Setelah memasuki gerbang sekolah Angga terus melajukan mobilnya ketempat parkir khusus kenderaan roda empat yang telah disediakan pihak sekolah.
Tempat parkir kendaraan roda dua terletak di sebelah utara dan tempat parkir kenderaan roda empat berada disebelah selatan sekolah.
Angga turun terlebih dahulu dari mobilnya kemudian membukakan pintu mobil untuk Zia sembari tersenyum mempersilakan Zia turun. Zia membalas senyuman Angga dan mengucapkan terima kasih karena telah memberi tumpangan hingga ia bisa sampai kesekolah dan tidak terlambat.
Satu demi satu kini mulai terlihat sisi baik dan kelembutan Angga. Ternyata selama ini anggapan Zia dan teman temannya tentang pribadi Angga itu salah.
Wajah tampan, dingin dan nyaris tak pernah tersenyum itu menyimpan berbagai kejutan.
Keduanya kini terus berjalan beriringan menuju kelas, siswa-siswi baik itu adik kelas maupun teman sekelas yang sedari tadi melihat mereka turun dari mobil bersama, berjalan bersama dengan tersungging senyum diwajah tampan Angga membuat mereka merasa heran.
Apakah tidak salah yang mereka lihat? ada yang mengucek matanya karena rasa tidak percaya, ada yang tertegun sambil terperangah menatap mereka, ada yg tersenyum melihat moment itu dan jelasnya banyak yang tidak rela pujaan hati mereka bersama gadis yg tidak pantas sama sekali mendapat perhatian dari Angga menurut mereka.
Sementara Zia terus melangkah sambil menundukkan wajahnya. Tubuhnya merasa ringan dan melayang, Ia tidak berani menatap kesekelilingnya. Hanya dari sudut matanya ia menyadari banyak pasang mata memandang ke arah mereka.
Rasa tidak percaya dirinya pun muncul, minder, malu, takut, senang bercampur jadi satu. Saking terburu-burunya ia melangkah tiba-tiba kakinya tersandung pot bunga yang tertata rapi dilorong sepanjang jalan menuju kelas.
"Awas Zia, teriak Angga sambil menarik tubuh Zia yang hampir saja terjatuh, untung saja dengan sigap Angga menarik Zia hingga tidak tersungkur ke lantai melainkan malah terjatuh kedalam pelukan Angga.
Sesaat sepertinya waktu berhenti, pandangan mereka saling bertemu. Kedua mata indah mereka masing-masing menyiratkan makna menyimpan cerita yang selama ini mungkin belum mereka sadari.
Ada desiran aneh yang keduanya rasakan, bahagia yg tak bisa mereka ucapkan dan tak bisa mereka ungkapkan.
Jantung keduanya pun berdebar kencang, "perasaan apa ini?", tanya keduanya dalam hati masing-masing.
Seketika Zia tersentak dan langsung melepaskan diri dari pelukan Angga. Rona merah terlihat jelas diwajahnya, sambil tertunduk malu ia dengan lirih mengatakan,"Maaf ngga, maafkan aku, aku tidak sengaja tersandung pot hingga terjatuh."
Kemudian tanpa menoleh lagi Zia segera berjalan setengah berlari masuk kedalam kelas dan menuju ke tempat duduknya.
Sementara Angga masih tertegun ditempat itu sampai-sampai ia tidak menyadari bahwa wanita yang ada dalam pelukannya sudah berlari pergi. Ia tidak mendengar ketika Zia tadi meminta maaf.
Ketika tersadar dan berusaha memulihkan perasaannya ia pun terus berjalan menyusul Zia sembari terus tersungging senyuman di wajahnya mengingat kejadian barusan.
Mereka yg menyaksikan kejadian barusan semakin bingung. Berbagai pertanyaan berkecamuk di pikiran mereka masing-masing," Bagaimana mungkin, kok bisa ya, dan kapan ya mereka mulai dekat serta apa ya yang telah dilakukan Zia hingga manusia es itu bisa meleleh dan nyaris mencair", gumam salah satu siswi dan masih banyak lagi komentar lain dari mereka.
Sebagian besar murid perempuan merasa iri, sangat tidak rela mengapa harus Zia si gembel miskin itu yang jatuh kedalam pelukan Angga yang selama ini menjadi pujaan banyak gadis.
Jangankan berharap jatuh ke dalam pelukannya, mendapatkan senyumannya saja sudah merupakan kebahagiaan luar biasa bagi mereka.
Selama ini banyak siswi yang tertarik kepada Angga, ada yang secara diam-diam mengaguminya dan banyak juga yang secara terang-terangan mengejar dan menyatakan cinta kepadanya.
Ketampanan Angga yang nyaris sempurna, pintar dan tentunya anak dari keluarga terpandang membuat mereka tergila-gila. Tetapi Angga tidak pernah memperdulikan mereka, dia terus bersikap dingin. Tak ada satupun diantara mereka yang bisa membuat hatinya tertarik.
Beda halnya dengan yang dia rasakan terhadap Zia. Walaupun Angga tidak pernah berkomunikasi dengan Zia bukan berarti ia tidak perduli.
Ia sering memperhatikan sikap dan prilaku Zia baik di dalam maupun di luar kelas secara diam-diam.
Tersimpan kekaguman di dalam hatinya melihat seorang gadis miskin yang tegar, tidak pernah memperlihatkan kepahitan hidupnya, bahkan dengan cobaan hidup yang begitu berat ia masih mampu mengukir prestasi dalam belajarnya.
Menurutnya, Zia Ayunda Putri adalah berlian yang tertimbun di tumpukan pasir yang keindahannya belum terlihat oleh orang-orang disekitarnya.
Keindahan itu akan terlihat saat orang mau menggali dan mengenal sisi kehidupan Zia.
Sebelumnya, ternyata ia pernah mengikuti Zia ketika pulang sekolah. Rasa penasaran yang kuat di dalam hatinya telah membuat Angga ingin lebih mengenal, ingin lebih mengetahui sisi kehidupan Zia Ayunda Putri di luar lingkungan sekolah.
Kemana Zia pergi, apa yang Zia lakukan setelah pulang sekolah dan apa yang Zia lakukan untuk keluarganya semakin menambah kekagumannya terhadap sosok Zia.
Berawal dari rasa kagum dan rasa penasaran, perlahan timbul perasaan aneh yang membuatnya ingin lebih dekat mengenal Zia, ingin selalu melihat wajah Zia disetiap ada kesempatan, ingin rasanya ia menjadi tempat bagi Zia berbagi cerita suka duka kehidupannya yang selama ini berhasil Zia sembunyikan dari teman-temannya.
Kejadian saat mata mereka beradu pandang yg menimbulkan desiran aneh, yang membuat detak dan debaran jantungnya tak beraturan hingga menimbulkan rasa bahagia yang tak bisa ia lukiskan semakin memantapkan hatinya untuk terus mengejar dan mendapatkan hati Zia.
Semua rasa itu telah meruntuhkan egonya, meruntuhkan rasa malu dan meruntuhkan rasa ketidak peduliannya terhadap sekitar.
Angga yang dulu terkenal berwajah dingin kini perlahan mulai berubah menjadi sosok pemuda yang bisa lebih mengekspresikan dirinya, bisa tersenyum manis kepada sahabat dan khususnya kepada Zia.
Ternyata dari sekian banyak pasang mata yang menyaksikan kejadian barusan salah satunya adalah Bella dan Lusy yang terlihat sangat kesal, iri dan semakin benci terhadap Zia.
Mereka yang dari awal memang tidak menyukainya kini apalagi, mereka merasa mendapatkan saingan baru diluar nalar dan dugaan mereka.
Gadis gembel, yang menurut mereka berwajah pas-pasan dan tidak selevel dengannya berani-beraninya menyatakan perang untuk mengambil hati dan perhatian Angga Wiguna.
"Dasar gadis gembel, berani beraninya dia tebar pesona terhadap Angga", umpat Bella.
Lusy juga tidak kalah kesalnya seperti Bella, ia mendekati pot bunga yang tadi hampir membuat Zia terjatuh kemudian menendangnya hingga pot yang terbuat dari keramik tersebut terguling dan pecah.
Bunga berikut tanahnya itupun berserakan di lantai. Lusy merasa kesakitan dia berjingkat-jingkat berjalan ke arah Bella sambil menahan rasa sakit di kakinya.
Bella terkejut atas apa yang telah dilakukan Lusy, ia pun marah.
"Kenapa kamu pecahkan pot itu !", teriaknya kesal. "Jika nanti ada yang melihat kita bagaimana?"
"Tinggal kita ganti saja, kan beres ", jawab Lusy dengan seenaknya.
Dengan wajah pucat karena rasa takut, sambil celingukan memandang ke kanan kiri dan sekelilingnya untuk memastikan apakah ada murid atau guru yang melihat apa yang telah Lusy perbuat, Bella pun menarik tangan Lusy untuk segera pergi dari tempat itu.
Ia takut jika ada yang mengetahui kejadian ini dan melapor kepada dewan guru mereka pasti akan terkena hukuman.
Kalau hanya disuruh mengganti itu merupakan hal sepele bagi keduanya. Berapalah paling nilai uang yang harus mereka keluarkan untuk membeli pot dan bunga yang baru, yang pastinya tak sebanding nilainya dengan uang saku yang mereka terima setiap hari yang diberikan oleh kedua orang tua mereka.
Tapi jika mendapat hukuman yang lain misalnya membersihkan WC, mengutip sampah, berkeliling menyalim dan meminta maaf kepada murid serta petugas kebersihan yang biasa merawat semua tanaman di sekolah, pastilah mereka tidak akan sanggup. Hukuman seperti ini pasti akan membuat mereka malu dan ditertawakan teman-temannya.
Berselang beberapa menit bel tanda masuk kelas pun berbunyi. Mereka pun segera masuk ke dalam kelas untuk mengikuti proses belajar mengajar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments