Cahaya dilentera yang dipasang begitu saja.
Mata Renata menatap tirai berwarna hitam di sebelah kiri.
Cahaya, atau lampu. Hanya mengandalkan dari, lentera yang ada di ruangan itu.
Pria tua pun ikut duduk. Mereka bertiga akhirnya duduk berhadapan.
"Bagus, kalian kesini malam ini!
Malam ini adalah malam penentuan diantara kamu dan dia,"
suara sang pemilik pondok itu menatap Renata tajam dan nanar.
"Malam penentuan,"gumam gadis itu spontan.
Renata mendadak mundur.
Suara sang pemilik begitu berat dan menggelegar bagaikan reruntuhan batu menimpah rumah.
"Ya, malam ini adalah penentuan perjodohan yang kami telah janjikan sejak lama." ujar pak Iskandar menatap wajah putrinya.
"Maksud ya apa?" tatap Renata pada Pak Iskandar.
"Kami, menjodohkan kamu dengan Gio." ucap ayahnya pelan.
"Gio? Gio itu siapa?"
"Iya, anak cantik.
Kamu akan menjadi bagian kami.
Dan, kamu jangan menolak keputusan kami."
suara pemilik pondok itu kembali terdengar.
"Kami hanya ingin kamu tahu, kalau Rey bukan bukan laki laki yang baik dan,..."kata pria itu menatap wajah Renata.
"Ayah! Aku nggak mau di jodohkan. Apalagi aku sama cowok itu nggak saling kenal." teriak Renata histeris.
Renata membabi buta. Pak Iskandar langsung memeluk tubuh putrinya.
Tapi, Renata tetap mengamuk dan memukul ayahnya berkali kali, melepaskan kekesalan hatinya pada sang ayah.
Saat pegangannya ayahnya longgar.
Renata langsung membalikan badannya menuju pintu yang masih terbuka, ia hendak pergi.
Tapi, tangan pemilik gubug itu langsung mencengkram tubuh Renata. Dengan cepat dan tangkas.
Tapi, saat pria pemilik pondok itu berhasil. Meraih Renata.
Dupa, yang membakar kemenyan tumpah. Dan berhamburan kemana mana.
Gadis usia 18 tahun berontak. Mereka akhirnya bergumul di dalam gubug tua itu.
Pak Iskandar membantu pria itu! Beberapa kali Renata menendang perut, tangan, dan kaki pemilik gubug itu.
Akhirnya Renata bisa melepaskan diri dari cengkraman pria tua!
Renata, tanpa menunggu waktu lama lagi. Langsung berlari menyongsong pekatnya malam.
"Mbah Mardi nggak apa apa'kan?"tanya pak Iskandar memburu tubuh tua yang kena tendang kaki Renata.
Untung! Burung Mbah Mardi, tidak terkena sasaran tendangan gadis manis itu. Kalau terkena, mungkin lebih fatal lagi.
Akhirnya, Renata lolos. Dan berhasil mendorong tubuh pemilik gubug itu. Dengan keras. Melihat Renata berhasil lolos.
Pak Iskandar, langsung mengejar putri satu satunya itu.
Tapi, jejak Renata tidak ditemukan. Pria tua, yang di sebut mbak Mardi. Oleh pak Iskandar, langsung bangun dan mengejar Renata.
Tapi gadis itu, telah lenyap ditelan malam yang mulai turun.
Mbah Mardi, geram melihat apa yang dilakukan Renata pada dirinya.
Maupun, pada alat pembakaran dupa. Tanpa sengaja di tendang oleh Renata. dan tempat itu pecah seketika juga.
Itu! yang membuat Mbah Mardi, marah dan geram.
Mbah Mardi keluar pondok. Dan melihat pak Iskandar, berdiri di bawah pohon sebelah kanan pondok.
PLAK
Tiba tiba. Tangan tua itu, menampar wajah pak Iskandar dengan keras.
Pria muda itu! Hanya diam. Ia.mengaku salah atas lolosnya Renata.
"He, tengik! Jangan sampai gadismu dimiliki Rey! Awas kalau ini terjadi!" teriak Mbah Mardi marah sekali.
Suaranya, ibarat halilintar yang gelegar. membelah kesunyian hutan.
"Iya, mbah saya mengerti." ujar pak Iskandar ketakutan.
Ia, merasa dipermalukan oleh Renata.
Akhirnya, mbah Mardi meninggalkan pak Iskandar.
Ia, tidak memperdulikan lagi, terhadap pak Iskandar. Pak Iskandar, masih berada di luar dengan perasaan berkecamuk.
Mengingat Renata masuk hutan sendirian, tanpa siapapun.
Ada perasaan menyesal. Tapi penyesalan itu tidak ada gunanya kerena Renata telah pergi.
Awalnya, pak Iskandar akan meninggalkan pondok itu. Tapi pikirannya langsung tertuju pada putri semata wayangnya.
Kalau saja malam ini. Ia tidak membawa Renata bertemu, dengan Mbah Mardi. Mungkin akan lain ceritanya.
Akhirnya, pak Iskandar hanya bisa duduk dibawah pohon.
Hutan larangan.
Banyak orang yang mengatakan itu. Pada hutan yang disinggahi, pak Iskandar dan Renata.
Tiba tiba halilintar bersautan.
Angin mulai menderu kencang. pohon pohon menari nari tertiup angin.
Hujan yang sejak dua bulan tidak turun. Kini, turun dengan lebatnya. Kaki kaki hujan, mulai berlomba dengan kaki Renata berlarian keluar dari hutan itu.
Pak Iskandar, masih diluar. Saat turun hujan pun ia masih duduk di bawah pohon memikirkan putrinya.
Ingin rasanya menyusul. Tapi ia takut, tidak bisa menemukan putrinya. Putrinya peninggalan istri satu satunya telah pergi.
Menerobos, lebatnya hutan yang belum terjamah manusia.
Malam mulai tiba. Gelap semakin pekat. ditambah hujan menguyur tanpa henti. 2 jam sudah, Renata terjebak di dalam hutan tanpa arah dan tujuan.
tempat itu! Semakin membuat pusing dirinya. Kerena sudah 10 kali balikan, Renata mengitari hutan itu.
Mencari jalan keluar. Tapi ia harus kembali ke tempat semula. Badannya mulai menggigil, kedinginan, apalagi malam seperti lambat untuk menjadi siang.
Akhirnya! Renata sesegukan menangis.
Berteriak minta tolong. Tapi suaranya, seperti tertelan oleh rimbunnya pepohonan yang tinggi.
Hujan masih menyisakan rintikan, yang kian membuat menyeramkan.
Apalagi, Ditambah tidak ada penerang sama sekali. Membuat nyali Renata ciut.
Keadaan gelap seperti ini membuat penglihatannya kabur.
Hanya dengan tangan dan kaki. Ia, meraba mencari jalan yang bisa dilalui.
Suara binatang malam masih menghiasi kesunyian.
Perasaan lelah mulai terasa.
Waktu meloloskan diri. Kakinya terpeleset dan kini terasa sakit dan perih.
Renata hanya bisa menahan sakit.
Tangannya, juga lecet akibat terbentur batu saat jatuh.
Dan waktu, ia jatuh seperti ada orang yang meraih tangannya.
Tapi saat ia bangun. Ia, tidak bisa melihat apa yang terjadi. Dan siapa yang ada dihadapannya.
Bulu kuduk Renata berdiri. Saat mendengar seseorang tertawa nyaring dibelakang.
***
Tiba tiba Renata tersentak.
Ia berada di pondok itu lagi!
tanpa ayahnya. Gadis itu terbangun saat mendengar suara burung bernyanyi dengan merdunya.
Bias bias mentari pagi, juga menyerobot ke lubang lubang dinding bambu, yang terlihat koyak dan rapuh.
Renata, langsung duduk dan tercenung. mengingat kejadian malam tadi.
Ia merasa kalau malam itu, ia kabur meninggalkan pondok tua.
Tapi, kenapa dia kini berada di gubug tua itu lagi.
Apa aku bermimpi? Gumam gadis itu tercenung. Apa mungkin yang menolongnya?
Renata, hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Ha ha ha...selamat datang kembali di pondok ini gadis cantik."
tawa suara Mbah Mardi pemilik gubug itu menghampiri Renata.
Renata, yang duduk menyandarkan punggungnya di dipan itu mengangkat badannya.
"Kamu siapa sebenarnya. Mau kamu apa?"
suara Renata tergetar saat melihat penampilan lelaki tua itu.
Ada perasaaan takut, saat pria itu duduk di depannya sambil terkekeh.
Waktu pertama kali ke pondok. Renata tidak begitu jelas, melihat wajah Mbah Mardi.
Wajah pria tua itu! Menyeramkan sekali.
Baju pria itu compang camping.
Rambut yang panjang, terlihat tergerai tidak karuan.
Rambut memiliki dua warna berbeda.
Matanya bersinar. bercahaya menyeramkan sekali, kulit pria itu hitam legam.
Disana sini terlihat keriputan. otot otot terlihat menakutkan.
Suara berat dan keras. Serta menggelegar membuat bulu kuduknya berdiri.
"Kamu perlu tahu. Kalau ayahmu menyerahkan kamu, untuk dijodohkan sama Gio. Kerena ayahmu berhutang sama diriku."
kekeh Mbah Mardi menatap wajah cantik Renata.
Renata terhenyak.*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
auliasiamatir
gio siapa yach..?
2023-09-06
0
pensi
udah aku favoritkan novelnya Thor 👍🏻 salam kenal ya.
2022-06-23
1
El_Tien
itu taman ciruas, aku mikirnya cisarua bogor wkwkw
2021-12-11
0