PLAK!
Sebuah tamparan tiba tiba mendarat di pipinya Ranty. Wanita itu memekik saat pipinya terasa terbakar setelah diberi cap tangan oleh seorang gadis dihadapan.
Kira kira usia 20 tahunan. Gadis manis. Wajahnya begitu familiar.
"Kamu! Kamu apa apaan datang datang malah cari ribut." cerca Ranty beranjak dari duduk.
"Kamu yang cari ribut tahu. Nggak malu merebut suami orang,"hantam gadis itu beringas.
"Riri!" teriak suara seseorang mengangetkan keduanya.
"Ayah!" suara Riri gadis itu kaget melihat kedatangan ayahnya yang tiba tiba.
"Mas," Ranty menatap wajah Bayu dengan seksama.
Bukan hanya Riri yang kaget tapi Ranty juga. Ranty berjalan menghampiri Bayu dan Ririn.
Ya, yang datang adalah anak pertama Bayu dengan Wulan. Ririn nama gadis cantik itu. Riri adalah orang pertama yang tidak bisa menerima kenyataan ayahnya menikah lagi.
Ya pernikahan siri. Seorang PNS seperti dirinya, seharusnya tidak berpoligami. Tapi kenyataan yang ada, ia tidak bisa. Ya, sejak melihat Ranty hidup sendirian tanpa orang yang menjaganya.
Mungkin banyak orang berkata kalau pernikahan yang dilakukan kerena anak. Tidak. Kerena pernikahan yang ia lakukan dengan Wulan telah memiliki anak yang kini beranjak remaja. Bayu dan Wulan punya anak 3, tapi anak bungsunya keguguran.
"Ri, kamu tahu ini sekolah. Seharusnya,.."
"Seharusnya apa. Ayah tahu, mama selalu menangis gara gara ayah menikah dengan wanita itu. wanita bejat.
PLAK
Sebuah tamparan keras melayang di pipinya Ririn Gadis itu memekik keres.
"Mas!" teriak Ranty kaget melihat Bayu menampar wajah Ririn
"Anak kurang ajar! Harusnya diberi pelajaran seperti ini." amarah Bayu mendidih sampai ubun ubun.
"Ayah, apa gara gara wanita ini, ayah menamparku. Ayah jahat!" tangis Riri langsung meninggalkan perpustakaan.
Awalnya. Ranty akan mengejar Riri, tapi Bayu memegang tangan Ranty.
Terpaksa Ranty mengurungkan niatnya untuk mengejar Riri.
"Mas, seharusnya mas jangan bersikap seperti itu. Apa yang dikatakan Riri benar. Apa kerena aku istrimu, kamu seperti itu pada Riri." ujar Ranty mengelus tangan Bayu dengan lembut.
"Kita salah, mas. Kenapa dulu aku menerima lamaran mu, kalau saja aku nggak menerima kamu, mas." kata Ranty sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.
"Kamu menyesal, kita menikah?" tatap Bayu nanar.
Ranty diam.
"Jawab!" teriak Bayu keras.
Ranty diam dan beranjak dari kursi mengambil tas lalu meninggalkan ruang perpustakaan.
Siang itu! para siswa siswi telah di pulangkan di sekolah pada jam 10.00 tadi. Jadi pertengkaran antara Bayu dan Riri, tidak akan menjadi buah bibir siswa siswi lainnya.
Bayu mengejar Ranty. Tapi wanita itu menolak saat Bayu memegang tangannya.
"RAN!"
"Apa? Mas, udah jangan dibahas lagi. Aku cape. pengen istirahat."akhirnya Ranty angkat bicara.
"Aku antar yuk!
Ranty menolaknya. Bayu hanya bisa melihat kepergian Ranty.
Jarak antara SMPN l Angsana dan desa Perdana hanya sekitar 7 menit naik kendaraan roda dua.
Ranty menempati sebuah rumah yang sederhana bersama ART. Rumah itu peninggalan kedua orang tuanya.
Sejak menikah Bayu berniat membelikan rumah, tapi Ranty menolaknya dan lebih baik menempati rumah kedua orang tuanya.
Orang tua Ranty telah lama meninggal sejak ia menikah yang pertama kali.
****
"Kamu ikut aja,"ajak Bayu disaat senja akan tiba. Semilirnya angin sore begitu sejuk.
Di pekaran rumah, Ranty dan Bayu duduk bersama. Ditemani dua gelas susu dan goreng pisang buatan Ranty sendiri.
Sore itu.
Bayu ke rumah untuk mengajak dirinya ke puncak bersama Wulan dan kedua putri Bayu.
