.
.
.
"Kagum pada Sosok penuh keringat di dahi".
.
.
.
Terik matahari siang itu, Tak memungkiri Lisa tetap berlari di trotoar. Air mata Lisa mengalir deras dan Lisa mengabaikan orang-orang yang melihatnya aneh.
Tujuan Lisa adalah rumah sakit tempat ayah Lisa di rawat, Sebulan lalu Ayah Lisa drop dan di bawa ke rumah sakit. keluarga Lisa satu-satunya sedang berjuang antara hidup dan mati di ranjang rumah sakit dengan jarum suntik menusuk di tangan kanannya untuk mengalirkan cairan impus.
Siang itu Lisa sedang bekerja di Restoran padang yang cukup terkenal di daerah jakarta selatan. Saat Lisa di kabari jika ayahnya kritis, Lisa langsung bergegas pergi ke rumah sakit, Bahkan Lisa tak ingat mengganti pakaian kerjanya. Tujuannya adalah bagaimana caranya agar Lisa cepat sampai di rumah sakit.
Keringat bercucuran, Tenggorokan Lisa juga kering sekali, Namun Lisa mengabaikan hal itu, Dia tetap berlari meski keringat bercucuran di dahinya, Penglihatan di netra matanya juga kabur akibat tetesan keringat Itu.
Namanya Lalisa Rahma,Seorang anak yang di besarkan Sutomo yang berpropesi sebagai seorang penarik becak itu. Seiring berjalan waktu Lalisa tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Ibunya Entah kemana Lalisa pun tak tahu, Seingat Lisa ibu nya itu pergi ke negri orang untuk bekerja, Namun entah telah berapa tahun lamanya, Tak ada kabar darinya, Dan Lisa sudah menganggap sang ayah lah Yang dia punya satu-satunya tak ada orang lain.
Selama ini Sutomo selalu berjuang untuk dirinya, Sutomo bekerja sangat giat agar putri satu-satunya bisa sekolah, Lisa sangat pintar, Makanya sedari dulu Lisa bisa mendapat beasiswa, Dan itu membuat Sutomo begitu bersyukur, Dia tak begitu terbebani oleh biaya sekolah.
Saat setelah sampai di gedung Rumah Sakit swasta mewah itu Lisa langsung saja masuk dengan perasaan cemas dalam hatinya, Dirinya langsung menuju ruang ICU menemui sang ayah.
" Bapa.." Lirih Lisa.
Air matanya menetes begitu saja, Ia tak kuasa menahan bagaimana malaikat nya terbaring lemah enggan menggerakan tubuhnya.
" Bangun pak, Ini lisa." Lirih Lisa dalam isakan tangisnya.
" Nona Lisa,Dokter ingin bicara. bisa ikut saya." Ujar salah satu Perawat yang memang sudah berada si sana saat Lisa datang.
Lisa menghapus air matanya." Baik Suster."
Lisa mengikuti Perawat itu masuk ke ruangan Dokter yang memanggilnya. Dia adalah dokter ahli bedah syaraf, Dokter yang menangani ayah Lisa.
" Lisa, Duduk lah." Titah nya.
" Baik prof." Jawab Lisa.
Duduklah Lisa berhadapan dengan sang dokter, Dokter itu juga masih menautkan senyum tanpa henti pada Lisa, Lisa tahu jika prof Hadi memang orang yang begitu ramah padanya.
" Sesuatu telah terjadi dengan ayahmu, Rencana untuk oprasi pengangkatan kanker otaknya terpaksa saya undur Terjadi pembengkakan menekan syaraf otaknya." Jelas sang dokter.
Mendengar itu Lisa sedikit gelisah, Ia was-was dan takut terjadi sesuatu dengan ayahnya.
" Apa bapak saya masih ada kemungkinan bisa di oprasi." Tanya Lisa, Keraguan mulai menguasai pikirannya, Meski selama ini mantap keyakinannya Bahwa ayahnya akan sembuh.
" Ayah mu sudah koma seminggu ini, Maaf sebelumnya Lisa. Namun saya tidak ingin memberikan Harapan yang suatu saat akan menyakiti mu."Kata prof Hadi.
Lisa mengerti Sebagai seorang dokter, Sudah semestinya ia berkata dengan jujur meski itu begitu menyakiti Lisa.
" Kemungkinan besarnya, Pak sutomo akan mengalami mati Otak, Dan setelah itu terjadi, Sebagai dokter kami memperjelas bahwa kami tidak bisa menyelamatkan bapak Lisa lagi."
