"Nira, ajaklah Arka istirahat. Kalian pasti sangat lelah." kata papinya.
Mendengar papinya menyebut nama Arka, Nira jadi tersadar. Berbagai pertanyaan yang ia urungkan tadi, ingin segera ia luapkan pada sang papi.
Dan bisa-bisanya dia sampai tidak curiga saat mendengar panghulu mengucapkan nama suaminya. Ternyata nama itu ada sedikit kemiripan, Arka dan Saka. Atau karena dia terlalu tegang, jadi tidak terlalu memperhatikannya dan tak menaruh curiga.
"Bodoh! Bodoh! Bodoh!" Nira merutuki dirinya sendiri.
Nira lalu menarik lengan papinya untuk menjauh dari sana.
"Pi, tolong jelaskan padaku. Siapa laki-laki yang Papi bawa? Nira menikah dengan siapa, Pi? Lalu, kemana Saka? Apa ini semua rencana yang sudah Papi susun?" Nira memberondong papinya dengan banyak pertanyaan. Dia tak bisa menunda lagi akan semua pertanyaan yang mengganjal di hatinya.
"Kamu tenang dulu. Papi akan menjawab satu per satu pertanyaanmu." jelas tuan Hendra sambil menangkup kedua pipi putrinya.
"Dia adalah Arka." jawab tuan Hendra, dia menjelaskan pada Nira sehalus mungkin. "Soal Saka, dia pria bre****k yang tak pantas untukmu." lanjut papinya.
"Mak,, maksud, Papi?" tanya Nira tak paham kenapa papinya menyebut Saka bre****k. Tuan Hendra pun menjelaskan tentang Saka yang tiba-tiba membatalkan pernikahan. Dan jalan satu-satunya untuk menyelamatkan reputasi keluarganya adalah dengan mencari laki-laki lain yang mau menikah dengannya.
"Ap,, apa? Papi bohongkan?" tanya Nira tak percaya.
Tuan Hendra menggelengkan kepalanya.
"Untuk apa Papi bohong?" jawab tuan Hendra.
Mendengarnya, hati Nira terasa sakit. Bagaimana mungkin Saka bisa setega itu? Tapi dia mencoba untuk tetap kuat. Karena memang dia adalah wanita yang tak mudah rapuh hanya karena percintaan dan dia bukanlah wanita yang lemah.
"Kamu jangan menangis." tuan Hendra menyeka air mata yang menetes di pipi Nira. "Lupakanlah, Saka! Dia bukan pria yang baik." imbuh tuan Hendra.
"Pi,,,."
"Kamu harus kuat!" tuan Hendra mengusap kedua lengan Nira untuk menguatkan putrinya.
"Aku menangis bukan karena Saka. Tapi kakiku diinjak oleh, Papi." Nira menatap ke bawah.
"Maaf, Nak. Papi tidak sengaja." tuan Hendra sebisa mungkin menahan tawanya. Setidaknya dia lega karena Nira bisa tegar menghadapi masalah ini.
Nira mengatur nafasnya agar tetap tenang. Betapa malang nasibnya, ditinggalkan oleh kekasihnya di hari pernikahan dan sekuat mungkin mencoba menahan rasa sakit di hatinya, sekarang malah menikah dengan pria yang dia tak tahu dan tak mengenalnya. Nira sudah menduga kalau ini adalah rencana papinya supaya acara pernikahan tidak batal, supaya keluarga dan dirinya tak menanggung malu. Tapi apakah ini benar, tanpa meminta persetujuan dan pendapat darinya, papinya mengambil keputusan secara sepihak. Yang lebih lucunya lagi, dalam hitungan jam, papinya bisa langsung menemukan pria yang mau menikahinya. Benar-benar konyol bukan?
Tapi nasi sudah menjadi bubur. Kini Nira sudah menjadi istri sah dari pria yang bernama Arka. Pria yang tak dikenalnya. Pria pilihan papinya. Dan Nira adalah seorang anak yang sangat penurut. Dia tidak bisa menentang dan menolak apa yang papinya kehendaki. Mau tidak mau, dia harus menerimanya.
"Ngomong-ngomong, bagaimana pilihan Papi? Lebih ganteng dari pada Saka kampret itu kan?" bisik pak Hendra sambil menyenggol bahu Nira dan dibalas cubitan oleh sang putri.
"Pi, tapi dia bukan suami pilihanku." jelas Nira dengan suara sangat pelan.
"Memang bukan pilihanmu, tapi pilihan Papi. Dan berterima kasihlah pada Arka yang telah menyelamatkan keluarga kita. Bagaimana kalau tidak ada Arka? Keluarga kita akan menanggung malu. Atau bahkan papimu ini bisa mati jantungan." ujar tuan Hendra lalu memeluk putrinya.
"Tapi, Pi..."
"Tuan Hendra, ini sudah larut malam. Saya pamit pulang dulu." pamit Arka yang tiba-tiba muncul di belakang Nira dan tuan Hendra.
Tanpa menunggu jawaban dari tuan Hendra yang sedang asyik berpelukan dengan Nira, Arka pergi begitu saja. Baru beberapa langkah, tuan Hendra kembali memanggilnya.
"Arka, lalu putriku bagaimana?" tanya tuan Hendra yang heran karena baru saja menikah, bisa-bisanya Arka lupa dengan istrinya.
Arka pun berhenti.
"Sial! Aku sampai lupa dengan wanita yang pasti akan sangat merepotkan itu." gumam Arka, lalu membalikkan badannya.
"Dia akan ikut denganku." jawab Arka tanpa mematap Nira sedikit pun.
"Apa? Aku ikut denganmu?" tanya Nira, menunjuk wajahnya sendiri. "Tidak! Aku tidak mau!" tolak Nira sambil membuang wajahnya karena tak mau menatap Arka.
Arka tidak mau membuang waktu hanya untuk merayu dan memohon-mohon pada seorang wanita, sekilas dia menatap Nira lalu langsung pergi begitu saja meninggalkan Nira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
ary rachmawati
😂😂
2023-07-18
0
Har Tini
arkha cuek banget sm istri😁
2022-12-23
0
Iqlima Al Jazira
ha.. ha😀
2022-12-13
0