Duncan membuka matanya. Untuk sejenak ia merasakan disorientasi tempat namun melihat selang infus, bau obat dan tempat tidur rumah sakit membuatnya yakin Duncan kejadian semalam bukan mimpi. Dan bukan mimpi juga tentang suara feminin menyebutnya Voldemort.
Setelah mengerjap beberapa saat untuk memfokuskan netranya, Duncan menoleh ke arah sofa yang berada di sisi kanannya. Tampak putranya tertidur dengan seorang wanita di sebelahnya. Wanita yang memanggilnya Voldemort. Duncan melihat ke arah jam dinding di kamarnya. Baru pukul enam pagi. Dia menoleh ke arah kedua orang yang masih terlelap.
Putranya Mike seperti biasa berwajah tampan mirip dengan dirinya yang bermata biru. Putra sulungnya Mario mirip almarhum istrinya, bermata coklat dan sekarang si sulung berada di Italia menjadi seorang dosen seni. Duncan meringis, kedua putranya tidak ada yang mau meneruskan kekuasaannya menjadi pemimpin mafia klan McGregor. Jika kedua putranya tidak mau menjadi ketua mafia, maka akan dilakukan voting dan klan McGregor akan berakhir masanya. Duncan menghela nafas panjang. Mungkin sudah saatnya dia mundur. Tiga peluru di dalam tubuhnya semalam sepertinya pertanda. Dia beruntung hari ini, belum tentu esok hari.
Duncan memindai wanita di sebelah Mike. Sebelum Duncan diberikan anestesi di ruang operasi semalam, dia tahu dokter wanita ini yang akan melakukan pembedahan. Diantara keadaan sadar atau tidak, Duncan sempat mendengar bisikan dari dokter wanita itu
"Dengar tuan. Saya tidak tahu siapa anda tapi saya akan menyelamatkan nyawa anda. Anda bukan kucing yang punya sembilan nyawa, jadi setelah operasi ini selesai, saya harap anda meninggalkan kehidupan lama anda untuk menikmati hidup anda. Karena anda berharga." bisik Nabila.
Wajah Nabila tidak secantik wanita-wanita ala model namun memiliki garis kepribadian yang kuat. Duncan teringat mata Nabila semalam. Coklat yang penuh semangat namun ada ketegasan, mengingatkan Duncan akan istrinya Manuella.
Tiba-tiba Duncan merasa haus. Tangan kanannya berusaha meraih gelas yang berisikan air minum. Namun karena masih terasa nyeri, akibatnya tangannya menyenggol gelas itu dan membuatnya jatuh. Beruntung gelas itu terbuat dari plastik jadi tidak pecah.
Suara benda jatuh membuat Mike terbangun dan segera menuju tempat ayahnya tanpa menghiraukan kepala mungil yang sedang bersandar di bahunya tadi
Akibatnya kepala Nabila mendarat dengan sukses di pinggiran sofa yang keras serta membuatnya mengaduh.
Dugh!
"Aduh bambaaannggg!!! Kalau mau bangun bilang-bilang dong!!!" umpat Nabila sambil mengusap-usap kepalanya yang sakit kena pinggiran sofa.
Mike menoleh. "Maap babe, aku lupa ada kamu disitu".
"Babe babe ! Aku bukan babehmu!" omel Nabila kesal.
Mike mengacuhkan Omelan Nabila. "Dad, dad minta apa?" tanya Mike ke Duncan. "Minum" bisik Duncan. Mike segera mengambil gelas yang jatuh dan menyimpannya di meja dekat tv, lalu menggantinya dengan gelas baru yang diisi air mineral lengkap dengan sedotan. Dengan telaten memberikan minum kepada ayahnya.
Duncan memberi kode kalau sudah cukup minumnya.
"Dad? Apa Dad lapar? Mau makan apa?" tanya Mike.
Duncan menggeleng. Matanya melirik ke arah Nabila yang masih cemberut sambil mengusap-usap kepalanya.
"Minta maaf lah pada dokter Nabila, son" Mike kemudian menghampiri Nabila.
"Benjol ga Nab?" tanyanya
"Mbuh!" umpat Nabila. Mike dan Duncan hanya saling berpandangan. Bahasa apa itu?
"Eeeerrrr Nab, Bambang itu siapa?" tanya Mike lagi. Nabila mendelik ke arah Mike. Hah? Apa perlu aku jelaskan itu cm kiasan jaman now.
"Kamu tuh ya Mike, bukannya minta maaf malah nanya gak jelas gitu!" omel Duncan.
"Maap dokter Nabila. Aku lupa tadi kamu bersandar di bahuku dengan mesra" cengir Mike.
Hah? Masa sih? Rasanya tadi aku bersandar di kepala sofa deh!" Nabila mengerenyitkan dahinya.
Mike kemudian hendak memeriksa kepala Nabila namun tangannya langsung ditepis.
"Gak usah pegang-pegang, Dokter Mike. Nanti aku cari kompres saja" ucap Nabila masih dengan nada kesal. Mike hanya mengedikkan bahunya.
Nabila kemudia berdiri dan menghampiri Duncan.
"Luka-luka Anda akan mulai mengering sekitar seminggu lagi asalkan tidak kena air" ucap Nabila setelah selesai memeriksa kondisi Duncan.
"Terimakasih Hermione Granger" balas Duncan sambil nyengir menggoda Nabila.
Whoah! Benar-benar mirip si Mike kalau gini.
"Hahahaha." Nabila tertawa kikuk. "Maapkan saya kalau semalam saya memanggil anda Voldemort."
"It's okay, dokter Nabila. Ohya kapan saya bisa pulang?"tanya Duncan.
"Seriously Dad. Baru semalam dibedah kok sudah minta pulang?" omel Mike yang sekarang berada di belakang Nabila.
"Kamu kan tahu sendiri kalo Dad benci rumah sakit!"
"Dad, bukan gini caranya. Beruntung semalam..." suara Mike terhenti ketika terdengar suara ketukan. "Masuk!"
Ketika pintu terbuka tampak seorang pria tampan berambut pirang, bermata biru, berbibir se*y, badan atletis mengenakan pakaian kerja jas bewarna navy satu stel dengan celananya dan kemeja warna biru muda serta dasi biru tua yang Nabila tahu semua outfitnya bermerk.
Mirip Chris Pine tapi ini lebih tampan. Batin Nabila. Sumpah demi apapun, pagi ini dapat pemandangan yang menaikkan iman dan imun itu sangat langka. Tanpa sadar Nabila tersenyum samar dan hal itu tidak lepas dari tatapan Mike dan itu membuatnya kesal.
"Selamat pagi tuan McGregor dan tuan muda." pria tadi memberikan hormat kepada Duncan dan Mike. Mata birunya kemudian menatap Nabila lalu ia menganggukkan kepalanya.
Mike yang melihat itu langsung merapatkan badannya dibelakang Nabila bahkan memeluk pinggang Nabila dengan posesif.
Nabila yang merasa pinggangnya dipeluk langsung melepaskan tangan kekar Mike dengan kasar.
"Apa-apaan sih Mike! Main pegang pinggang orang!" omel Nabila kesal. Mike tidak mengacuhkan dan tetap menempel Nabila.
Duncan yang melihat keduanya hanya terkekeh.
"Pagi Edward. Kenalkan ini Dokter Nabila yang semalam mengoperasiku. Dokter Nabila, ini Edward Blair tangan kananku." Edward memberikan tangannya itu bersalaman dan disambut oleh Nabila.
"Senang bertemu dengan anda, dokter Nabila"
"Sama-sama tuan Blair"
"Jangan lama-lama salamannya" hardik Mike sambil melepaskan jabatan tangan keduanya.
Nabila menghela nafas panjang dengan sebal, sedangkan Edward hanya tersenyum. Tuan muda tumben kayaknya menyukai dokter Nabila walaupun gadis itu cuek.
"Apaan sih kamu Mike?! Lebay deh!" sungut Nabila. Mike hanya melengos mendapatkan pelototan Nabila.
"Tuan McGregor, tuan Blair, saya tinggal dulu karena harus laporan shift. Karena shift saya berkahir sebentar lagi" bahkan aku sempat tertidur tadi. "Permisi semuanya" pamit Nabila sambil menuju pintu kamar.
"Nab, nanti setelah laporan, kembali kesini ya. Aku kan shift pagi dan Dad butuh diperiksa setiap saat" pinta Mike. Nabila yang sudah hendak keluar langsung berhenti.
"Sorry dok, aku mau pulang. Aku ingin istirahat. Tidur. T-I-D-U-R." Nabila kemudian menoleh ke Duncan. "Tuan McGregor anda tidak apa kan saya tinggal? Toh ada Nagini disini, duo Spongebob dan Patrick" di luar pintu nampak duo J disana. "Lalu ada Chris Pine Kawe juga. Jadi ijinkan saya pulang karena saya juga butuh istirahat. Selamat pagi semuanya." Tanpa membutuhkan jawaban, Nabila langsung pergi meninggalkan semua pria di ruang rawat VVIP itu.
"Nagini?" Mike berpikir apa maksudnya Nabila berkata demikian. "Siapa Nagini?" tanyanya kearah Duncan dan Edward.
"Kau!" seru keduanya kepada Mike.
"Haaaahhhh?! Aku dibilang ular??? Awas kau Nabila !!!" Mike bergegas keluar ruangan rawat ayahnya mengejar Nabila.
Duncan dan Edward hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tuan besar, nampaknya tuan muda menyukai dokter tadi. Dan baru kali ini saya mendengar sebutan aneh-aneh ke kita semua" kekeh Edward.
"Kau tahu aku disebut apa oleh Nabila?" tanya Duncan ke Edward yang dijawab gelengan. "Voldemort".
Edward melongo. "No way, Sir!"
Duncan hanya tersenyum. "Way, Ed"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Nur Bahagia
absurd banget 🤣
2024-08-19
1
Murti Puji Lestari
dan sejak nagini jadi anak Voldermort sejak itu pula perbambangan di gaungkan😂
2024-07-05
1
Erni Fitriana
😂😂😂😂😂😂😂
2024-01-04
1