Acara pun selesai. Tuan Hendra merasa sangat lega karena acara pernikahan putrinya tetap bisa berlanjut dan berjalan dengan lancar walaupun tadinya ada sedikit kendala. Sudah dipastikan tuan Hendra akan menanggung malu kalau sampai acara itu batal. Beliau juga tidak sanggup melihat putrinya hancur karena dipermainkan dan dipermalukan begitu saja. Berbagai cara akan ia lakukan demi keluarganya tidak menjadi bahan olok-olokan dan gunjingan orang karena pernikahan yang batal. Tuan Hendra mengingat kembali saat-saat genting sebelum acara.
*flashback on*
Satu jam sebelum ijab qabul,
Buuughhhh.....!
Tuan Hendra mendaratkan pukulannya ke tembok setelah mendengar semuanya dari, Bayu. Dia membayangkan kalau yang dihantamnya itu adalah Saka, calon menantunya. Yang tanpa ada angin, tanpa ada hujan, mengambil keputusan sepihak untuk tidak jadi menikahi putrinya tanpa adanya alasan.
Bayu menatap ngeri pada tuannya sambil mengelus pipinya yang ikut terasa ngilu. Dia yakin kalau tembok itu Saka, pasti pipinya akan penyok tak berbentuk lagi.
"Tuan, tenang dulu!" ucap Bayu.
"Tenang-tenang bagaimana?" bentak tuan Hendra.
Sebagai seorang ayah, pastinya tuan Hendra sangat terpukul, tidak terima dan marah. Tetapi emosinya harus dikesampingkan dulu. Dia harus tetap tenang dan berfikir jernih. Tuan Hendra mencari cara agar pernikahan tetap berjalan sesuai rencana.
Dengan tangan yang masih bersedekap, matanya langsung tertuju pada sosok pria yang baru saja lewat di depannya.
"Tuan Arka." gumam tuan Hendra.
Dia lalu berjalan mengejar pria tersebut.
"Tuan Arka." panggil tuan Hendra.
Pria itu balik badan lalu menatap tuan Hendra dan mengingat-ingatnya. Pria itu lalu berjalan mendekat dan mengulurkan tangannya. Keduanya saling berjabat tangan.
"Apa kabar, Tuan Arka?" sapa tuan Hendra pada pengusaha muda yang tampan tapi memiliki sifat dingin itu.
"Seperti yang Anda lihat. Sudah lama tidak bertemu, ternyata Anda masih mengingat saya." balas Arka dengan sedikit senyum.
"Ada keperluan apa Tuan Hendra memanggil saya?" tanya Arka.
"Bisakah kita berbicara sebentar?" tuan Hendra balik bertanya.
Arka tampak berfikir sejenak. Dia kemudian melihat wajah tuan Hendra yang diliputi kepanikan.
"Boleh." jawab Arka lalu mengajak tuan Hendra ke ruangan khusus miliknya. Karena memang hotel tempat pernikahan Nira saat ini adalah milik keluarga Arka.
"Apa yang ingin Anda bicarakan?" tanya Arka setelah mereka duduk di sebuah ruangan yang luas dan tak lupa diikuti oleh asisten masing-masing.
"To the point saja, Tuan. Saya ingin meminta tolong sekaligus memohon pada Tuan Arka. Menikahlah dengan putriku, Tuan!" pinta tuan Hendra dan membuat Arka sedikit terkejut. "Saya akan memberikan imbalan apa pun itu. Asalkan putri saya tidak batal menikah, apapun akan saya lakukan. Saya mohon!" lanjut tuan Hendra. Dia menurunkan harga dirinya saat ini, memohon pada seseorang yang jauh lebih muda darinya.
Arka tertawa kecil.
"Tuan Hendra jangan menganggap pernikahan itu seperti mainan. Saya jelas belum mengenal putri, Anda. Tapi dengan entengnya, Anda meminta saya untuk menikahinya?" tanya Arka dengan sorot mata tajamnya.
"Setidaknya putriku bisa tetap melanjutkan pernikahan ini, dia tidak akan merasa malu karena pernikahannya batal. Apa yang akan dikatakan orang nantinya?" jelas tuan Hendra dengan wajah memelasnya.
Rey selaku asisten Arka berjalan mendekat dan membisikkan sesuatu. Terlihat Arka mengangguk-anggukkan kepalanya.
Sebenarnya Arka yang mendengar permintaan tuan Hendra sedikit kaget. Dia tak habis fikir ada orang tua yang memohon permintaan konyol seperti itu. Tapi penawaran tuan Hendra cukup menarik baginya.
Arka diam sesaat dan kembali mengingat apa yang dibisikkan oleh Rey tadi. Dulu, karena Arka sangat sibuk dia mengutus orang kepercayaannya untuk mewakili bertemu dengan tuan Hendra untuk mengajukan kerjasama. Tapi, ditolak. Dan menurut Arka, itu termasuk penghinaan besar baginya. Sekarang, orang yang telah membuatnya marah, memohon-mohon padanya.
Tuan Hendra menjadi gelisah karena Arka tak kunjung memberi jawaban.
"Begini saja, Tuan Arka bisa berpisah dengan anak saya setelah beberapa bulan menikah." saran tuan Hendra, karena melihat keraguan di wajah Arka. Dia tidak ingin ada penolakan. Karena inilah satu-satunya cara yang bisa ia lakukan demi putrinya.
"Baiklah. Saya setuju. Tapi dengan satu syarat." jawab Arka dengan seriangaian tipis.
Arka membisikkan sesuatu di telinga tuan Hendra. Sesuatu yang ia minta sebagai imbalan. Tuan Hendra agak kaget mendengar permintaan Arka. Tapi ia langsung mengangguk mantap tanpa ada keraguan.
*flashback off*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
abdan syakura
Hadehhhh Thor..
kl dah begini byk x syaratnya....😞
2023-06-15
0
Neng Win
visualnya
2022-03-09
1
Auliya Khan
apa xaaa kira" yg di minta oleh arka..
2022-01-07
2