Siang ini cuaca sangat terik, sang surya dengan sinarnya yg menyilaukan mata membuat murid-murid enggan berlama-lama berada di tempat terbuka, mereka bergegas menuju area parkir untuk mengambil kenderaannya masing-masing.
Ada yang mengendarai mobil dan sepeda motor sendiri dan ada pula yang menunggu jemputan mereka datang. Hanya beberapa orang murid saja yg naik angkutan umum salah satunya adalah Zia.
Dengan terburu buru zia berjalan keluar gerbang sekolah karena angkutan umum yg biasa ia tumpangi sudah menunggu disana. Rania berlari mengikuti Zia, sesegera mungkin ia mensejajarkan langkahnya dengan langkah sahabatnya itu.
"Zia tunggu", panggil Rania.
Zia pun menoleh kearah datangnya suara yg memanggilnya.
"Ya, ada apa Rania?"
"Kamu pulang bareng aku saja ya, kita ngobrol dulu yuk disana sambil menunggu supir keluargaku datang menjemput kita", Rania menunjuk ke sebuah bangku yg ada di bawah pohon mangga disudut dekat gerbang sekolah.
"Kita kan berlawanan arah Rania dan lagian aku akan singgah ke apotik dulu untuk membeli obat buat Ibu ku", elak Zia.
Zia tidak ingin jika nanti ada yg melihat dirinya diantar pulang dengan mobil Rania, mereka akan menganggap dirinya benar-benar memanfaatkan nilai persahabatan hanya demi kepentingannya biar bisa dianggap sebagai anak orang kaya seperti yg sering dituduhkan Bella dan Lusy.
"Memang nya ibu kamu sakit apa Zia?"
Seketika wajah Zia berubah murung, Zia menjawab sambil menundukkan kepala takut air mata yg sudah membayang dipelupuk matanya jatuh dan terlihat oleh Rania.
"Ibu aku sakit pembengkakan di area jantung."
"Oh maaf ya Zia, kasihan sekali ibu, aku jadi teringat almarhumah mamaku yang meninggal setelah bertahun-tahun dirawat di RS dan harus cuci darah dua kali dalam satu minggu."
Sambil menghela napas panjang dan ada bulir air mata yg hampir jatuh disudut matanya Rania pun melanjutkan ucapannya," Penyakit gagal ginjal telah merenggut nyawa mamaku, waktu itu aku masih berusia 8 tahun ketika mamaku menghembuskan napas terakhirnya dipangkuan Papa karena mama tidak mau di rawat di RS lagi, mama ingin disaat-saat terakhirnya selalu berada disisi orang-orang yg paling disayanginya."
Akhirnya menetes juga air mata Rania yg sudah dengan susah payah ia menahannya.
"Hiks...hiks...hiks", dengan suara tangisannya yang terdengar sangat sedih.
Zia mengambil sapu tangan dari dalam tasnya lalu memberikannya kepada Rania kemudian ia memeluk Rania dan berkata," Menangislah kalau itu bisa mengurangi kesedihanmu."
"Terima kasih Zia, maafkan aku ya, telah membuat bajumu basah dengan air mataku."
"Tidak apa-apa Rania, aku tahu kehilangan seorang ibu pasti sangat menyakitkan, melihat ibuku yang sakit-sakitan aja rasanya aku tidak tega, aku ingin Allah memindahkan rasa sakit itu kepadaku saja."
Keduanya akhirnya sama-sama menangis.
"Mudah-mudahan Allah memberikan kesembuhan kepada ibu ya Zia", lanjut Rania.
"Aamiin", jawab Zia.
"Dan mudah-mudahan almarhumah ibu kamu juga diberikan tempat yg terbaik di surga-Nya Allah, Aamiin."
Yang ditunggupun akhirnya datang, Mang Asep segera membukakan pintu mobil buat Rania, lalu beliau berkata," Ayo non, kita harus cepat pulang karena tadi Papa non telephone agar saya cepat kembali ke kantor setelah mengantar non pulang."
"Memangnya Papa mau kemana Mang?"
"Kata Tuan sih mau bertemu klien penting yang baru datang dari luar kota non", jawab mang Asep.
"Baiklah mang, ayo kita segera pulang."
"Oh ya Zia, terima kasih untuk hari ini walaupun kamu tidak bisa pulang bareng aku tapi kuharap besok kita bisa pulang bareng ya."
Zia hanya mengangguk agar sahabatnya tidak kecewa.
"Aku sangat senang lho, bisa kenal dan bersahabat dengan kamu Zia, sampai ketemu besok ya, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam", jawab Zia.
Setelah mobil Rania pergi, Zia pun segera bergegas menuju angkutan umum yg sudah sedari tadi menunggu.
"Ayo non naik", sapa Pak kondektur dengan ramah.
"Iya pak", jawab Zia.
Ketika Zia hendak naik tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang," Tunggu Pak, teman saya tidak jadi naik, dia akan pulang bareng saya", ucap Bella sembari menarik tangan Zia untuk menjauh dan terus menarik Zia kearah mobilnya.
Pak kondektur hanya bisa geleng kepala saja melihat penumpangnya sudah dibawa pergi.
Zia terus ditarik mendekat ke pintu mobil oleh Bella dan ternyata disana juga sudah ada Lusy duduk di dalam mobil. Lusy segera menarik tangan Zia agar masuk ke dalam mobil.
"Lepaskan saya, apa maksud kalian dan akan kalian bawa kemana saya. Tolong lah Bella, Lusy, biarkan saya keluar, saya masih ada pekerjaan yg harus saya kerjakan siang ini."
"Diam !" kata Lusy, " kamu harus ikut kami biar kamu jera, jangan coba-coba menentang kami lagi."
Bella pun kemudian melajukan mobilnya kearah luar kota. Setelah tiba ditempat sepi dan jauh dari lalu-lalang kenderaan Bella tiba-tiba menghentikan mobilnya dan berkata,"Turun kamu Zia!", bentak Lusy.
"Mau apa kalian menurunkan saya disini, dimana ini kok sepi, tak ada satupun kenderaan yang lewat."
"Kamu mau tau dimana ini, kita sedang berada di jalan menuju ke luar kota yg hanya akan dilewati orang saat akhir pekan. Jika kami tinggalkan kamu disini tidak ada yang akan menolong kamu,
kalaulah kamu beruntung masih bisa bertahan hidup sampai akhir pekan barulah ada yang menolongmu itupun jika ada yang melewati jalan ini", jawab Lusy.
"Berikan tas kamu!", Bella dengan kasar menarik tas yang tersandang di tangan Zia hingga talinya putus.
Bella segera memeriksa isi tas Zia dan dia menemukan ponsel, lalu mengambilnya, kemudian melemparkan tas yang telah putus talinya itu kearah Zia.
"Tolong Bella, Lusy, jangan ambil handphone ku, tolong kembalikan handphone ku Bell, aku ingin menelphone ibuku, kasihan ibuku beliau pasti khawatir jika aku tidak pulang."
"Handphone jadul saja, untuk melempar anjing pasti mati anjingnya", lanjut Bella.
Bella dan Lusy saling melemparkan handphone itu. Zia berusaha merebut handphonenya dari tangan mereka tapi akhirnya dia malah terjatuh karena didorong oleh Lusy.
"Aduuuuh, sakit sekali tanganku", keluh Zia.
Telapak tangan Zia pun terluka akibat tergores aspal dan mengeluarkan darah.
"Itulah akibatnya karena kamu selalu menentang kami", ucap Bella.
"Sejak kita dikelas satu kami selalu bilang jangan coba dekati teman-teman yang tidak selevel dengan kamu baik itu cowok maupun cewek disekolah kita", lanjut Bella.
"Jangan kepedean kamu ya, mentang-mentang kamu pintar, kamu fikir bisa mengambil perhatian mereka dari kami", umpat Lusy.
"Maaf Bella, Lusy, aku tidak bermaksud mendekati mereka tapi merekalah yang mendekatiku. Jadi tolonglah ayo kita kembali, aku janji akan menjauh dari mereka", ucap Zia.
"Dulu kamu juga pernah bilang seperti itu, akan tetapi tetap kamu langgar kan", bentak Lusy.
Bella membuka handphone Zia lalu mengeluarkan kartu yang ada di dalamnya, kemudian dia melemparkan handphone itu ke arah Zia.
Zia pun menangkap handphone yg melayang diudara itu agar tidak jatuh dan pecah. Disaat Zia sedang berusaha menangkap handphonenya, keduanya bergegas menuju mobil dan suara mobil menderu berlalu meninggalkan Zia sendirian disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Ika Purbaningsih
org kok jahat GT,, mentang2 anak org kaya
2023-03-02
0
Mata Air
ih jahat banget sih.....
lawan aja Zia... Ndak usah takut2
2022-05-26
0