Waktu menunjukkan pukul 12 siang .
''Akhirnya pulang juga .'' ucap Vio sambil merapikan peralatan belajarnya .
Sedangkan ada beberapa temannya yang terus saja memperhatikan Vio . Temanya heran dengan sikap Vio yang terlihat biasa saja setelah kepergian papanya .
Salah satu dari mereka akhirnya memberanikan diri untuk langsung bertanya kepada Vio .
''Hai Vio, bagaimana kabarmu hari ini ?! .'' ucap teman Vio dengan senyum manisnya .
''Hmmm aku baik-baik saja, ada apa ?! .'' begitulah Vio selalu bersikap dingin hanya untuk menutupi kesedihannya .
''Apa aku boleh bertanya padamu Vio ?! .''
''Tentu ! .'' masih dalam mode dingin .
''Kenapa kamu tidak terlihat bersedih, apa itu tidak menyakitkan untukmu ?! .'' ucap teman Vio dengan hati-hati .
''Tidak .'' ucap singkat Vio .
''Dasar temen aneh, berani sekali dia berpikir seperti itu . Apa dia pikir hatiku terbuat dari batu sampai tidak merasakan kepedihan atas kepergian papa ku .. '' batin Vio .
''Kenapa begitu ?! .'' ucapnya lagi .
''Lalu untuk kepentingan apa kamu harus mengetahui isi hati ku, apa penting untukmu jika aku menunjukkan kesedihanku depan kalian semua .'' lagi-lagi Vio ketus sama teman-temannya .
''Maaf .'' ucap teman Vio
''Sungguh bukan itu maksud aku bertanya, baiklah sepertinya kamu lagi tidak baik-baik saja .'' senyum tulus itu terpancar dari temen Vio .
Vio pun membalas senyuman itu .
Dan pergi meninggalkan semua teman-temannya yang bingung dengan sikap Vio yang anti bersahabat itu .
.
.
.
.
Sesungguhnya Vio tidak mau seperti ini .
tapi sulit untuknya mempercayai orang lain selain keluarganya .
Vio sudah sangat terbiasa bicara dengan wajah yang itu itu saja, kakak-kakaknya, papa Dito, dan mama Meri . Mungkin tidak baik untuk lingkup sosialnya tapi Vio tidak mengerti itu, dia hanya menutup dirinya dari orang lain .
Sikap yang dipilih Vio tidak bisa disalahkan begitu saja karena bagaimanapun setiap orang memiliki karakter masing-masing .
Vio masih saja terus berjalan pulang kerumahnya .
Setelah keluar dari gerbang sekolah rasa lapar melandanya, perut Vio bernyanyi terus untuk segera di isi oleh sang pemilik .
''Huufh, lama sekali sampai nya aku sudah sangat lelah dan lapar sekali .'' ucap Vio sambil mengerucutkan bibirnya .
Dan akhirnya Vio pun sampai di depan rumahnya .
Vio langsung cepat-cepat membuka sepatu lalu merapikan ketempat semula .
''Assalamualaikum mah, Vio pulang loh .''
''Maaaaahhhh mamaaaa.... mama dimana Vio sudah pulang nih, Vio lapar mah .'' suara Vio menggema di seluruh ruang rumahnya .
''Aduh kamu ini suara sudah kaya laki-laki kencang sekali, sampai pusing mama dengernya .'' ucap mama Meri yang langsung menghampiri anaknya yang bawel itu .
''Hehehehe maaf mah abis mama di panggil-panggil tidak muncul.
''Vio pikir mama pergi tinggalin Vio sendiri. ''
''Kamu ini mana mungkin mama tega pergi meninggalkan kamu sayang, sini peluk mama .''
Vio pun langsung memeluk mama Meri .
''Bau sekali anak mama ini, cepat bersihkan dulu badan kamu sana .''
''Baik mamaku sayang .'' Vio langsung berlari ke kamarnya melepas semua seragam dan atribut sekolahnya yang masih menempel di tubuhnya .
Setelah selesai Vio langsung turun menuju lantai bawah rumahnya .
Vio menyiapkan makan siang sendiri untuknya dan mama Meri .
Sekarang sudah menjadi rutinitas Vio dan Vio terbiasa dengan hal baru itu .
Vio memanggil lagi mamanya untuk makan siang bersama .
''Mah yuk makan, sudah Vio siapkan .''
''Iya sayang sebentar yaa mama rapikan ini dulu .'' ternyata mama Meri lagi berkemas pakaian dengan koper-koper besar yang diambilnya dari gudang tempat penyimpanan barang .
Vio pun memberanikan diri untuk masuk ke kamar mamanya .
''Mah kita mau pergi ?! .'' ucap Vio dengan sorot mata yang menggenang .
''Iya sayang, sudah saatnya kita menutup lembar kenangan papa dan kakak-kakak mu .''
''Kita akan kemana mah .''
''Entahlah mama juga tidak tau, kita rapikan saja dulu yaa apa yang harus dibawa nantinya .'' suara sendu mama Meri membuat Vio tidak bisa menahan tangisnya lagi .
.
.
.
.
Keputusan yang sulit .
Mungkin bagi sebagian orang mengalami cobaan dalam hidupnya tetapi berbeda-beda cara menghadapinya .
Ada yang rapuh meratapi tanpa ingin bergerak maju .
Ada juga yang rela mati karena tidak sanggup menanggung beban hidupnya .
Tergantung bagaimana kita berserah diri .
Tapi tidak dengan mama Meri dan juga Vio .
Mereka memilih maju dan terus melanjutkan hidupnya tanpa mengharapkan kakak-kakaknya lagi, yang seharusnya ikut serta dalam keputusan ini .
Tidak ada kabar, mereka pergi sesuka hati seperti di telan bumi .
Sanggupkah mereka ? ...
Kisah baru dimulai 😊😊😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Zenun
ceritanya cukup menarik
2022-11-20
0