Debora

Seribu tahun setelah kejadian itu berlalu, cahaya itu akhirnya menemukan tempatnya.

Angin berhembus lembut, malam hari yang dipenuhi dengan bintang bersinar benderang di atas langit Eropa. Kilauan bintang yang sangat indah mengiringi kelahiran seorang putri cantik yang tak diinginkan.

Oekk ...oek ..oekk....

Terdengar suara tangisan bayi perempuan memenuhi ruangan persalinan itu. Tampak sang Ibu masih terlelap karena pengaruh bius, perawat membersihkan tubuh si bayi mungil yang cantik dan rupawan itu.

"Selamat tuan, bayinya perempuan," ucap Dokter yang menangani persalinan tersebut.

"Aku tau,..arkhh sial!" Umpat pria itu, dia tidak mau melirik anaknya sama sekali membuat petugas medis dalam ruangan itu geleng-geleng kepala.

Setelah di bersihkan, bayi mungil nan cantik itu dibawa mendekati sang Papa namun pria itu menolak menggendong darah dagingnya sendiri.

"Letakkan saja dia, kalian urus istriku dengan baik, jangan sampai dia kenapa kenapa, jika sampai terjadi sesuatu awas kalian!!" Tegas pria berkumis tebal itu.

"Baik tuan Miller!" Ucap para petugas medis itu.

Perawat yang membersihkan bayi kecil tadi menggendong bayi itu keluar dan membawanya memasukkannya ke dalam ruangan bayi.

"Kasihan sekali dirimu anak-Ku, biar ku berikan hadiah untukmu," ucap perawat itu sambil tersenyum memandang wajah tak berdosa itu.

Diangkatnya tangannya ke atas seraya membuka ruang di langit-langit ruangan itu.

Winggg...wishhhh.

Tampak ratusan bintang berjejer di atas langit itu, cantik sangat indah, hanya mereka yang bisa melihatnya.

Bayi yang belum bisa melihat itu di beri anugerah untuk melihat alam lain, membuatnya bisa menikmati pemandangan alam yang begitu indah yang tak akan pernah dinikmati oleh manusia lain.

"Kamu suka?" Ucap perawat yang kini berubah menjadi sosok seorang dewa dengan rambut putih panjang, janggut panjang, baju putih selembut sutra menjuntai ke bawah melambai-lambai akibat terpaan angin yang tidak dingin.

Dia mengarahkan tongkatnya ke langit. Sebuah cahaya kehidupan bergerak di atas langit, cahaya yang membawa roh sang Dewi Keselamatan menari dengan indah di atas langit.

Swingg

Swooshhhh

Angin berhembus lembut, cahaya putih dengan ekor panjang itu semakin mendekat, mendekat dan mendekat.

Drapp

Sreepp

Cahaya itu masuk ke dalam tubuh bayi mungil itu dan memberikan tanda bintang di leher bayi cantik nan mempesona itu.

"Terimalah tempat barumu, kalian akan segera bertemu, dan semuanya kembali dengan normal, dan roh roh itu akan kembali ke tempatnya, Dewa kematian tidak akan mengikat kalian dengan kematian," ucap orang itu.

"Ku anugerahkan padamu kemampuan berbicara dengan hewan dan makhluk lain, ini akan membantumu menemukan dia yang terkutuk, " ucapnya lagi.

"Tanda ini akan membawamu kepadanya yang telah ditakdirkan untuk mu," ucapnya sambil menyentuh bagian leher bayi kecil itu.

Sekali lagi dia mengarahkan tongkatnya ke atas lagi dan saat itu juga suasana kembali seperti semula.

Woshhh....

Semuanya kembali seperti semula, suster itu keluar dari ruangan bayi sambil tersenyum.

Di sisi lain dunia itu, di sebuah hutan belantara yang tertutup dengan pepohonan yang sangat rapat dan rindang, suasana yang suram, dingin, mencekam hanya ada kegelapan terlihat seorang pria dengan pakaian hitam dan jubah keemasannya yang menjuntai ke tanah sedang duduk menunggu para roh yang akan diikat di hutan itu.

