Kembali

Raja Hunter kembaali melanjutkan perjalannya kesokan harinya setelah lebih cepat. Raja muda itu tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi.

Tidak ketinggallan pula para pejabat yang ketahuan bermasalah itu turut ia bawa bersamanya ke istana. Raja Hunter sudah meminta Sian memilih beberapa orang yang akan mengisi kekosongan di pemerintahan kota itu dengan pengawasan yang sangat ketat.

Sepanjang jalan memasuki ibu kota semua rakyat menatap rombongan kerajaan itu dengan tatapan kagum. Terlebih lagi pada pemimpin mereka yang begitu berwibawa dan terlihat garang duduk di atas kudanya.

Kuda hitam tinggi nan gagah itulah tunggangan sang raja yang selalu di menemani setiap perjalanan sang raja. Tidak ada kabar apapun mengenai kepulangan raja kali ini, karena biasanya Raja Hunter baru akan kembali ke kerajaan setelah seminggu pergi.

Tapi kali ini kepulangannya yang begitu cepat benar-benar mengherankan seluruh rakyat yang melihat kepulangan mereka yang bukan untuk pergi berperang itu.

Tidak terkecuali di pihak kerajaan yang sudah mendapat pengumam kepulangan raja mereka dari penjaga gerbang yang sudah melihat rombongan raja mendekat.

Terjadi kehebohan di harem tempat dimana ketiga selir raja itu tinggal, tempat yang di buat oleh ibu suri atau ratu terdahulu.

"Bagaimana ini? Raja kembali" ucap selir agung.

"Kita harus segera keluar menyambut Raja selir agung We" ucap pelayan.

"Panggil selir ketenangan Yun dan selir utama Suci"

"Baik selir agung"

Setelah pelayan itu pergi, selir itu menatap dirinya di pantulan cermin.

"Huh untung masih rapi dan cantik dandananku" gumamnya.

"Ayo kita pergi lebih dulu kedepan" ajaknya pada pelayannya.

Raja Hunter memasuki gerbang istana tanpa penyambutan dari pihak dalam istana. Hanya para penjaga depan yang menundukkan kepala mereka melihat kepulangan tuan rumah.

Prajurit mengambil alih kuda Raja Hunter dan membawanya untuk istirahat, dan tidak sembarangan orang bisa mendekati kuda galak itu kalau tidak mengenal orang yang mendekatinya. Bahkan seragam kerajaan saja ia bisa tahu, jika ada yang mendekatinya menggunakan baju perang atau seragam lainnya di kerajaan itu maka si kuda akan menurut, tapi kalau lain pakaiannya maka kuda itu enggan bahkan melawan.

Kembali ke Raja Hunter yang sudah berjalan masuk menyusuri jalan menuju dalam istana.

"Kumpulkan semua orang sekarang juga"titah sang raja sembari terus berjalaan menatap lurus kedepan dengan wajah dinginnya.

"Baik Yang Mulia" sahut prajurit yang langsung pergi.

Saat akan masuk kedalam istana, selir agung We muncul tiba-tiba hingga mengagetkan bebedapa pelayan di balakang raja Hunter.

"Salam Yang Mulia, selamat datang kembali" ucapnya dengan senyuman termanis yang di milikinya seraya membungkuk hormat.

Tanpa perduli dengan hal itu Raja Hunter terus berjalan melewati selir agung We. Senyum manis yang sejak tadi di berikan selir agung We langsung luntur karena tidak mendapatkan respon apapun dari sang raja.

"Silahkan selir agung mengambil tempat di ruang pertemuan" ucap kepala prajurit sopan.

"Untuk apa? apa ada pertemuan siang ini? kenapa sangat mendadak? bahkan Yang Mulia baru saja tiba, tidakkah kalian seharusnya membiarkannya untuk istirahat lebih du.."

"Ini keinginan Yang Mulia langsung selir agung" sela Buya yang sebenarnya sudah lelah dan lebih lelah lagi mendengarkan pertanyaan tidak bermanfaat dari selir itu.

"Ta.."

"Terserah anda saja mau datang atau tidak, yang pasti Yang Mulia ingin semua orang hadir" sela Buya lagi dan langsung pergi meninggalkan selir agung We.

Selir cerewet batin Buya kesal.

Raja Hunter langsung duduk di singgasananya dengan mengangkat wajah dinginnya itu. Jangan lupakan pula tatapan tajamnya yang seakan bisa membunuh itu terus menatap setiap orangnya yang masuk ke dalam ruang pertemuan itu.

Satu persatu orang muncul dengan tergopoh-gopoh, para menteri dan jajaran petinggi kerajaan lainnya. Juga para selir yang ikut masuk langsung mengambil posisi di tempat mereka.

"Kenapa ada pertemuan tiba-tiba? apa tidak bisa tunggu besok atau nanti sore saja" gerutu seorang menteri pada temannya sesama menteri.

"Sudahlah yang penting kita harus datang jika di panggil, tahu sendiri Yang Mulia tidak suka orang yang terlambat, ingat resikonya kalau terlambat" ingatkan temannya.

"Iya tapi terlalu mendadak, aku tidak menyiapkan apapun" bisiknya lagi dan hanya di balas gelengan kepala.

Sedangkan ketiga selir yang sudah duduk di tempat mereka itu saling pandang.

"Kapan Yang Mulia tiba?" tanya selir utama Suci.

"Entahlah, tiba-tiba ada pengumuman dari penjaga gerbang" sahut selir agung We.

"Hah, padahal tadi masih tanggung" keluh selir ketenangan Yun.

Kedua temannya menatap selir Yun melotot, bisa-bisanya dia bicara begitu di tempat ini pikir mereka heran.

Setelah semuanya berkumpul barulah Raja Hunter memberi kode pada Sian untuk angkat biacara. Sian mengangguk paham dan menatap kedepan dimana semua ornag sudah berkumpul.

"Karena semua orang sudah datang, maka langsung saja kita pada inti dari pertemuan ini"

"Bawa mereka masuk" teriak Sian membuat bingung seluruh orang di dalam sana.

Beberapa prajurit masuk bersama tiga orang yang di ikat tangannya dan mulutnya di bungkam kain.

"Dia adalah wali kota di daerah barat yang ketahuan korupsi dana untuk desa dan pembangunan kota" Sian menatap tajam kedepan, lebih tepatnya pada para petinggi yang masih kaget melihat kedatangan wali kota yang giring tidak hormat.

"Siapa yang bertanggung jawab atas penempatan pejabat daerah?, dan mana mentri kas negara?" tanya Sian.

Semua ornag slaing pandang lalu menatap dua orang di antara mereka.

"Maaf tuan Sian, saya menteri Jenu yang bertanggung jawab atas penempatan pejabat daerah" ucap seorang priaa maju beberapa langkah kedepan.

"Sa saya mentri kas negara" ucap satu pria tua lagi.

Hah kenapa mentrinya tidak ada yang tampan sedikit ya heran Sian. Semua menteri dan pejabat di istana memang masih yang lama, pejabat masa pemerintahan raja terdahulu dan raja Hunter belum menggantinya karena ia yang masih sibuk memulihkan keadaan rakyatnya yang saat itu masih kacau akibat ulah ratu yang sempat memimpin kerajaan setelah raja meninggal.

"Berikan buku laporan keuangan padaku" ucap Raja Hunter menatap tajam pada menteri itu.

"Maaf Yang Mulia, saya rasa sekarang belum waktunya kita me.."

"Sekarang" tegas raja Hunter semakin terlihat menyeramkan bila di bantah.

Menteri kas negara itu melirik beberapa orang yang ada di tengah-tengah ruangan itu dengan perasaan was-was.

"Buya" yang di panggil mengangguk mengerti.

Buya pergi meninggalkan ruangan itu untuk menuju satu tempat yang di maksud rajanya.

"Maaf Yang Mulia kalau hamba lancang, tapi ada masalah apa hingga kami di panggil berkumpul seperti ini secara mendadak" ucap salah satu pejabat memberanikan diri.

Raja Hunter menatap tajam semua pejabatnya di ruangan itu, tidak terkecuali para selir yang langsung gugup di buatnya. Seringai mengerikan di tunjukkan raja Hunter pada seluruh orang yang membuat mereka ketakutan.

Buya masuk kedalam ruangan itu dengan satu kotak di tangannya, lalu menyerahkan kotak itu pada Raja.

"Yang Mulia, kami menemukan semua ini tersembunyi di ruang kerja menteri Beno"

Raja Hunter membuka kotak dan mengambil buku di dalamnya lalu membacanya dengan seksama.

"IBU SURI MEMASUKI RUANGAN" teriak seorang kasim memberitahukan.

Buat apa wanita tua sekarat itu kesini batin Raja Hunter.

 

Ada sedikit perubahan cerita di awal ya kalau kalian merasa ada yang beda di ceritanya, sengaja author buat supaya ceritanya bisa lebih menarik😁😁

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!