Bab 2

PLAK!

Sebuah tamparan tiba tiba mendarat di pipinya Ranty. Wanita itu memekik saat pipinya terasa terbakar setelah diberi cap tangan oleh seorang gadis dihadapan.

Kira kira usia 20 tahunan. Gadis manis. Wajahnya begitu familiar.

"Kamu! Kamu apa apaan datang datang malah cari ribut." cerca Ranty beranjak dari duduk.

"Kamu yang cari ribut tahu. Nggak malu merebut suami orang,"hantam gadis itu beringas.

"Riri!" teriak suara seseorang mengangetkan keduanya.

"Ayah!" suara Riri gadis itu kaget melihat kedatangan ayahnya yang tiba tiba.

"Mas," Ranty menatap wajah Bayu dengan seksama.

Bukan hanya Riri yang kaget tapi Ranty juga. Ranty berjalan menghampiri Bayu dan Ririn.

Ya, yang datang adalah anak pertama Bayu dengan Wulan. Ririn nama gadis cantik itu. Riri adalah orang pertama yang tidak bisa menerima kenyataan ayahnya menikah lagi.

Ya pernikahan siri. Seorang PNS seperti dirinya, seharusnya tidak berpoligami. Tapi kenyataan yang ada, ia tidak bisa. Ya, sejak melihat Ranty hidup sendirian tanpa orang yang menjaganya.

Mungkin banyak orang berkata kalau pernikahan yang dilakukan kerena anak. Tidak. Kerena pernikahan yang ia lakukan dengan Wulan telah memiliki anak yang kini beranjak remaja. Bayu dan Wulan punya anak 3, tapi anak bungsunya keguguran.

"Ri, kamu tahu ini sekolah. Seharusnya,.."

"Seharusnya apa. Ayah tahu, mama selalu menangis gara gara ayah menikah dengan wanita itu. wanita bejat.

PLAK

Sebuah tamparan keras melayang di pipinya Ririn Gadis itu memekik keres.

"Mas!" teriak Ranty kaget melihat Bayu menampar wajah Ririn

"Anak kurang ajar! Harusnya diberi pelajaran seperti ini." amarah Bayu mendidih sampai ubun ubun.

"Ayah, apa gara gara wanita ini, ayah menamparku. Ayah jahat!" tangis Riri langsung meninggalkan perpustakaan.

Awalnya. Ranty akan mengejar Riri, tapi Bayu memegang tangan Ranty.

Terpaksa Ranty mengurungkan niatnya untuk mengejar Riri.

"Mas, seharusnya mas jangan bersikap seperti itu. Apa yang dikatakan Riri benar. Apa kerena aku istrimu, kamu seperti itu pada Riri." ujar Ranty mengelus tangan Bayu dengan lembut.

"Kita salah, mas. Kenapa dulu aku menerima lamaran mu, kalau saja aku nggak menerima kamu, mas." kata Ranty sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.

"Kamu menyesal, kita menikah?" tatap Bayu nanar.

Ranty diam.

"Jawab!" teriak Bayu keras.

Ranty diam dan beranjak dari kursi mengambil tas lalu meninggalkan ruang perpustakaan.

Siang itu! para siswa siswi telah di pulangkan di sekolah pada jam 10.00 tadi. Jadi pertengkaran antara Bayu dan Riri, tidak akan menjadi buah bibir siswa siswi lainnya.

Bayu mengejar Ranty. Tapi wanita itu menolak saat Bayu memegang tangannya.

"RAN!"

"Apa? Mas, udah jangan dibahas lagi. Aku cape. pengen istirahat."akhirnya Ranty angkat bicara.

"Aku antar yuk!

Ranty menolaknya. Bayu hanya bisa melihat kepergian Ranty.

Jarak antara SMPN l Angsana dan desa Perdana hanya sekitar 7 menit naik kendaraan roda dua.

Ranty menempati sebuah rumah yang sederhana bersama ART. Rumah itu peninggalan kedua orang tuanya.

Sejak menikah Bayu berniat membelikan rumah, tapi Ranty menolaknya dan lebih baik menempati rumah kedua orang tuanya.

Orang tua Ranty telah lama meninggal sejak ia menikah yang pertama kali.

****

"Kamu ikut aja,"ajak Bayu disaat senja akan tiba. Semilirnya angin sore begitu sejuk.

Di pekaran rumah, Ranty dan Bayu duduk bersama. Ditemani dua gelas susu dan goreng pisang buatan Ranty sendiri.

Sore itu.

Bayu ke rumah untuk mengajak dirinya ke puncak bersama Wulan dan kedua putri Bayu.

Ranty hanya bisa mendesah mendengar ajakan Bayu, ia tahu ajakan Bayu hanya untuk mengakrabkan dirinya dengan kedua putrinya saja tidak.lebih.

"Aku nggak bisa, mas."

"Kenapa?"

Ranty terdiam.

Ya, malam ini insya Allah mereka berangkat ke puncak. itu yang dikatakan Bayu.

"Perutku sakit. Kamu udah pergi saja, biarpun tanpa aku." tiba tiba alasan itu terlintas dalam pikirannya.

"Kita ke dokter yuk!" ajak Bayu.

Di wajahnya tersirat rasa kuatir.

"Aku, nggak apa apa kok! Mungkin aku agak kecapean." kata Ranty agak menghindar.

"Bener nggak apa apa? Ya udah kalau begitu, aku batalkan aja ke puncaknya.

Biar aku bisa menemani kamu."

"Mas, kan ada mbok inem." Mas, lebih baik pulang saja. Takut kak Wulan nyari mas." ujar Ranty secara halus mengusir Bayu supaya pulang.

Akhirnya, Bayu dengan berat hati meninggalkan rumah Ranty. Sebenarnya Ranty juga suka puncak.

Tapi, ia lebih memilih menolak ajakan Bayu. Bukan apa apa, ia ingin menjaga kemungkinan kemungkinan yang terjadi kalau dirinya ikut ke puncak.

Ranty sadar kalau dirinya tidak pantas berada diantara kebahagiaan istri Bayu dan kedua anaknya. Ia lebih baik tidak ikut dibandingkan harus makan hati melihat kebahagian mereka. Bukan Ranty egois tapi itu kenyataan yang akan ia hadapi disana kalau misal ikut. Apalagi kalau ia harus melihat kemarahan Riri dan Anindya kedua putri Bayu.

Bayu sampai ke rumah dengan pikiran hanya tertuju pada Ranty. Apalagi Ranty sedang hamil trisemester pertama, rawan untuk usia kehamilan muda. Apalagi Bayu pernah mendengar kalau Ranty pernah hamil dan keguguran. Itu yang jadi pikiran dirinya sekarang. Bayu tidak ingin kalau Ranty kenapa kenapa, apalagi seperti Wulan keguguran. Bayu tahu resiko keguguran kerena ia pernah melihat keguguran Wulan.

Bayu mendesah berat. Hatinya galau sedemikian rupanya.

"Mas, kenapa? Apa yang kamu pikirkan?" tanya Wulan dengan lembut sambil menyentuh bahu suaminya.

"Jangan nganggu aku!" Hindar Bayu sambil beranjak dari kursi meninggalakan Wulan.

"Pasti mikirin wanita itu!" teriak Riri berang.

"Diam! kamu!" hentak Bayu kasar menatap Riri.

"Kenapa harus marah? Kalau memang itu kenyataannya!" balas Riri tajam.

"Kamu hanya anak ingus, nggak perlu ikut campur urusan orang tua!" hantam Bayu.

"Emang aku anak kecil. Apa kalau anak kecil harus diam kalau ditindas!"

"Riri!" teriak Wulan.

"Apa? Mau belain ayah yang telah melukai hati mama?" tanya Riri menatap pada mamanya.

Anindya yang ada di kamarnya hanya mendengar pertengkaran demi pertengkaran antara mama, ayah dan kakaknya. Anindya mengaku kalau pertengkaran itu berawal dari pernikahan ayah dan ibu Ranty seorang pustakawan sekolahnya.

Anindya hanya bisa mengigit bibir bagian bawah. Hatinya sakit sekali. Tapi ia hanya diam saja kerena ia sama sekali tidak bisa berbuat apa apa pada mamanya.

Dan yang lebih menyakiti hatinya. Ia juga harus tiap hari bertemu dengan Ranty di sekolah, ya biarpun Ranty bukan seorang guru, kerena kalau di kelasnya tidak ada guru otomatis harus menghabiskan waktu di perpustakaan

Itu yang ia tidak suka. Harus bertemu dengan Ranty. Tidak nyaman saja. Tidak seperti dulu sebelum ayahnya menikah dengan pustakawan sekolahnya.*

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

kasian anak istrinya.

2023-01-24

1

auliasiamatir

auliasiamatir

mampus lah lau bayu, tab laki kek apa yang berani nampar anak di depan selingkuhannya.

kalau pun cara anak mu salah, seharusnya kamu ajarin si rumah, tapu kalau aku jadi anak mu, kek nya rianti udah aku permalukan di sekolahan itu.

2023-01-24

1

auliasiamatir

auliasiamatir

munafik kau rianty,

2023-01-24

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Kamu, jangan egois Nindy!
4 Ibu Kenapa nggak bilang?
5 Berita itu!
6 Riri mendatangi Ranty
7 Curhatan Anindya
8 Curhatan Anindya 1
9 Ingat kata kata Anindya
10 Ibu nggak apa apa?
11 Slide Kehidupan Ranty
12 Ranty vs Anindya
13 Kehidupan Riri
14 Hati Wulan
15 Percakapan Riri dan Aisyah
16 Zahra mengingatkan Anindya
17 Ranty ingin meluruskan
18 Kesalahpahaman
19 Pertemuan Kembali
20 Keterbukaan
21 Ranty Vs Anindya
22 Riri membuat onar
23 Bayu tahu.
24 Bayu tahu 1
25 Kunjungan Putri Bayu
26 Rencana Zoya
27 Keluarga Ranty
28 Tentang Ranty
29 Hati Anindya
30 Apa maunya sih!
31 Apa aku menyerah?
32 Mangsa Om Om
33 Di Ruang Pustaka
34 Zoya kenapa kamu ini?
35 Pertanyaan Anindya
36 Riri Mengelak
37 Terkejut
38 Ranty menghalangi Zoya
39 Riri Mengadu pada Bayu
40 Bayu Mengorek keterangan
41 Anindya mencari tahu
42 Nasehat untuk Zoya
43 Antara dendam dan Ikhlas
44 Kegundahan Anindya
45 Anindya kamu kenapa?
46 Sisi lain Anindya
47 Ayah dengarkan.
48 Nasehat Aisyah
49 Mencari tahu
50 Ranty Tahu
51 Ranty membantu Riri
52 Mas, Bukan Riri tapi Zoya
53 Kenapa kamu, Ri?
54 Bayu mengamuk
55 Bayu mengamuk 1
56 Zoya kenapa kamu ini?
57 Ranty mengalihkan
58 Tidak bisa dilarang
59 Diskusi
60 Kekhawatiran Anindya
61 Keadilan buat kakak
62 Terus harus bagaimana?
63 Riri kenapa?
64 Riri Kenapa?
65 Merasa Bersalah
66 Siapa menganiaya Riri?
67 Kenapa harus Zoya?
68 Berusaha Jujur
69 Ranty berusaha jujur
70 Mencari tahu
71 Keanehan Anindya
72 Keanehan Anindya 1
73 Zoya datang
74 Luka yang sama
75 Lebih baik mengalah
76 Pergi dari kosan
77 Perasaan Ranty
78 Perasaan Ranty 1
79 Ada masalah apa lagi Nindy?
80 Berita itu dari mana?
81 Pertanyaan Ranty
82 Apa yang kau pertahankan?
83 Tergoda
84 Aku harus bagaimana?
85 Apa Menyerah?
86 Please! jangan di kasih tahu
87 Tidak segampang itu!
88 Kalau aku nggak mau?
89 Jangan paksa aku!
90 Ranty ceritakan lah!
91 Ya Aku yang salah
92 Terus bagaimana?
93 Anindya vs Riri
94 Anindya vs Riri
95 Riri merasa salah
96 Memberikan dampak Buruk
97 Anindya lagi
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Kamu, jangan egois Nindy!
4
Ibu Kenapa nggak bilang?
5
Berita itu!
6
Riri mendatangi Ranty
7
Curhatan Anindya
8
Curhatan Anindya 1
9
Ingat kata kata Anindya
10
Ibu nggak apa apa?
11
Slide Kehidupan Ranty
12
Ranty vs Anindya
13
Kehidupan Riri
14
Hati Wulan
15
Percakapan Riri dan Aisyah
16
Zahra mengingatkan Anindya
17
Ranty ingin meluruskan
18
Kesalahpahaman
19
Pertemuan Kembali
20
Keterbukaan
21
Ranty Vs Anindya
22
Riri membuat onar
23
Bayu tahu.
24
Bayu tahu 1
25
Kunjungan Putri Bayu
26
Rencana Zoya
27
Keluarga Ranty
28
Tentang Ranty
29
Hati Anindya
30
Apa maunya sih!
31
Apa aku menyerah?
32
Mangsa Om Om
33
Di Ruang Pustaka
34
Zoya kenapa kamu ini?
35
Pertanyaan Anindya
36
Riri Mengelak
37
Terkejut
38
Ranty menghalangi Zoya
39
Riri Mengadu pada Bayu
40
Bayu Mengorek keterangan
41
Anindya mencari tahu
42
Nasehat untuk Zoya
43
Antara dendam dan Ikhlas
44
Kegundahan Anindya
45
Anindya kamu kenapa?
46
Sisi lain Anindya
47
Ayah dengarkan.
48
Nasehat Aisyah
49
Mencari tahu
50
Ranty Tahu
51
Ranty membantu Riri
52
Mas, Bukan Riri tapi Zoya
53
Kenapa kamu, Ri?
54
Bayu mengamuk
55
Bayu mengamuk 1
56
Zoya kenapa kamu ini?
57
Ranty mengalihkan
58
Tidak bisa dilarang
59
Diskusi
60
Kekhawatiran Anindya
61
Keadilan buat kakak
62
Terus harus bagaimana?
63
Riri kenapa?
64
Riri Kenapa?
65
Merasa Bersalah
66
Siapa menganiaya Riri?
67
Kenapa harus Zoya?
68
Berusaha Jujur
69
Ranty berusaha jujur
70
Mencari tahu
71
Keanehan Anindya
72
Keanehan Anindya 1
73
Zoya datang
74
Luka yang sama
75
Lebih baik mengalah
76
Pergi dari kosan
77
Perasaan Ranty
78
Perasaan Ranty 1
79
Ada masalah apa lagi Nindy?
80
Berita itu dari mana?
81
Pertanyaan Ranty
82
Apa yang kau pertahankan?
83
Tergoda
84
Aku harus bagaimana?
85
Apa Menyerah?
86
Please! jangan di kasih tahu
87
Tidak segampang itu!
88
Kalau aku nggak mau?
89
Jangan paksa aku!
90
Ranty ceritakan lah!
91
Ya Aku yang salah
92
Terus bagaimana?
93
Anindya vs Riri
94
Anindya vs Riri
95
Riri merasa salah
96
Memberikan dampak Buruk
97
Anindya lagi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!