Swingg.....

Kalung bintangnya bersinar untuk pertama kali setelah seribu tahun dia berada dalam wujud menyeramkan itu, wajahnya tampan berkharisma hanya saja...

Di balik punggung terpasang sepasang sayap dengan bulu menjuntai, kuku kukunya tajam dan panjang, kulitnya putih bersih hanya saja sangat menyeramkan.

Dia bukan manusia dia hanya Roh pelindung hutan Roh itu, dia adalah Dev atau lebih tepatnya Devara Christopher Nolan yang dikutuk seribu tahun lalu oleh sang Dewa kematian.

Dev menatap kalungnya, dia terperanjat dari singgasananya yang dibangunnya di dalam kastil hutan gelap itu.

"Sudah muncul!" Ucapnya sambil memegang kalung itu, kalung yang diketahuinya adalah milik gadis cantik yang membantunya menggendong ibunya dulu namun naas dia juga tak tertolong.

"Kau tak akan menemukannya!"

"Ck..sialan, kau lagi!" Geram Dev yang berbicara pada makhluk hitam yang bersemayam di dalam tubuhnya.

"Hahahahah, kutukanmu tidak akan patah Dev, terimalah nasibmu sebagai penerus Dewa kematian dan terimalah aku maka akan kubantu kau menjadi lebih berkuasa atas dunia ini," ucap Roh hitam itu.

"Hahahah, jangan mimpi Demon! Setelah aku mendapatkannya, sosok pertama yang akan kuhancurkan adalah dirimu iblis yang membuatku tersiksa selama ribuan tahun!" Ucap Dev menyeringai sambil menatap roh yang berdiri di depannya itu.

"Ck...tak ada cinta sejati di dunia ini, jika ada maka kau sudah menemukannya sejak dulu!" Ucap Demon yang terkunci dan terikat dalam tubuh fana Devara.

Demon adalah roh yang ditinggalkan oleh Alifer sebagai kutukan untuk Dev, roh ini tak punya kekuatan apa pun tetapi dia selalu mempengaruhi Dev bahkan sampai merusak konsentrasinya.

"Ck.. diamlah, aku tak mau mendengar ocehan mu!!" Ketus Dev yang sudah hidup ratusan tahun mendengar bujuk rayu yang sama dari Demon.

"Sekali tidak tetap tidak!" Tegas Dev sambil menatap kerumunan roh yang dipanggil menuju hutan belantara itu.

"Tugasku banyak, sepertinya ada kecelakaan lalu lintas, hmm sudah berapa lama aku tidak ke kota?" Gumamnya sambil menatap gerombolan arwah itu.

Dev berdiri dan menyambut para arwah yang di tuntun oleh burung hantu lain untuk sampai ke tempat keramat itu.

Dave menyeringai, dia melihat banyak roh jahat disana membutanya semakin bersemangat untuk memberi sedikit pelajaran pada mereka.

Dia mengeluarkan sihirnya melalui tangannya.

Swingg ......

roh roh itu terangkat dan terpisah satu dengan yang lain, Roh orang-orang baik ditempatkan langsung pada pohon mereka masing masing sedangkan roh orang jahat di berikan sedikit pelajaran terlebih dahulu.

Dua puluh dua tahun kemudian,

di benua Eropa di negara Jerman peradaban sudah canggih, teknologi semakin berkembang berbeda jauh dengan jaman sebelumnya.

Di sebuah rumah mewah bergaya Eropa klasik terlihat seorang gadis berparas cantik dengan rambit keemasannya sedang berbicara dengan hewan ternak di belakang rumah itu.

"Hai pak Sapi, apa kabar pagi ini?" Sapa gadis yang akrab di panggil Debora itu.

Moo.... Moo.....

Terdengar suara sapi itu menyahut sapaan Debora, Bora tersenyum manis.

