.
.
.
Menjelaskan Hal percuma
.
.
.
Lisa mencuci muka agar sedikit menyegarkan wajahnya yang sayu, Matanya juga sembab ia oleskan salep yang biasa ia gunakan ketika ia mengantuk, Itu akan sedikit menyembuhkan bengkaknya. Lisa tersenyum memandangi wajahnya di cermin. Dia selalu menyemangati dirinya, bagaimana pun hal yang pernah terjadi ini akan segera berlalu dan terlupakan olehnya. Hal menyakitkan ini tak melebihi penderitaan hidupnya yang selalu serba kekurangan. Lisa kembali mengingat sang ayah, Bagaimana dulu ayahnya berjuang mati-matian dengan peluh keringat di tubuhnya. Tak ada yang lebih menyedihkan dari itu, dimana ia belum di kasih kesempatan membahagiakan ayahnya.
" Aku harus tetap semangat demi bapak." Lisa Kembali menghapus air matanya yang menggenang di balik senyum yang ia tunjukan di cermin.
Lisa menarik napasnya dalam, Di hirupnya pelan-pelan, Dia harus mengkondisikan dari mana mulanya dia harus menghadirkan semangatnya lagi.
Cukup lama ia bercermin, Lisa akhirnya keluar dari ruangan karyawan.
" Pagi Lis." Sapa Jamal.
Lisa tersenyum membalas sapaan Jamal.
" Pagi."
" Sudah Rapih?"
" Seperti yang kamu Lihat, Duluan ya." Kata Lisa.
Jamal mengangguk, dirinya membiarkan Lisa berlalu. Menatap Lisa sebelum wanita itu menghilang di balik skat ruangan, Jamal tersenyum simpul.
" Senyum-senyum sendiri." Ujar Sindi, Teman satu propesi Jamal dan Lisa.
Jamal terkekeh, keduanya masuk ke ruangan karyawan yang terpisah antara putra dan putri.
" Oke Lisa, Ayo mulai. Ini Awalnya." Lisa menyemangati diirinya sendiri.
Kesedihanya ia lupakan sejenak, Senyum ramahnya telah ia perlihatkan melayani pelanggan. Lisa melayani mereka dengan sepenuh hati. Makanan Khas minang itu memang begitu populer di daerah jakarta selatan itu. Restoran itu selalu penuh dengan pelanggan. Baik yang melakukan servasi dan langsung datang. Banyak pula pembeli dari Ojek Online.
Gajih Lisa juga terhitung lumayan, dia mendapatkan Gajih UMR jakarta beserta bonusnya setiap minggu.
Lisa berhasil membuat para pelanggan nyaman dengan kepiawayannya melayani.
" Lis, Ayo kita antarkan piring ke meja delapan." Kata Cika.
Lisa mengangguk, dia pergi ke dapur untuk mengambil beberapa piring untuk di antar ke meja.
Restoran padang itu melayani dengan layanan meja, Yaitu menyediakan semua makanan yang ada meja dan menghitung setiap yang di makan oleh pelanggan.
Saat Lisa sampai ke meja no delapan itu, Ia sempat menghentikan langkahnya. Senyum yang sedari tadi merekah saat ini tampak berkerut.
Mentari lah yang makan di meja itu, Wanita itu tersenyum kikuk Pada Lisa, raut wajahnya sendu, Sepertinya memang Mentari mempunyai Rasa sesal dalam dirinya.
" Lis, Ayo makan bareng dengan aku." Kata mentari.
Lisa hanya diam, Dia sibuk menaruh makanan itu di meja. Sindi yang mengerti Akan kondisinya, dan Sindi mengira kalau mereka memang sudah saling mengenal.
" Lis, Aku mau makan sama kamu, sekalian kita ngobrol ya." kata Mentari lagi.
" Aku sedang bekerja kau tak lihat aku memakai seragam pelayan." Kata Lisa.
Demi apapun Lisa merasakan sakit di hatinya kembali ketika melihat mentari kembali, padahal babagaimana usahanya Lisa melupakan kejadian itu.
" Lis, Kan ini permintaan aku. Tidak masalahkan?" Kata Mentari lagi.
Lisa mendengus kesal, menatap Mentari Tajam.
" Ayo sindi, Pekerjaanku masih panjang. Bahkan orang-orang seperti kita ini tak bisa hanya untuk bicara santai saja." Kata Lisa.
Mentari terpaku, Dia menelan salivanya paksa. hatinya juga bertalu menghadapi Lisa memang tidak akan mudah. Mentari tahu betul Jika Lisa saat ini pasti sangat membencinya.
Lisa berlalu dari sana di saat tugasnya telah usai. Ia kembali menetralkan dirinya, Menghirup napasnya dalam-dalam dan mencoba melupakan rasa sakitnya.
Untuk saat ini Lisa tidak ingin mendapat penjelasan dari siapapun, Baik Dimas Mau pun mentari, Hatinya masih kalut untuk mencerna. Biarkan lah semuanya berlalu Agar Lisa bisa berpikir matang dan dewasa.
" Lisa,Ikut saya." Kata Dodi, Si manager itu kembali memanggil Lisa.
" Baik pak." Lisa patuh, Ia mengikuti Dodi.
Napas Lisa bergemuruh, Iya dirinya tahu Jika Mentari bisa melakukan apapun agar bisa bicara padanya, Dia punya kuasa dan mempunyai uang banyak. Dia mampu meminta pada managernya langsung hanya untuk bicara dengan Lisa.
" Dia ingin bicara denganmu katanya Lis." Ujar Dodi.
Lisa hanya menarik napas beratnya, Ia menatap Dodi dan Mentari bergantian.
" Duduklah Lis, Aku sudah bicara dengan managermu. Dan dia mengizinkan." Ujar Mentari ia tersenyum.
Bisa-Bisa nya Mentari masih tersenyum seperti itu padanya,Lisa sedikit merasa kesal dan jijik pada Mentari. Teman yang menusuknya dari belakang.
Dengan malas Lisa duduk berhadapan dengan Mentari, Ia memutar bola matanya jengah.
" Kau boleh ikut makan Lis kalau mau."Ujar Mentari.
CK
Lisa berdecak, Bibirnya menyeringai." Tak sopan harus makan di tempat kerja, Dengan masih memakai seragam kerja." Ujar Lisa ketus
Mentari terkekeh pelan, Ia mulai menyantap makanannya dengan mengambil nasi secukupnya dan tak lupa lauk pauknya.
" Lis, Aku tahu pasti kaget banget waktu melihat aku sama Dimas, Tapi Lis Syukurlah kamu sudah mengetahuinya karena lambat laun kamu juga pasti akan tahu." Ujar Lisa.
Lisa masih diam, Ia menatap Mentari tajam, Membiarkan wanita itu tetap bicara, menjelaskan hal yang menurut Lisa percuma.
" Sudah lama aku mencintai Dimas."
Kata pamungkas itu mampu membuat Lisa tersenyum sinis, berdecak dan menyeringai Jengah.
" Aku harap kita masih bisa tetap berteman Lis, maafkan aku." Ujar Mentari, Sendu matanya melihat Lisa.
Lisa menggeleng pelan." Bahkan melihatmu saja aku tak ingin apalagi masih berteman, Kenapa harus bicara padaku, Jika kalian saling mencintai kenapa tidak bersama, Jangan risaukan aku Bertindak lah seperti biasa saat kamu dan Dimas bermain api di belakangku."
" Lis, Tega sekali kamu bilang seperti itu padaku." Ujar Mentari, raut wajahnya terkejut, Mentari pikir Lisa akan mudah memaafkannya dan Dimas.
" Apa yang lebih tega dari perlakuan kalian padaku?, Seharusnya dari awal kalian pikirkan perasaanku. Tidak kan? Pernah kah kalian ingat padaku saat kalian melakukannya." Ujar Lisa, Wajahnya marah, Emosi yang dirinya tahan telah terpancing dengan ucapan Mentari.
" Lebih baik kita tidak bertemu lagiMentari, Aku tidak ingin berteman lagi denganmu." Ucap Lisa, segera ia beranjak dari sana, Meninggalkan Mentari.
Namun Tak di sangka, Mentari memancing keributan Ia berteriak pada Lisa. " Kau tidak sadar Lisa, Dimas sudah tidak mencintaimu, Kau terlalu sibuk, Sampai lupa waktu bahkan untuk mengabarinya saja. Kau pikir Dimas tidak kesepian selama ini, Aku yang selalu ada untuknya, Heran sekali kenapa Dimas bisa mencintai wanita seperti kamu." Teriak Mentari.
Lisa yang tadinya berjalan kembali terdiam, orang-orang sudah melihat ke arah mereka, Bahkan para pegawai juga melihat Lisa dan Mentari.
Lisa Berdecak, Dia Enggan melayani Mentari, Namun perkataan mentari seolah telah menyudutkannya, Lisa tak terima akan hal itu. Lisa kembali berbalik menghampiri Mentari.
" Oh ya, Kalau begitu Ambil Dimas untukmu, Jika kau sudah merasa bisa membahagiakan Dia. Tanya Sama Dimas sendiri, Kenapa mau bersama orang yang super sibuk seperti diriku." Napas Lisa memburu, ia segera pergi dari Hadapan Mentari sebelum ia berkata hal yang tidak-tidak pada Mentari, Jika ia mengatakan kejadian yang Mentari lakukan, Betapa kejamnya perempuan itu, Pasti lah Mentari akan malu pada semua orang yang menyaksikan adu argumennya.
.
.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
good girl, i'm with you beb
tetap semangat ya Lisa, jangan putus asa
2022-01-29
1
♡Ñùř♡
semangat lisa,jngn terlihat lemah,jngn beri maaf untuk mereka 😒
2021-10-29
1
zee
👍
2021-09-25
1