^^^Surabaya^^^
Undangan yg bertuliskan ARFAN WED'S ELSA telah tersebar ke semua kerabat maupun teman teman kedua insan yg sedang di mabuk asmara itu. Setelah 6 tahun pacaran dan dua tahun bertunangan, kini mereka akan memasuki tahap terkahir dalam hubungan mereka. Yg paling di tunggu, yg paling berarti dan yg sakral. Yaitu sebuah pernikahan.
Seluruh persiapan sudah sangat siap, karena kedua pihak keluarga sangat antusias dan bekerja sama dengan sangat baik dalam mengurus pernikahan pemuda yg masih saudara sepupu itu.
Semenjak Arfan menyatakan cinta nya pada Elsa 8 tahun yg lalu dan mereka resmi menjadi sepasang kekasih, kedua insan itu tak pernah sungkan menunujukan kemesraan di depan siapapun terutama di depan keluarga mereka. Dan semua orang mendukung hubungan kedua nya, terutama ibu Elsa dan ibu nya Arfan. Kini ikatan mereka akan semakin kuat dengan pernikahan Arfan dan Elsa.
Dan saat ini, Arfan sedang sibuk memilihkan gaun untuk adik tersayang nya, Elnaz.
"Bagaiamana dengan yg ini, Princess" Arfan menunujukan sebuah gaun berwarna peach, akan sangat cocok di kulit Elnaz yg seputih susu.
"Boleh" jawab Elnaz sembari tersenyum kikuk.
Bukan karena apa, tapi karena Elsa sejak tadi sudah menggerutu karena Arfan yg terus sibuk mengurus Elnaz.
"Kamu suka? Kenapa wajah nya datar begitu?" tanya Arfan lagi.
"El suka, Kak Arfan" ucap Elnaz memaksakan bibir nya tersenyum.
"Baiklah, kita ambil yg ini. Sekarang kita cari flat shoes yg cocok" ujar Arfan.
"Arfan, yg mau menikah itu kita. Kenapa kamu malah sibuk mengurus Elnaz, lagi pula dia kan bisa memakai apa saja yg ada di rumah" ketus Elsa kesal, membuat Elnaz langsung menunduk takut dan memainkan ujung jilbab nya.
"Justru karena ini pernikahan kita, Sa. Aku mau adik tercinta ku ini juga tampil sangat cantik di pernikahan ku, ya kan, princess?" Dan Elnaz hanya bisa tersenyum tipis.
"Di rumah flat shoes banyak berbagai model dan warna. Tinggal dia pilih mau yg mana" ujar Elsa lagi.
"Ini hari yg sangat istimewa untuk kita semua, Sa. Masak iya Elnaz harus pakai barang lama" ucap Arfan lagi yg membuat Elsa terlihat sangat kesal.
"Ya sudah, terserah kalian saja. Aku tunggu di mobil" ujar nya dan ia pun segera kembali ke mobil Arfan.
Sesampainya di mobil, Elsa berkaca dan menambahkan lipstik di bibir nya yg terasa pucat kemudian merapikan rambutnya yg teruari bebas. Elsa memang tidak menggunakan hijab seperti Elnaz. Karena kedua orang tua Elsa mempersilahkan Elsa untuk memilih memakai hijab atau tidak, mereka tidak masalah. Sementara Elnaz, sejak kecil sang nenek selalu mengajari nya untuk menutup aurat, membaca Qur'an, dan sholat tepat waktu.
Elnaz menyukai sastra, dan setelan lulus ia berencana akan kuliah dan mengambil jurusan sastra. Sementara Elsa suka dunia modeling dan sangat ingin menjadi model. Ia sudah mengirimkan beberapa lamaran nya pada beberapa agensi model baik di kota asalnya Surabaya maupun ke kota kota yg lain. Namun yg sangat Elsa harapkan adalah ia ingin sekali pergi ke ibu kota, memulai karir nya disana dan sukses di sana.
Sementara Arfan, dia adalah seorang Dokter yang akan menjadi Dokter bedah. Cukup mapan di usia nya sekarang, karena itulah kedua insan itu memutuskan menikah dan akan pindah ke Jakarta setelah menikah. Arfan bahkan sudah membeli rumah sederhana di sana untuk diri nya dan Elsa kelak dari uang tabungan nya sejak dulu dan juga dari hasil gaji nya sebagai Dokter umum.
"Lama sekali mereka, sebenarnya yg calon istri Arfan itu aku apa Elnaz?" gerutu Elsa sembari membuka email dari ponsel nya, berharap ia segera mendapatkan balasan email dari agensi model nya.
Sementara di dalam, Arfan dan Elnaz kini berada di toko sepatu. Arfan mencarikan sepatu flat shoes untuk Elnaz karena Elnaz tidak bisa memakai high heels.
"Kak, kita pulang saja. Nanti Kak Elsa marah" rengek Elnaz takut, kakak kandung nya itu sering sekali bersikap dingin pada Elnaz jika Elnaz melakukan sesuatu yg membuat kakak nya kesal.
"Marah kenapa? Kita kan cuma cari sepatu" jawab Arfan santai. Elnaz pun hanya bisa mendesah lesu, habislah diri nya setelah ini. Pasti kakak nya akan terus memelototi nya dan bersikap dingin pada nya.
"Kak, El mau cepat cepat pulang. Sebentar lagi kan ujian nasional, El harus belajar" Elnaz kembali merengek, kali ini membuat Arfan yg mendesah lesu.
"Iya iya, Princess. Baiklah, bagaimana dengan ini?" Arfan memperlihatkan flat shoes dari Tory Burch.
"Iya, bagus" jawab Elnaz cepat.
"Coba dulu" pinta Arfan dan ia berlutut di depan Elnaz, Elnaz pun melepaskan sandal nya dan mencoba sepatu baru nya.
"Pas" ucap nya cepat.
"Baiklah, kita bayar dulu. Jangan cemberut begitu, nanti pipi mu semakin mengembung seperti balon" goda Arfan yg justru membuat Elnaz semakin cemberut.
Setelah membayar sepatu itu, Elnaz dan Arfan pun segera menyusul Elsa ke mobil.
"Lama nya, sampai lumutan aku menunggu di sini" ucap Elsa melirik tajam Elnaz yg kini sudah duduk di jok belakang.
"Jangan seperti itu, Elsa Sayang" ucap Arfan sembari tertawa kecil, mencoba menghibur tunangan nya ini "Nanti cantik mu hilang kalau marah marah" ucap nya sembari mencolek hidung Elsa, berhasil menerbitkan senyuman di bibir Elsa.
Arfan pun keluar dari area parkiran pusat perbelanjaan itu dan ia menyetir dengan santai.
"Sayang, ada yg belum kita putuskan lho" ucap Elsa sembari menatap Arfan penuh cinta, dan Arfan menatap nya dengan tatapan yg sama.
"Memang apa yg belum kita putuskan? Rumah sudah ada, bahkan kamu hanya ingin satu anak, aku sudah setuju, kamu ingin jadi model, aku sudah setuju, memang apa lagi?" tanya Arfan lembut.
"Honeymoon" ucap Elsa malu malu dan seketika Arfan tampak terkejut.
"Oh ya ya... Memang nya kamu mau kemana?"
"Aku ingin ke Paris, mau liat menara eiffel" ucap Elsa manja.
"Paris ya..." gumam Arfan "Mengurus keberangkatan ke Paris kan tidak mudah, dan butuh biaya yg cukup banyak juga, Sayang. Sementara kita sudah mengeluarkan uang yg sangat banyak untuk pernikahan kita" tutur Arfan dan terselip nada penyesalan disana, karena ia tak bisa memenuhi permintaan calon istrinya. Ia memang masih ada simpanan, tapi jika harus ke Paris, belum lagi nanti pasti Elsa belanja gila gilaan disana, maka semua uang simpanan Arfan bisa habis. Elsa yg mendengar itu langsung cemberut, ia sangat ingin pergi ke Paris.
"Nanti aku nabung dulu ya, kalau sudah punya cukup uang, aku janji akan bawa kamu ke Paris. Untuk sementara, bulan madu nya ke luar kota aja ya" bujuk Arfan dan Elsa mengangguk setuju, ia bergelanyut manja di lengan Arfan.
"Iya, engga apa apa kok. Yg penting aku selalu bersama kamu, itu aja yg aku mau dalam hidup ku"
Arfan mengecup kening Elsa mesra "Itu juga yg aku mau" bisik Arfan.
Sementara Elnaz yg hanya menjadi pajangan dalam mobil itu hanya bisa menyunggingkan senyum sumringah nya. Melihat kedua kakaknya terlihat sangat bahagia, membuat Elnaz juga merasa sangat bahagia.
Hingga tiba tiba Arfan menghentikan mobil nya membuat kedua gadis itu sangat terkejut.
"Ada apa?" tanya Elsa.
"Sepertinya ada kecelakaan" ucap Arfan yg melihat kerumunan di seberang jalan "Kalian tunggu di sini, aku akan memeriksa nya. Siapa tahu aku bisa membantu" ucap Arfan dan ia segera melompat turun dari mobil, Elsa pun juga ikut turun membuat Elnaz juga ikut ikutan mengejar Arfan.
Arfan melihat seorang pria yg seperti nya mengalami kecelakaan tunggal, pria itu terbaring di lantai dengan kepala yg berdarah. Sementara orang orang tak berani membantu karena takut salah.
"Sudah panggil ambulance?" teriak Arfan sembari memeriksa keadaan pria itu.
"Sudah" jawab salah seorang pria di sana.
"Dia hanya pingsan dan shock" gumam Arfan, ia pun mencoba memangku pria itu, ia menarik shal salah satu orang di sana dan menekan bagian kepala nya yg berdarah dengan shal itu.
Tak lama kemudian ambulance datang, petugas medis segera turun dengan membawa tandu di susul seorang Dokter.
"Dokter Arfan..." seru Dokter itu.
"Oh, Dokter Mike, syukurlah kau datang dengan cepat"
Petugas medis pun langsung dengan sigap memindahkan pria itu ke tandu dan membawa nya masuk ke ambulance.
"Dia mengalami cidera kepala karena tidak memakai helm, ini kecelakaan tunggal seperti nya. Langsung periksa bagian tengkorak nya, takut nya ada keretakan yg parah atau penggumpalan darah dalam otak nya" Arfan berbicara sembari ikut mengantar pria itu ke ambulance.
"Terima kasih" ucap Dokter Mike.
Kini perhatian Arfan tertuju pada Elnaz yg terlihat pucat dan lemas, tubuhnya pun sudah terlihat limbung dan dalam detik selanjutnya ia terjatuh pingsan dan dengan sigap Arfan menangkap tubuh kecil Elnaz.
Ia pun segera berlari membawa nya ke mobil di ikuti Elsa yg juga berlari.
"Sudah aku bilang, tunggu di mobil. Sudah tahu Elnaz itu phobia terhadap darah" gerutu Arfan sembari menidurkan Elnaz di jok belakang dan ia pun ikut masuk dan duduk di jok belakang, Arfan meletakkan kepala Elnaz di pangkuan nya sementar Elsa kini menggantikan posisi Arfan untuk menyetir.
"Dia ikut sendiri, Fan" ujar Elsa kesal karena Arfan seolah menyalahkan nya.
Elnaz memang phobia terhadap darah sesedikit apapun, bahkan setiap kali ia mendapatkan tamu bulanan nya itu akan membuat nya terbaring lemas. Dan semua orang tahu itu termasuk Arfan.
"Aku tidak bermaksud menyalakan mu, Sayang maafkan aku" ucap Arfan tulus dan ia menatap Elsa dari kaca spion, Elsa mengangguk mengerti dan tersenyum. Arfan memang sangat menyayangi dan memanjakan Elnaz, dan semua orang juga tahu akan hal itu.
Sesampainya di rumah Elnaz, Arfan segera membawa Elnaz ke kamar nya dan menidurkan nya di ranjang dengan seprei yg masih dengan motif yg sama, bergambar duck. Arfan melepaskan sandal Elnaz, menyalakan AC kamar nya dan menarik selimut menutupi setengah tubuh adik kecilnya itu.
Setelah itu, ia keluar dan menemui Elsa.
"Sayang, aku harus kerumah sakit" ucap Arfan dan Elsa mengangguk sembari berkata
"Hati hati, Sayang"
"Iya" ucap Arfan dan ia pun segera pergi dari rumah calon istri nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Erna Yunita
aq datang lagi 🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
2024-07-31
0
hanie tsamara
mampir yaa ka🙏🏻🙏🏻
2023-03-12
0
💫R𝓮𝓪lme🦋💞
masih teka teki
2022-11-12
0