Kokok petokok...koko petokok,

suara Ayam menggelegar kegirangan saat Bora tiba di peternakan belakang itu.

"Halo ibu ibu ayam, ada gosip apa pagi ini?" Sapa Bora pada ayam ayam di dalam kandang itu.

Jika orang biasa mendengar maka mereka akan berpikir kalau gadis berambut pirang itu sudah gila karena setiap hari selalu tertawa dan bercanda bersama hewan hewan dimanapun dan kapanpun dia menemukan hewan.

Bora mendekati ayam ayam itu dan mendengar apa yang mereka katakan.

"Petokk.. petokk...Black lagi patah hati Bora, pacarnya pergi ke luar negeri," jawab si ayam sambil menunjuk Black anjing Husky peliharaan di rumah besar itu.

"Pfftttthhh hahhaha, kasihan kamu black, terakhir kali cintanya bertepuk sebelah tangan hahahhaha," tawa Bora.

"gukk..gukk..aishh.. jangan ejek aku, aku sedang kesal," rengek Black si anjing Husky yang banyak dramanya.

"Hahahha, ya sudah black nanti cari lagi yang lebih bahenol masih banyak hahah," ucap Bora sembari menuangkan makanan ayam ke dalam tempat nya.

"Kalian makan dulu oke, aku mau cek keluarga kelinci dulu!" Seru Bora.

"Terimakasih Bora!" Seru para ayam yang mendapatkan makanan mereka.

Debora berjalan dengan riang diikuti Black yang masih galau karena ditinggal pergi pacarnya.

Di sisi lain, dua orang perempuan berparas ayu menatap sinis ke arah Bora.

"Ck... lihatlah Mom, dia kembali seperti orang gila, berbicara dengan hewan, sungguh memalukan!" Ledek gadis itu.

"Ck...sudah Gretta jangan pedulikan anak sialan itu, biarkan saja dia mengurus peternakannya itu tak usah ganggu dia atau kita akan terkena amukan paman dan kakakmu," ucap wanita yang lebih tua yang merupakan Mama kedua gadis itu.

"Kenapa Mom dan Daddy begitu membencinya?" Tanya Gretta.

"Kau ini pikun atau bagaimana Gretta berkali-kali Mom jelaskan nggak ngerti juga," gerutu wanita yang biasa disapa Nyonya Miller itu.

"Dengar ya, adikmu itu bukan anak yang kami harapkan, saat dia dalam kandungan kami berharap dia adalah anak laki-laki agar kamu menjadi satu-satunya anak perempuan kami, tapi ternyata saat USG dia berjenis kelamin perempuan, Dadmu sangat membenci hal itu," ucap Nyonya Miller.

"Bukannya dia juga darah daging kalian Mom?' ucap Gretta.

"Ck... Kami tak pernah mengharapkan kehadiran anak perempuan, cuma kamu yang kami akui, seharusnya kamu punya dua saudara laki-laki tapi dia menghancurkan impian Dad dan Mom," ucap Nyonya Miller dengan wajah kesal.

"Kalau mom dan Dad sebenci itu pada Debora artinya kalian juga benci oada Gretta,"lirih gadis itu.

"No sayang, kamu berbeda, kamu adalah anak yang sesuai dengan harapan kami, kamu dan kakakmu adalah anak yang sesuai dengan keinginan kami, tetapi dia, dia bukan yang kami mau,sudah jangan bersedih," ucap Nyonya Miller.

"Gretta sayang Mom," ucap gadis itu sambil memeluk Momnya dengan senyum kemenangan menatap sinis ke arah Bora yang sedang bermain dengan kelinci.

"Mom juga sayang Gretta," balas Nyonya Miller.

.

.

.

Like, vote dan komen 😊😊😊😉

Terpopuler

Comments

DearPE

DearPE

Hooo ibu edan masa anaknya sendiri gak di diinginkan 😑

2022-08-16

3

Fitri Yani

Fitri Yani

kerennnn😎

2021-10-16

1

Gala

Gala

penasaran
keren deh

2021-09-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!