Tapi, dalam tawanya pria tua itu. Hanya mengelabui Renata.
"Bohong! kamu jangan mengada ngada.
"Aku, nggak percaya! kalau ayah melakukan itu sama diriku!" teriak Renata keras.
Gadis itu beranjak berdiri dari dipan yang ia tiduri semalam.
Tapi, Mbah Mardi langsung menarik tangan gadis itu, sampai tubuh Renata terjatuh.
Gadis itu terduduk kembali.
Renata meringis kesakitan.
Tiba tiba mbak Mardi, langsung berdiri dan menarik tangan Renata menuju ruangan lain.
Renata, awalnya berniat melepaskan ngenggaman tangan pria tua itu. Tapi tidak bisa, genggaman Mbah Mardi terlalu kuat.
Renata, akhirnya mengikuti mbak Mardi.
Mbah Mardi, telah menyediakan tali tambang yang besar.
Renata akan menghindar.
Tapi, mata jeli Mbah Mardi menangkap gerakan tubuh Renata.
Gadis itu gagal. untuk melarikan diri. Dari Mbah Mardi. Renata tidak bisa berkutik.
Percuma berontakpun. Genggaman Mbah Mardi, terlalu kuat untuk tenaga seorang gadis seperti dirinya.
Renata dibawa oleh Mbah Mardi.
Sebelum dibawa. Tangan Renata diikat kebelakang oleh Mbah Mardi.
Beberapa kali gadis itu berteriak! Tapi, tidak seorangpun yang datang menolong.
Mbah Mardi tertawa riang. mendengar tangisan dan teriakan gadis yang belum berusia 20 tahun itu.
Renata pasrah!
lelaki tua itu! langsung mendorong tubuh gadis itu menuju sebuah bangunan yang berada dibelakang pondok tua.
Sebuah bangunan yang kontras sekali dengan pondok yang di depan.
Di bangunan itu, Renata dimasukan. Hanya ada satu jendela yang ada, ruangan berukuran 4x4m², hanya ada dipan tempat tidur dan selembar tikar yang kusam.
Ruangan tanpa adanya wc.
Kini di diami oleh Renata.
Sedangkan, mbah Mardi, setelah memasukan Renata ke ruangan itu.
Lalu ia meninggalkan Renata sendirian.
"Malam ini kalian akan bertemu disini."
Renata hanya diam saja.
Tubuhnya, dilempar kearah tembok. Tanpa dibuka tali yang mengikat tubuhnya.
Gadis itu, berusaha untuk melepaskan tali, yang mengikatnya. Tapi nihil.
Tiba tiba, ia mendengar perutnya berteriak! meminta jatah.
Ya, seharusnya pagi ini. Ia, sarapan nasi uduk, buatan bi Inem tetangga rumahnya. pedagang nasi uduk.
Disertai, goreng bakwan maupun tahu yang kriuk.
Mengingat itu. Perut Renata terus menerus, berteriak teriak. Renata, hanya diam membisu tidak bisa berbuat apa apa.
Tidak lama. Setelah Mbah Mardi meninggalkan Renata. Ia sendirian berusaha membuka tali.
Tiba tiba, pintu yang menutup terbuka lebar. Terlihat seorang remaja sebaya. Muncul memberikan senyuman indah pada gadis itu.
"Gio!" ujar Renata pelan sambil menatap cowok itu dengan nanar.
Cowok itu mendekati Renata.
Ia berjongkok dekat Renata.
Cowok itu, membuka ikatan tali yang mengikat tubuh Renata.
Melihat perilaku Gio. Hati Renata berdesir halus sekali.
"Ya, aku Gio cucu Mbah Mardi. "ucap cowok hitam manis tersenyum.
Cowok itu akhirnya duduk disamping Renata.
"Kenapa? Kamu harus melakukan ini sama diriku.
Apa salahku sama kamu?" ujar Renata getir.
"Apa kamu tahu. Aku juga nggak mau ada perjodohan ini.
Aku udah punya pacar. Amanda nama gadis itu. tapi kerena perjodohan ini, harus hancur kerena perjodohan dengan kami."ujar Gio tanpa semangat.
"Lo punya pacar?"
Gio mengangguk.
Mereka berdua diam sejenak.
Gio diam, tapi hatinya mengingat nama Amanda. Seorang gadis satu sekolah dengannya.
Amanda seorang gadis yang manis, berkerudung panjang. anak rohis.
"Gio, kamu sekolah dimana?"
"SMUN I Panimbang,"
Angin pagi hari begitu sejuk sekali.
Gio memperhatikan Renata yang begitu tersiksa.
"Kamu lapar kan? Nanti, tunggu aku ya." kata Gio, langsung meninggalkan Renata di tempat itu.