Ranty hanya bisa mendesah mendengar ajakan Bayu, ia tahu ajakan Bayu hanya untuk mengakrabkan dirinya dengan kedua putrinya saja tidak.lebih.
"Aku nggak bisa, mas."
"Kenapa?"
Ranty terdiam.
Ya, malam ini insya Allah mereka berangkat ke puncak. itu yang dikatakan Bayu.
"Perutku sakit. Kamu udah pergi saja, biarpun tanpa aku." tiba tiba alasan itu terlintas dalam pikirannya.
"Kita ke dokter yuk!" ajak Bayu.
Di wajahnya tersirat rasa kuatir.
"Aku, nggak apa apa kok! Mungkin aku agak kecapean." kata Ranty agak menghindar.
"Bener nggak apa apa? Ya udah kalau begitu, aku batalkan aja ke puncaknya.
Biar aku bisa menemani kamu."
"Mas, kan ada mbok inem." Mas, lebih baik pulang saja. Takut kak Wulan nyari mas." ujar Ranty secara halus mengusir Bayu supaya pulang.
Akhirnya, Bayu dengan berat hati meninggalkan rumah Ranty. Sebenarnya Ranty juga suka puncak.
Tapi, ia lebih memilih menolak ajakan Bayu. Bukan apa apa, ia ingin menjaga kemungkinan kemungkinan yang terjadi kalau dirinya ikut ke puncak.
Ranty sadar kalau dirinya tidak pantas berada diantara kebahagiaan istri Bayu dan kedua anaknya. Ia lebih baik tidak ikut dibandingkan harus makan hati melihat kebahagian mereka. Bukan Ranty egois tapi itu kenyataan yang akan ia hadapi disana kalau misal ikut. Apalagi kalau ia harus melihat kemarahan Riri dan Anindya kedua putri Bayu.
Bayu sampai ke rumah dengan pikiran hanya tertuju pada Ranty. Apalagi Ranty sedang hamil trisemester pertama, rawan untuk usia kehamilan muda. Apalagi Bayu pernah mendengar kalau Ranty pernah hamil dan keguguran. Itu yang jadi pikiran dirinya sekarang. Bayu tidak ingin kalau Ranty kenapa kenapa, apalagi seperti Wulan keguguran. Bayu tahu resiko keguguran kerena ia pernah melihat keguguran Wulan.
Bayu mendesah berat. Hatinya galau sedemikian rupanya.
"Mas, kenapa? Apa yang kamu pikirkan?" tanya Wulan dengan lembut sambil menyentuh bahu suaminya.
"Jangan nganggu aku!" Hindar Bayu sambil beranjak dari kursi meninggalakan Wulan.
"Pasti mikirin wanita itu!" teriak Riri berang.
"Diam! kamu!" hentak Bayu kasar menatap Riri.
"Kenapa harus marah? Kalau memang itu kenyataannya!" balas Riri tajam.
"Kamu hanya anak ingus, nggak perlu ikut campur urusan orang tua!" hantam Bayu.
"Emang aku anak kecil. Apa kalau anak kecil harus diam kalau ditindas!"
"Riri!" teriak Wulan.
"Apa? Mau belain ayah yang telah melukai hati mama?" tanya Riri menatap pada mamanya.
Anindya yang ada di kamarnya hanya mendengar pertengkaran demi pertengkaran antara mama, ayah dan kakaknya. Anindya mengaku kalau pertengkaran itu berawal dari pernikahan ayah dan ibu Ranty seorang pustakawan sekolahnya.
Anindya hanya bisa mengigit bibir bagian bawah. Hatinya sakit sekali. Tapi ia hanya diam saja kerena ia sama sekali tidak bisa berbuat apa apa pada mamanya.
Dan yang lebih menyakiti hatinya. Ia juga harus tiap hari bertemu dengan Ranty di sekolah, ya biarpun Ranty bukan seorang guru, kerena kalau di kelasnya tidak ada guru otomatis harus menghabiskan waktu di perpustakaan
Itu yang ia tidak suka. Harus bertemu dengan Ranty. Tidak nyaman saja. Tidak seperti dulu sebelum ayahnya menikah dengan pustakawan sekolahnya.*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
auliasiamatir
kasian anak istrinya.
2023-01-24
1
auliasiamatir
mampus lah lau bayu, tab laki kek apa yang berani nampar anak di depan selingkuhannya.
kalau pun cara anak mu salah, seharusnya kamu ajarin si rumah, tapu kalau aku jadi anak mu, kek nya rianti udah aku permalukan di sekolahan itu.
2023-01-24
1
auliasiamatir
munafik kau rianty,
2023-01-24
1