Lisa menggeleng kepala cepat, Air matanya juga sudah berderai di pipi, Ia memohon agar ayahnya bisa selamat.
" Tolong prof, Selamatkan bapa. Berikan perawatan yang bagus untuknya, Lisa Janji lisa akan terus berjuang untuk bapak. Lisa mohon Prof." Lisa menghiba.
Mendengar semua perkataan dokter Harapannya seakan runtuh.
Prof Hadi Hanya tersenyum getir menyaksikan kesedihan Lisa.
Memang baginya sudah tidak ada lagi Harapan Pak Sutomo, Selama ini pak Sutomo telah kuat bertahan meski hanya lewat mesin monitor. Namun, Tubuhnya semakin lemah saja, Kanker di otaknya pun juga semakin menjalar ke seluruh tubuhnya. Dia kasihan pada Lisa, Tetapi dokter telah di sumpah akan menyampaikan hal apapun meski itu begitu menyakitkan bagi wali Pasien.
Lisa berjalan gontai keluar dari ruangan dokter. Bagaimana dengan Harapan nya kali ini. Selama ini dirinya telah berjuang mati-matian hanya untuk mendapat uang, Ia bekerja hampir setiap waktu, Bahkan hampir tidak punya waktu tidur, Dia bekerja dengan giat agar bisa mendapatkan uang yang banyak untuk pengobatan sang ayah.
Lisa tidak pernah mengeluh, Tangannya juga sudah terbiasa juga begitu mahir mengerjakan apapun yang bisa menguntungkan dan membuatnya mendapat kan uang, Lisa sudah melakukan segalanya dengan harapan jika ayahnya bisa sehat kembali, Pulang ke rumah dan mengisi hari-hari dengan Lisa kembali dengan bahagia, Hanya itu Harapan Lisa.
Namun, Mengapa segalanya begitu melelahkan saat ini.
Dengan Paksa Lisa menghapus air matanya, Percuma menangis, Semangatnya telah kembali lagi, Dia harus segera pergi dari rumah sakit untuk bekerja lagi, pergi ke tempat administrasi untuk menyelesaikan pembayaran selama seminggu itu sebelum dirinya pergi.
" Nona Lisa." Petugas itu Ramah menyapa Lisa.
Lisa juga membalas tersenyum tak kalah Ramah, Mereka telah mengenal Lisa karena Lisa telah berada di rumah sakit itu selama sebulan.
Tiba-Tiba saja ada keributan, Sebuah ranjang pasien di dorong ke ruang UGD, Karena Ruang UGD berhadapan dengan tempat administrasi mau tak mau membuat Lisa juga ingin tahu dengan apa yang terjadi.
"Seseorang telah kecelakaan, Dengan luka tusukan kaca di mana-mana. Kita harus cepat mengambil tindakan dengan mengambil kaca yang tertinggal di tubuhnya. "Teriak seorang ber kameja Hitam itu.
" Baik Dok." Jawab para perawat.
Ada beberapa dokter Residens dan Dokter UGD yang membantu, Saat itulah Lisa tahu bahwa lelaki itu juga dokter.
Dia begitu sangat tampan dengan wajah yang mempesona, Keringat di dahinya semakin membuat dirinya menawan, Tak terpungkiri Jika Lisa kagum dengan dokter dengan penuh sigap itu.
" Ahh dokter Mahesa memang sungguh keren." Kata Penjaga administrasi itu.
Lisa kembali melihat ke arah perawat itu.
" Jadi namanya Dokter Mahesa." Kata Lisa.
" Iya dia dokter bedah Umum." Jawab Petugas itu.
Satu Alis Lisa bertaut, Dokter bedah, Mengapa dia berada di UGD Heran Lisa, Namun ia memilih mengabaikan saja toh itu memang bukan urusannya.
" Terimakasih." Ucap Lisa.
" sama-sama Nona Lisa." Petugas itu kembali tersenyum.
Dan Lisa sekali lagi selalu membalas tak kalah ramah.
saat Lisa keluar dari rumah sakit, Lisa menengadahkan wajahnya ke langit membiru, Langit itu tampak indah, Ia tersenyum di balik napasnya yang terdengar berat.
" Aku Harus kuat, Bapak pasti sembuh. Tuhan pasti mengabulkan doa-doaku, Maka dari itu aku Harus tetap semangat kerja, Biar bapak bisa oprasi." Jiwa Lisa telah di bubuhi rasa semangat lagi. Dia Harus yakin bahwa keajaiban tuhan memang selalu ada, Dan semoga saja itu menimpa Lisa.
SEMOGA saja.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments