03

Beberapa hari kemudian, keadaan Rendra sudah jauh lebih baik. Ia sudah bisa bermain dengan teman-temannya. Waktu itu, hari sudah menjelang sore, sekitar jam tiga. Rendra sedang bermain di lapangan kecil di dekat pasar, tak jauh dari rumahnya, bersama dengan teman-temannya yang lain.

Dari kejauhan, ia melihat dua orang anak sedang mengendarai sepeda menuju ke arahnya. Semakin lama, semakin ia perhatikan. Dan semakin diperhatikan, semakin kedua anak itu mendekat, semakin jelas Rendra mengenali keduanya. Ya, Itu adalah Raina dan kakaknya.

"Rendra!" seru anak perempuan itu melambaikan tangannya dari jauh.

"Raina?!" sahut Rendra semakin yakin.

"Halo Rendra!" sapa Randy setelah berhenti tepat di depan Rendra.

"Halo Kak," sahut Rendra canggung.

"Rendra!" seru Raina meninggalkan sepedanya begitu saja lalu berlari ke arah Rendra.

"Hai. Apa kabar?" sapa Rendra pada Raina.

"Baik dong! Kamu gimana? Udah sembuh kan? Oh ya, ini Kak Randy. Kamu belum kenalan kan kemarin?" tanya Raina dengan suara agak berteriak. Rendra sendiri sebenarnya agak kurang nyaman mendengar suara Raina yang kencang bak petir itu.

"Dek, kamu jangan teriak-teriak! Itu si Rendra sampe bingung," tegur Randy.

"Eh, iya sorry. Ini Kak Randy, Ndra!" Raina menarik tangan kakaknya.

Rendra menjabat tangan Randy dan keduanya berkenalan. Setelah perbincangan singkat itu, teman-teman Rendra berteriak memanggilnya kembali ke permainan mereka. Rendra mengajak Raina dan kakaknya menemui anak-anak itu. Mereka bisa berbaur, bahkan mau bermain bersama mereka. Raina dan Randy tak seperti anak-anak kaya lainnya. Mereka mau main di pasar bersama anak-anak jalanan itu.

"Woi! Ono konco anyar ki!" seru Rendra memanggil teman-temannya.

"Sapa Ndra?" tanya mereka.

"Iki Kak Randy. Iki adike, Raina. Mereka mau ikutan main." Rendra tampak lebih santai ketika bicara dengan teman-temannya.

"Halo Raina! Ayo ikut! Kita lagi main masak-masakan nih," ajak seorang anak perempuan.

"Wah! Halo semua! Aku mau ikut main ya?!" seru Raina, dengan logat yang jelas berbeda dengan anak-anak itu. Karena memang Raina dan Randy bukan asli dari daerah itu.

Tanpa banyak kata, anak-anak perempuan yang ada di sana langsung menarik Raina untuk ikut bermain bersama mereka. Mereka duduk di sebuah pendopo kecil di sudut lapangan dan bermain dengan alat-alat seadanya.

"Anak perempuan biar main sama anak perempuan. Randy, aku Febri. Kita mau main kelereng nih. Kamu ngerti cara mainnya nggak?" tanya seorang anak yang umurnya sepantaran dengan Randy.

"Aku belum tau sih. Kalian main dulu sekali, aku belajar dulu. Nanti putaran kedua aku ikut deh," kata Randy.

"Okelah kalau gitu. Lihaten ya," sahut Febri.

Rendra dan teman-temannya memulai permainan. Teriakan dan canda tawa terdengar di langit lapangan itu. Randy asyik memperhatikan permainan dari pinggir lapangan, hingga ia mulai mengerti dan bisa ikut berteriak mengomentari permainan teman-temannya.

Randy dan Raina sangat menikmati waktu bersama teman-teman baru mereka sore itu. Tak pernah sekalipun mereka merasa sebahagia ini dalam masa kecil mereka. Bertemu dengan anak-anak seumuran dan bermain di lapangan, ternyata sangat menyenangkan. Tak seperti yang biasa mereka lakukan, hanya bermain basket berdua di halaman rumah atau bersepeda di jalanan komplek.

Hampir dua jam mereka bermain bersama di lapangan itu, matahari sudah mulai turun. Karena jarak dari lapangan itu ke rumah juga cukup jauh, Rendra berpikir untuk pulang lebih dulu. Toh besok ia masih bisa kembali lagi. Akhirnya ia putuskan untuk mengakhiri permainannya.

"Temen-temen! Udah dulu ya!" seru Randy menghentikan permainan.

"Udah sore nih. Aku harus pulang duluan. Makasih ya mau ngajak aku main. Besok aku main ke sini lagi, boleh ya?" lanjutnya.

"Boleh Ran! Aku tunggu kamu besok ya. Kita liat, kamu bisa menang lagi nggak!" seru anak lain yang juga seumuran dengan Randy.

"Tenang aja, besok kita lihat. Nanti aku bawain mainan lain. Siapa tau kalian suka. Oke?" kata Rendra.

"Wah! Bawa yang bagus Kak Ran, yang bisa dimainin bareng-bareng!" seru Gilang, adik Rendra yang juga ikut bermain bersama mereka.

"Okedeh!" seru Randy setuju.

Setelah berpamitan pada teman-temannya, Randy melihat ke arah adiknya yang masih sedang asyik bermain. Tapi hari sudah sore, sudah waktunya mereka pulang.

"Raina!" teriak Randy memanggil adiknya.

Mendengar teriakan kakaknya, Raina tahu kalau sudah waktunya pulang. Ia kemudian berpamitan pada teman-teman barunya.

"Wah, Kakak udah manggil. Udah sore juga. Teman-teman aku pulang dulu ya. Besok kita main lagi ya," kata Raina.

"Oke Raina! Oh iya, kalau kamu punya mainan yang bagus, besok bawa ke sini ya!" seru seorang anak perempuan.

"Oke Tyas! Aku pulang dulu ya! Dadah!" seru Raina kemudian berlari meninggalkan tempat itu, menuju kakaknya.

Rendra mengantar mereka mengambil sepeda yang tadi mereka tinggal di dekat toko bapak Rendra. Tak jauh dari lapangan itu, hanya beberapa meter saja. Tapi setidaknya perbincangan singkat bisa mereka lakukan. Sekalian Rendra juga menjemput bapaknya pulang.

"Wah, Rendra! Aku nggak pernah tau loh kalau di sini banyak temen-temen yang seru. Mainan tadi juga seru. Lebih seru dari video game." Randy tampak sangat puas dan senang bermain bersama anak-anak tadi.

"Iya Kak," jawab Rendra seperti biasa, singkat, padat, jelas.

"Kak, besok kita ke sini lagi ya? Aku mau main masak-masakan sama Tyas," ucap Raina.

"Boleh aja. Boleh kan Ndra?" tanya Randy berbasa-basi dengan Rendra.

"Boleh Kak. Besok aku tunggu di toko Bapak aja ya," sahut Rendra.

"Yeee! Besok main lagi!" seru Raina senang.

Tak terasa, mereka sudah sampai di tempat mereka meninggalkan sepeda mereka.

"Rendra, kita pulang dulu ya," ucap Raina berpamitan pada Rendra.

"Iya! Hati-hati," sahut Rendra.

Setelah itu, Randy dan Raina mengayuh sepeda mereka, pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan, mereka tak habis-habis berbincang soal kegembiraan mereka bisa bermain bersama anak-anak itu. Hari itu adalah hari yang tak terlupakan untuk mereka. Teman-teman baru, permainan yang baru, semuanya begitu menyenangkan.

"Kak, besok kita harus main lagi ke sana ya! Kita datang lebih awal biar bisa lama mainnya!" seru Raina yang sudah tak sabar untuk kembali lagi ke sana besok.

"Iya, iya. Besok kita berangkat lebih awal. Belum juga sampai rumah, kamu udah mikir besok ke sana lagi. Hahaha!" kata Sang Kakak beriring tawa.

Ketika sampai di rumah, mereka menceritakan semua keseruan mereka hari ini kepada Bunda. Bunda senang melihat anak-anaknya bisa berbaur dengan anak-anak itu. Bagi Bunda, yang terpenting Randy dan Raina belajar beradaptasi dengan orang-orang dan situasi yang baru.

Sejak sore itu, hampir setiap hari, Raina dan Randy bermain ke lapangan itu. Bahkan tak jarang juga, kalau waktu masih belum terlalu sore, mereka mengajak anak-anak itu bermain ke rumah mereka. Mereka mengajari mereka bermain basket, game, dan permainan-permainan yang mungkin tak bisa anak-anak itu mainkan sebelumnya.

Mereka saling bertukar cerita, ilmu, sampai permainan. Persahabatan sudah terjalin di antara mereka. Bahkan ketika satu hari saja Randy dan Raina tidak datang, anak-anak yang lain akan bertanya-tanya, kemana mereka.

Terpopuler

Comments

Nikodemus Yudho Sulistyo

Nikodemus Yudho Sulistyo

ANGKARAMURKA mampir nih 🙏🏻🙏🏻

2021-10-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!