Awalnya, Renata ingin mencegah Gio. Tapi, cowok itu langsung menghilang dihadapan Renata.
Terpaksa Renata diam saja. tubuhnya terasa sakit sekali. lengan atasnya terasa perih, kerena tambang yang mengikat tubuhnya sangat kuat sekali.
Tidak lama, kemudian Gio datang. Membawa nasi bungkus. Cowok itu, memberikan nasi itu ke Renata.
Renata, menatap nasi bungkus yang ada dihadapannya. Bukan hanya nasi bungkus saja, tapi cowok itu membawa satu botol minuman untuk Renata.
Renata akhirnya menyantap nasi itu dengan lahapnya.
Nasi, ayam goreng, sayuran dan sambel menambah nikmat yang dirasakan oleh Renata.
Gio terenyuh. Melihat Renata seperti itu. Biarpun, cowok itu. Baru pertama kali bertemu dengan Renata.
Hatinya tersentuh. Oleh penderitaan yang dialami oleh Renata. Baru pagi ini, Gio mendengarkan, penderitaan Renata dari Mbah Mardi.
Ya, tadi Mbah Mardi menceritakan secara singkat tentang Renata.
Awalnya. Gio ingin menceritakan apa yang ia tahu, tapi niat diurungkan kerena ia melihat kondisi Renata seperti itu.
Ia takut terjadi apa apa pada Renata.
"Insya Allah. Kamu bisa melalui ini, semuanya."ujar Gio.
Setelah melihat Renata, telah menyelesaikan makan dan minumnya.
Gio menatap Renata dengan seksama.
Gadis itu hanya diam saja. Gadis itu, hanya mendesah saat Gio berkata seperti itu.
"Aku akan menemani kamu, tapi aku nggak bisa membantumu," lanjut Gio kembali.
"Maksudmu?"
"Maksudnya, hanya kamu yang bisa menolong dirimu sendiri bukan orang lain.
Aku hanya menemani kamu, kamu tetap semangat ya?" kata Gio menyentuh bahu Renata dengan lembut.
Malam mulai menyapa hutan. Renata mulai kedinginan.
sejak siang tadi hujan turun dengan deras sekali, sampai saat ini gemericiknya masih ada.
Angin begitu kencang tertiup. Untung tidak disertai halilintar.
Kalau disertai halilintar, mungkin ia begitu bergidik ya.
Kerena sejak Gio pamit, ia di ruangan itu sendirian tanpa teman.
Waktu hujan turun. ia, tidak lama kemudian tertidur dan bangun entah jam berapa. Tapi, kayanya mendekati magrib.
TOK TOK TOK
Suara daun pintu dikutuk dari luar.
Renata diam diam, berjingkrak menuju pintu yang tidak terkunci.
Gadis itu, mengintip dulu dari jendela. Terlihat sesosok nenek, dengan dua warna rambut, sedang menunggu dibukanya pintu. Renata langsung membuka pintu.
"Nenek," suara Renata tertahan melihat keadaan nenek yang renta.
Dengan tongkat bambu, baju seadaanya. serta baju yang basah kuyup.
"Nenek, sendiri!" lanjut Renata merasa heran sekali.
Gadis manis itu memalingkan kepalanya mencari seseorang di luar tapi nihil.
Sang nenek, di bawa masuk oleh Renata menuju ruangan itu! Dan, diberi beberapa roti yang disuguhkan oleh Gio pada dirinya.
"Terimakasih, cu. Cucu baik. Maaf, nenek ngerepotin cucu," ujar sang nenek menatap wajah Renata dengan perasaan sayang.
"Nggak apa apa, Nek. Nek, nenek malam malam begini mau kemana?" kata Renata heran.
Kerena ini hari sudah mulai gelap. Di tengah hutan dikunjungi nenek yang tidak tahu asal usulnya.
"Nenek cuma haus, cu." ujar nenek itu.
"Nenek haus ya. Ntar aku ambilkan minum buat nenek." kata Renata merasa bersalah. Tidak langsung menyodorkan minuman sama nenek.
"Itu bukan minuman nenek, cu." ujar nenek setelah Renata menyodorkan beberapa Aqua, gelas yang diberikan oleh Gio untuk persediaan Renata.
"Trus nenek mau minum apa? Disini nggak ada teh manis, maupun minuman lainnya."
kata Renata merasa heran sekali melihat kelakuan nenek yang baru dikenalnya.
"Sepertinya, nenek ingin minum darah segar." ucap nenek seperti berbisik.
Tapi, biarpun berbisik ucapan nenek terdengar dengan jelas di telinga Renata.
"Nenek!"ujar Renata terkejut. Bulu roma nya langsung berdiri.*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments