..."Jika seseorang dengan berani mengusik ketenangan hidupku, maka aku tidak akan tinggal diam."...
..._______...
Pria itu lantas berdiri untuk keluar dari mobilnya. Mencoba melangkahkan kaki, namun ia merasakan kepalanya begitu pening hingga membuatnya oleng dan hampir terjatuh, jika saja Aleta tidak cepat-cepat menahannya.
Kini Aleta memapahnya berjalan, walau langkahnya terasa lambat karena beban berat tubuh pria itu. Aleta tetap berusaha membawanya sampai tiba di ruang kamarnya.
Yang paling membuatnya tak percaya, ketika petugas hotel disana, tidak satu pun yang berniat membantunya. Bahkan menoleh kearahnya pun enggan mereka lakukan.
"Sial! Apa mereka tidak punya mata, jelas-jelas aku perlu bantuan, tapi petugas disini seperti tidak melihat apa-apa."
Gerutu Aleta sembari mengedarkan pandangannya mencari lift, ia juga berharap agar segera menyelesaikan tugasnya yang satu ini.
"Hei Tuan, dimana letak kamar anda?"
Tanpa menyauti pertanyaan darinya, sang pria justru melemparkan cardlock kamarnya kesembarang arah. Aleta pun semakin dibuat kesulitan, sebab kartu kamar inapnya terjatuh di lantai lift sebelum ia berhasil menangkapnya.
"Shitt!!"
Aleta mengumpat kesal, lagi-lagi pria tersebut harus membuatnya menghela nafas panjang, untuk meredam amarah yang hampir meledak akibat sikap pelanggan pertamanya itu.
Berpikir, bagaimana caranya ia bisa mengambil kartu tersebut, sementara tubuhnya telah dibebani oleh pria yang saat ini terus merangkul pundak Aleta.
Beruntungnya Aleta, ketika salah seorang petugas wanita paruh baya dengan berbaik hati membantunya mengambil kartu kamar tersebut. Dengan sekuat tenaga, Aleta mempercepat laju langkahnya ketika pintu lift terbuka.
Aleta menjatuhkan tubuh pria itu, tepat diatas ranjang miliknya setiba di kamar hotel. Keringat yang menjalar dari kening dan nafasnya yang memburu pun ikut merasakan bagaimana lelahnya membawa pria bertubuh kekar itu.
"Tuan, tolong berikan upah saya sekarang!" pintanya dengan nada suara terengah-engah.
Aleta mulai jenuh, sebab pria itu tak juga memberikannya uang, bahkan suara sautannya pun tidak di hiraukannya sama sekali, yang terlihat justru ia memejamkan mata rapat-rapat.
Aleta menghela nafasnya lagi, "Ini hanya permulaan untukmu, esok akan ada yang lebih berat dari ini," batin Aleta menyemangati dirinya sendiri.
"Ok, baiklah Tuan. Besok Bos saya sendiri yang akan menagih anda," ujar Aleta sesaat sebelum ia memutar balik badannya yang hendak keluar dari kamar hotel.
Namun langkahnya terhenti, ketika pria itu dengan cepat menarik tangan Aleta. Cengkraman kuat tangannya pada pergelangan tangan Aleta, membuat sang empunya meringis.
Dan pria itu pun membuka matanya sembari berdiri dan menghampiri Aleta. Tatapannya sangat tajam bahkan terlihat sayatan-sayatan merah pada kilatan iris matanya.
Begitu takutnya, Aleta melangkah mundur menghindarinya walau tangan kekarnya masih mencengkram kuat. Kini posisi Aleta semakin tersudut, ia tak dapat menghindar.
Sang pria dengan lancangnya menyentuh pipi Aleta sebelum akhirnya menjalar pada bibirnya. Namun dengan sigap Aleta mengalihkan wajahnya dari sentuhan tangan pria itu.
Aleta berontak, berusaha keras agar tangannya bisa terlepas dari cengkraman. Bukannya merasa iba pada Aleta, pria itu justru kembali menekan kuat pergelangan tangannya yang telah memerah dan membuat Aleta semakin merintih keras.
"Dengar perkataanku ini dengan jelas, kau yang seharusnya membayar semua ini! pria tua bangka itu tak ada bedanya dari dirimu!" hardiknya tajam.
"Saya benar-benar tidak mengerti maksud anda,Tuan! Tolong lepaskan tangan anda," balas Aleta menatap penuh harap dihadapannya.
"Akan ku buat kau mengerti."
Dengan beringasnya, ia meraup bibir Aleta kasar dan menciuminya tanpa ampun. Jelas sikapnya itu membuat Aleta jengkel dan marah. Dengan bengalnya ia berani melakukan pelecehan pada seorang wanita.
Dengan sisa tenaganya, Aleta melepaskan cengkraman dan mendorong tubuh pria itu kuat-kuat, sebelum akhirnya pria tersebut menerima tamparan kasar dari Aleta, hingga meninggalkan jejak luka pada ujung bibirnya.
"Sepertinya anda benar-benar mabuk sekarang dan saya bisa mengerti itu. Saya harap tidak akan pernah bertemu pelanggan seperti anda lagi! Permisi," ucapnya penuh penekanan.
Segera ia pergi dari sana, meninggalkan pria yang masih menyeringai setelah mendengar perkataan Aleta, yang dianggapnya hanya sebuah kicauan sampah.
"Kita lihat saja, bodoh!"
Cercanya sembari memegangi sudut bibirnya yang luka akibat tangan Aleta.
...•••...
Kejadian malam kemarin hampir membuat Aleta tak bisa tidur dengan nyenyak, sebab baru pertama kali mengalami pelecehan. Ia juga tak pernah berpikir jika pria itu bisa begitu kasar padanya.
Sedangkan tidak pernah sekalipun mengenal atau bertemu dengan pria yang disebutnya berengsek. Dan yang lebih parahnya, ia meninggalkan tanda memar di pergelangan tangan Aleta.
Memikirkan kejadian itu, membuat kepalanya ingin meledak. Di satu sisi ia sangat marah akan sikap kasarnya yang mencium secara membabi-buta dan di sisi lain ia tak bisa menyalakan sepenuhnya, karena pria itu masih dalam pengaruh alkohol.
Prankk!
Prankk!
Aleta tersentak mendengar suara pecahan kaca dari luar rumahnya. Ia segera keluar untuk memastikan sumber suara tersebut.
Matanya membelalak tatkala menyaksikan pecahan kaca yang berserakkan di depan pintu rumahnya. Untung saja ia tidak sempat terkena serpihan kaca itu saat hendak keluar.
Cepat-cepat ia membereskan serpihan kaca sebelum sang pemilik tempat mengetahuinya. Saat ini Aleta mulai merasakan kejangalan yang dialaminya sejak kemarin.
Ia juga berasumsi bahwa dirinya kini sedang diteror, namun belum pasti siapa yang dengan sengaja melakukan hal itu padanya.
Setahunya, ia tidak pernah memiliki musuh, sedangkan teman saja tidak punya. Hidupnya benar-benar dilaluinya seorang diri tanpa ada campur tangan orang lain.
Pikirnya, memiliki teman tidak ada gunanya. Ia lebih senang menjalani hidupnya sendiri, ya bisa di katakan Aleta ini seorang introvert.
...•••...
Aleta tengah menunggu pelanggan di depan mobil sang pemiliknya. Ia mulai kembali bekerja malam ini, untung saja pelanggannya kali ini seorang wanita, sehingga ia sedikit merasa tenang.
Aleta membukakan pintu mobil untuknya dan juga memasangkan seat belt. Setelahnya, ia melajukan mobilnya dengan lancar tanpa rasa takut.
Hanya memakan waktu setengah jam, Aleta berhasil mengantarkan pelanggannya itu tepat di kediaman rumahnya dengan selamat.
Ia kembali berjalan pulang setelah menerima uang dari asisten wanita tersebut. Menunggu, Itu yang dilakukannya saat ini, berada di halte bus sembari menunggu transportasi umum tiba adalah hal yang paling membosankan, terlebih di malam selarut ini.
Aleta memainkan ponselnya, berusaha untuk mengusir rasa bosan. Sudah hampir setengah jam ia berada disana, tetapi bus belum juga tiba.
Justru Aleta hanya melihat mobil van hitam yang berhenti tepat di depannya, hingga membuatnya menghentikan bermain ponsel. Di perhatikannya mobil itu dengan seksama, sebelum akhirnya dua pria dengan berpakaian serba hitam lengkap dengan penutup wajah, menghampirinya.
...♡♡♡...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Elwi Chloe
mampir
semangat ka
2022-02-16
0
Putriyani Mursalim
aku mampir Thor.
2022-02-13
1
🦊⃫⃟⃤Haryani_hiatGC𝕸y💞🎯™
setuju banget
2022-01-08
0