Penghulu sudah datang dan menunggu cukup lama. Bahkan berkali-kali penghulu itu melihat jam yang melingkar di tangannya sambil sesekali menoleh ke belakang. Tamu undangan pun sudah saling bisik-bisik satu sama lain karena memang acara sudah molor hampir satu jam lamanya. Ditambah lagi, keluarga dari mempelai laki-laki belum ada yang terlihat datang satu pun. Membuat orang-orang semakin bertanya-tanya dengan apa yang sebenarnya terjadi.
"Bagaimana ini? Acaranya lanjut atau tidak?" tanya penghulu yang sudah hampir kehabisan waktu karena masih ada jadwal di tempat lain.
Semua hanya diam. Tidak ada yang mampu menjawab karena tidak ada yang tahu situasi saat ini. Pihak keluarga hanya saling pandang, dan tak berani angkat bicara.
"Lanjut!" teriak tuan Hendra dengan lantang, yang berjalan ke arah penghulu dengan diikuti oleh seorang pria di belakangnya. Pria yang gagah dan tampan. Para tamu menatap empat pria yang sedang berjalan beriringan itu.
Pria itu langsung duduk di depan penghulu. Tuan Hendra mengisyaratkan pada Bayu untuk segera memanggil Nira.
______________
Di dalam kamar hotel,
Nira berjalan mondar-mandir. Kini dia tidak bisa tenang lagi karena acara ini sudah mundur sangat lama ditambah lagi ponsel milik Saka, calon suaminya, tidak aktif. Membuat prasangka-prasangka buruk bermunculan di pikirannya. Nira takut terjadi apa-apa pada calon suaminya itu.
"Nira, duduklah dulu. Apa kamu tidak lelah? Dari tadi mondar-mandir seperti setrika saja." ujar mami Rita yang dari tadi pusing melihat Nira berjalan bolak-balik di depannya.
"Mami! Kenapa Mami bisa setenang itu?" tanya Nira, heran melihat maminya yang terlihat santai tanpa ada beban. Padahal ini menyangkut masa depan anaknya sendiri.
"Mami tahu sendiri, seharusnya acara ijab qabul sudah terlaksana. Ini sudah mundur berapa lama? Saka juga tidak bisa ditelfon lagi!" imbuh Nira, dari tadi sibuk mengotak-atik ponselnya mencoba menghubungi pujaan hatinya.
"Mungkin saja Saka terjebak macet di jalan. Ini hari Minggu, sudah semestinya jalanan padat. Berfikir positif dong!" ucap mami Rita, mencoba menenangkan Nira. Walaupun sebenarnya dirinya saat ini juga harap-harap cemas.
Nira lalu duduk. Mungkin memang benar yang dikatakan maminya. Semoga saja karena terjebak macet di jalan.
Tok,,, tok,,, tok
"Nah, itu pasti suruhan papi kamu. Saka pasti sudah datang. Apa mami bilang? Kamu sih! Berpikir yang tidak-tidak." kata mami Rita, lalu beranjak dari duduknya untuk membuka pintu.
"Ada apa?" tanya mami Rita pada Bayu dengan ketusnya. Mami Rita belum bisa melupakan kejadian tadi dan masih memendam rasa jengkel pada Bayu.
"Nona Nira dipersilahkan untuk turun." jawab Bayu, dia tak berani menatap istri tuannya itu.
Wajah Nira yang tadinya gelisah berubah menjadi ceria setelah mendengarnya. Memang benar yang dikatakan maminya tadi. Harus berfikir positif.
Nira berjalan didampingi oleh mami Rita dan Ana, kakak iparnya. Nira berjalan sambil terus menundukkan kepalanya. Dia tidak berani mengangkat kepalanya.
Sampailah di kursi tempatnya duduk saat ini yang membuat jantungnya berdegup kencang. Sampai-sampai dia tak berani mengangkat kepalanya untuk menatap kekasih hatinya yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Yang dia tahu, di sampingnya sudah duduk seorang pria dan pastinya itu adalah Saka.
Karena terlalu gugup, pikiran Nira menjadi kosong dan tidak konsentrasi. Dia sampai tidak sadar kalau ijab qabul sudah terlaksana. Yang membuatnya tersadar kembali saat kata "SAH" terdengar lantang dari para saksi dan tepuk tangan meriah dari para tamu.
Lega, yang dirasakannya. Akhirnya peristiwa sakral yang membuat otaknya blank dan yang membuat hatinya tak karuan karena mundur hampir satu jam lamanya itu berjalan sangat lancar tanpa kendala apa pun.
Dengan kepala masih tertunduk, Nira mencium tangan suaminya dan setelah itu, dengan malu-malu dia memberanikan diri untuk menatap Saka. Pria yang dua minggu ini selalu ia rindukan, karena memang tidak boleh bertemu dulu sampai hari H.
DEG.........!!!
Seketika Nira membatu di tempat. Tak ada sepatah kata pun terucap. Mulutnya seakan terkunci menatap pria yang sekarang berhadapan dengannya dan yang kini telah sah menjadi suaminya. Lidahnya terasa kelu. Dia mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali, mungkin saja dia sedang halusinasi.
Apa yang terjadi? Kenapa wajahnya berubah? tanyanya dalam hati.
Tangan Nira reflek menyentuh wajah suaminya, mengusapnya pelan, lalu mencubitnya dengan keras.
"Awww..." pekik suami Nira sambil memegangi pipinya yang terasa sakit dan juga menahan malu pastinya.
Para tamu undangan pun sontak tertawa melihat ulah Nira.
Ini wajah asli. Lalu, dimana Saka? Dan, siapa dia? batinnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
abdan syakura
Awal yg sulit ya Nira.....
but...ttp Semangat!!!
2023-06-15
0
Har Tini
lanjut bru mampir thor
2022-12-23
1
Rizal dody Zakaria
up
2022-04-03
1