depan ada Oma, bawa kakak-kakak
cantik banget, namanya K-kiran apa ya, Tika lupa." cerocosnya sambil berpikir keras, tak mempedulikan ucapan sang bunda.
"Kamu kenapa sih sat, masang muka jelek begitu, mana bumbu yang bunda minta tadi, udah ketemu?" tanya Nada menghampiri Satya.
"Bunda gitu amat sih, anak abis kena musibah juga, malah dikatain jelek, bokong aku sakit bun!"
"Lah, kok bisa?"
"Gara-gara si ceriwisnya bunda tuh, jalan nggak lihat-lihat, maen tabrak-tabrak aja!" gerutunya.
"Kamu kaya yang baru kenal satu hari aja sama adek kamu, sini bunda bantuin berdiri."
"Ish, abang ngapain sih dipeluk-peluk bunda, manja deh!" tiba-tiba Cantika sudah berada disampingnya, membuat Satya berharap pingsan saat ini juga.
"Kakak lagi sakit dek, kamu ini kebiasaan deh, kalau jalan lihat-lihat nak, kasian kan kakaknya, ayo sekarang minta maaf sama abang " ucap Nada memperingati anak bungsunya.
Cantika menunduk, sembari bergeser mendekati sang kakak yang sudah duduk diatas sofa.
"Tika minta maaf ya bang, lain kali bakalan lebih hati-hati lagi."
Satya mengacak pelan rambut sang adik, meskipun dirumah adiknya itu terkenal ceriwis dan ceroboh, namun ia begitu menyayanginya.
"Yaudah, abang maafin, awas lho jangan di ulangi lagi."
"Makasih abang!"
"Iya!"
"Adududu, sabar dong dek!" Nada yang sedang kembali memasak ditarik paksa oleh Cantika, dengan alasan kakak cantik didepan sudah terlalu lama menunggu, alhasil Satria yang hendak minum menjadi sasaran Nada, untuk menggantikannya menggoreng ikan.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Diihh pede nya nih anak,,bikin hemes aja aku😍😍😍😂😂
2023-01-11
0
Qaisaa Nazarudin
Iya tas perlengkapan baby teetinggal di meja dapur,Saat mau bayar admistrasi nya Nada dompet Ando teetinggal di rumah,,wkwkwk lucu banget ya saat baby El mau lahir🤣🤣🤣
2023-01-11
0
Qaisaa Nazarudin
Iya,cepet banget tua nya ya kalo udah punya anak🤭🤭😂
2023-01-11
0