Ibu suri masuk ruang rapat dengan di dorong oleh pelayannya, karena sejak ia lengser dari tahta tubuhnya seakan mati dan sulit bergerak. Sekarang tanpa kursi roda yang di dudukinya ibu suri tidak akan bisa pergi kemanapun sendirian dan butuh orang yang membantunya.
"Salam ibu suri" ucap semua orang yang ada ruangan itu seraya menunduk hormat.
Tapi tidak dengan raja Hunter yang justru menatap ibu suri dingin.
"Apa yang terjadi sampai kau mengadakan rapat dadakan begini? apa ada masalah besar sampai membuat ribut istana dan mengganggu ketenanganku" ucap ibu suri datar dan menatap tidak suka pada raja muda di singgansana itu.
Tanpa bicara raja Hunter melemparkan buku yang di pegangnya mengarah pada ibu suri dan jatuh tepat di bawah kaki wanita tua itu.
"Lihat sendiri ibu suri yang bijak sana" ucap raha Hunter dingin.
"Kurang ajar! apa begini sikapmu pada ibu suri kerajaan? apa pendidikan yang kau dapatkan selama ini masih kurang atau kau memang tidak memiliki etika dan berkepribadian buruk?" marah ibu suri yang merasa tidak di hargai karena raja Hunter yang memberikan buku itu dengan cara melemparnya.
Raja Hunter tidak memperdulikan amarah ibu suri dan lebih memilih untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di pemerintahannya lebih dulu. Wanita tua ini belakangan saja pikirnya.
"Bawa ibu suri ketempatnya kalau masih ingin di sini" ucap raja Hunter menatap tajam pelayan yang bediri menunduk di belakang ibu suri.
Pelayan itu mengangguk dan langsung mendorong kursi roda mendekat pada para selir duduk. Tangan ibu suri mengepal geram dan marah karena merasa tidak di hargai, dan seketika perasaan menyesal karena sudah menyerahkan tahtapun hadir di hatinya.
Kalau saja dulu dia berhasil menyingkirkan satu-satunya penerus kerajaan itu sudah pasti saat ini dirinya masih berkuasa dan menjadi seorang ratu.
Tapi peraturan kerajaan yang menerangkan tentang penerus kerajaan jika raja sudah tiada tidak bisa di ganggu gugat sekalipun seorang ratu menghendaki. Karena peraturan itu sudah ada sejak lama jadi tidak ada yang berani mengganggunya.
Ketika raja sebelumnya meninggal, tahta sementara akan di duduki oleh ratu sebagai pemegang kekuasaan sebelum pemilik sahnya cukup umur untuk menempatinya. Penerus baru akan duduk di tahta miliknya jika sudah berusia 20 tahun.
Dan raja meninggal saat Hunter masih berumur 14 tahun dan masih berada di tempat pendidikan beladiri dan perang. Saat ayahnya tiada Hunter bahkan tidak di ijinkan ratu pulang ke istana, karena menurut ratu dia yang berkuasa jadi putra mahkota di larang pulang sebelum menyelesaikan pendidikannya.
Saat sudah masanya alih kekuasaan pada yang sah, ratu yang tidak rela kehilangan kedudukannya berusaha untuk membunuh Hunter di tempat pendidikan dengan segala cara. Tapi apapun yang di lakukan ratu tidka pernah berhasil walau rencananya sudah sangat matang.
Sekarang laki-laki yang akan di habisi itu sudah sangat berkuasa, bahkan tidak hanya di kerajaan mereka saja. Di beberapa wilayah juga sudah berhasil di kuasai dan di jadikan bagian dari kerajaan itu.
Anak sialan geram ibu suri dalam hati menatap tidak suka pada raja Hunter yang duduk dengan gagah di singgasana.
Sidang terhadap wali kota yang ketahuan korupsi itu terus berlangsung, bahkan sudah terbuka siapa-siapa saja yang terlibat di dalamnya.
Bukan hanya menteri kas negara saja yang berkolusi tapi juga ada beberapa pejabat lainnya yang ikut terciduk meski tidak satu komplotan dengan menteri kas negara, tapi mereka masih berhubungan dengan keuangan negara juga.
Karena semua kebusukan meenteri kas negara ketahuan, maka akhirnya bisul lainnya ikut pecah seiring dengan terucapnya sedikit demi sedikit pengeluaran negara dari beberapa menteri.
Siapa yang terlihat gugup dan nada bicaranya seperti di buat-buat agar tenang, maka Sian akan terus menekan orang itu dengan pertanyaan-pertanyaan menjebak sampai akhirnya buka mulut.
Raja Hunter menatap dingin dan tajam para pejabatnya yang ternyata sudah menggelapkan uang negara begitu banyaknya, bahkan uang itu bisa di pergunakan untuk membangun lima desa jadi lebih maju lagi.
"Apa alasan kalian melakukan semua itu? apa gaji yang kalian dapatkan kurang banyak? apa tunjangan tahunan kalian kurang besar?" tanya raja Hunter yang membuat para pejabat itu ketakutan.
Tidak ada yang berani buka suara di sana meski raja sudah bertanya. Hanya kebisuan yang ada karena mereka takut alasan mereka akan membuat nyawa mereka melayang detik itu juga.
"KATAKAN!" bentak raja Hunter keras hingga membuat kaget seluruh orang yang ada di ruangan itu, termasuk ibu suri yang sudah mengumpat dalam hati.
Anak sialan! hampir saja aku jantungan, dasar bodoh makinya menatap geram raja Hunter.
"M maaf Yang Mulia, kami hanya iseng melakukan itu" sahut seorang pejabat yang ketahuan korupsi juga.
Mata raja Hunter semakin menyorot tajam pada pejabat itu yang mengakibatkan mereka panas dingin hingga baju basah akibat derasnya keringat yang mengalir di badan.
"Jelaskan apa maksudmu? di mana letak isengnya?" tanya Sian yang tidak habis pikir dengan jawaban pejabat itu. Iseng apanya batin Sian.
"Ya saya dan teman-teman saya hanya iseng saja Yang Mulia, karena sejak Yang Mulia memimpin kerajaan semakin besar dan berkembang bahkan sangat kaya, jadi kami yang saat itu masih menyiapkan pembukuan dan mengatur penyimpanan uang merasa senang dengan banyaknya uang itu yang jadi 5 kali lipat dari sebelumnya"
"Kami berpikir mungkin kalau menyimpan satu peti besar uang itu tidak akan ketahuan karena masih banyak uang lainnya, jadi setiap bulan uang itu bertambah maka kami akan mengambilnya dua peti untuk kami simpan sendiri" jelas pejabat itu.
Tangan raja Hunter mengepal kuat mendengar pernyataan yang terdengar begitu ringan di ucap pejabat itu. Bahkan pejabat itu mengucapkannya tanpa beban dan rasa takut karena sudah berbuat salah.
"Kemana semua uang itu sekarang?" tanya Sian.
"Uangnya sudah kami gunakan untuk kebutuhan pribadi kami dan untuk bersenang-senang tuan" sahut pejabat lainnya menunduk.
"Dan kalian sangat bersenang-senang dengan uang itu?" tanya raja Hunter.
"Iya Yang Mulia, saya sudah membangun rumah yang mewah untuk keluarga saya dan menyenangkan mereka dengan uang itu" sahut pejabat yang sebelumnya menjelaskan dengan enteng itu.
Sedangkan pejabat lainnya sudah gemetaran di tempat mereka akibat ketakutan meski tidak bersalah. Saat mendengar kalimat yang begitu ringannya di ucapkan membuat mereka saling pandang heran.
"Apa dia gila bicara dengan Yang Mulia begitu ringannya?" bisik para pejabat mulai terdengar.
"Ku rasa memang sudah gila dia"
"Sepertinya dia tidak merasa bersalah"
"Kok dia tidak takut ya?"
"Dia mungkin punya nyawa 9 makanya tidak takut"
Raja Hunter menarik napas lalu menghembuskannya. Pejabat macam apa yang bisa mengatakan iseng untung korupsi pikirnya.
"Siapa dalang utama dari kasus kalian?" tanya raja Hunter lagi masih dengan wajah dingin dan tatapan tajamnya.
Para pejabat yang ada di tengah-tengah ruangan saling pandang lalu menunduk.
"Saya Yang Mulia, saya yang mulai mengajak wali kota itu untuk kerja sama memanipulasi keuangan untuk desa karena hanya dia saja yang mau bekerja sama dengan saya" jelas menteri kas negara takut.
Pandangan raja Hunter beralih pada pejabatnya yang hanya iseng melakukan korupsi.
"Saya Yang Mulia yang mengusulkan untuk iseng mengambil uang itu, tapi kami membagi rata semua uang itu Yang Mulia" ucap pejabat itu tanpa mau di salahkan sendiri menghabiskan uang yang di korupsinya.
Hingga tiba-tiba..
CRASH
CRASHH
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments