Bab 5. Penyesalan Bertus

Nama anak laki-laki itu Hubertus Humaga Fau. Keluarganya berasal dari Nias Selatan yang jika ditempuh dengan mengemudi mobil sejauh 140 km dari kota. Ayahnya mencalonkan diri sebagai calon anggota DPRD Gunungsitoli, menang dan memboyong istri beserta Bertus anak semata wayang untuk bermigrasi ke kota Gunungsitoli.

Hubertus atau yang lebih akrab disapa Bertus sejatinya belum terlalu lama bersekolah di SDN Gusit 04, murid pindahan sekitar dua bulan lalu. Dan murid yang menjadi teman pertamanya adalah Leoni.

Di hari kedatangan Bertus di sekolah tersebut sebagai siswa pindahan dari SDN Pasir Putih, Nias Selatan. Saat matahari sedang terik-teriknya membakar kulit, Leoni duduk di ruangan kelas seorang diri karena saudara kembarnya Lena sedang sakit karena demam dan membutuhkan waktu untuk beristirahat di rumah. Bertus ditempatkan duduk berdampingan dengan gadis itu.

Sama-sama memiliki hobi memasak, keduanya berjanji akan membawakan bekal makanan hasil masakan mereka sendiri. Dimana masing-masing dari mereka harus menjadi orang pertama yang mencicipinya.

Hari ini, giliran Bertus membawa bekal nasi goreng yang ia buat dibantu oleh ibunya. Rencananya ia akan memberikan makanan itu untuk dicicipi oleh Leoni. Seminggu sebelumnya, Leoni memberikan bolu brownies buatannya bersama sang kakak untuk dicobai bocah itu. Tinggal beberapa menit lagi, bel istirahat akan dibunyikan. Leoni akan merasakan masakan Bertus dan ia tidak sabar menunggu momen itu.

Tetapi yang terjadi kemudian sungguh di luar dugaan. Suratan takdir berkata lain. Seorang pria paruh baya mengamuk dan mendatangi sekolah dengan satu golok menggantung di tangannya.

Disaat Mirah gurunya disakiti, Bertus malah meringkuk disudut kelas bersama beberapa teman lainnya. Lebih jahatnya lagi, ia mendorong punggung Leoni saat perempuan kecil itu melangkah mundur karena ketakutan. Tangannya yang lebih dulu terjulur menolak gadis itu mendekat.

Hingga muncul seorang bocah laki-laki seusianya, dari kelas lain, IV a menantang si penjahat dan melemparinya dua kali dengan penghapus papan tulis dan spidol. Lalu kabur menghilang entah sembunyi dimana. Karena penasaran, Bertus menguntit dari kejauhan untuk mencari keberadaanya. Penasaran apakah ia telah dibunuh atau tidak. Bertus tidak menemukan mayatnya.

Ia memutuskan untuk berkumpul kembali dengan teman-teman kelasnya dan beberapa guru yang sedang berada di gerbang sekolah, mencoba untuk menghancurkan gembok yang mengurung mereka bersama seorang pembunuh gila. Dan Bertus yang secara tidak langsung menunjukkan keberadaan mereka lebih cepat karena Emali berbalik mengekorinya.

Saat melihat teman-teman dan gurunya berlari ketika ia datang, Bertus menoleh ke belakang dan melihat pria itu berjalan dengan santainya. Tak ketinggalan ia juga mengambil langkah seribu mengikuti mereka. Saat menginjakan kaki di ruang kelas yang penghuninya lebih banyak berkumpul sambil melihat pria itu menyakiti Lena dan Leoni, langkahnya tiba-tiba terhenti. Batinnya memberontak. Sehingga ia mengubah tujuan berbalik menuju gerbang sekolah.

Ia melihat Leoni yang sedang menangis Histeris. Beberapa detik kemudian, saudara kembar dari gadis itu melayang terbang melewati pagar sekolah. Tanpa kepala. Mengendap-ngendap, Bertus melihat Emali sedang menengadah ke langit sambil merentangkan kedua tangannya lebar-lebar.

Dengan nekat ia mendekati Leoni dan menggenggam pergelangan tangan gadis itu, menuntunnya lari menjauh dari penjahat yang kini mengincarnya. Karena tidak memperhatikan jalan, ia tersandung pada gundukan tanah di lapangan. Keduanya tersungkur dan pada akhirnya Leoni harus menerima nasibnya mati karena bacokan. Ia gagal menyelematkan Leoni.

Dalam posisi telentang dengan mata terpejam, ia menyesali diri yang bersikap pengecut. Ia merasakan sakit. Tapi bukan pada tubuhnya. Dia tidak luka walau jatuh.

"Apa dia orangnya?" terdengar dua orang sedang berbincang-bincang di dekatnya. Kepala sekolah dan seorang asing yang suaranya belum pernah terdengar olehnya. "Polisi?"

"Dik? Halo Dik," tanya orang itu dengan kepala menunduk melihat Bertus yang terbaring di tanah. Bertus membuka matanya, melirik kearah wajah yang lebih mirip seperti seorang preman. Kumis tebal dan sorot mata tajam. Mengenakan jaket kulit warna coklat. "Yang benar saja. Hujan-hujan begini?" mengomentari gaya berpakaiannya. Bertus bergeming. Ia tak menjawab sapaan si polisi.

"Dik, saya hanya ingin berbincang-bincang sebentar denganmu. Boleh?" tak ada respon. Hanya rintik-rintik hujan dan nyanyian para kodok terdengar bersahut-sahutan.

"Bersikap yang sopan! Bangun dan ikuti perintah pak polisi,"

Mendesis, Bertus bangkit berdiri. Menatap tajam ke dalam kedua bola mata kepala sekolah. "Bisa, tapi tidak untuk babi sepertimu!" jari telunjuknya menunjuk tepat ke arah muka kepala sekolah. Berlalu pergi meninggalkan ke duanya.

"Anak sontoloyo! ," mencoba mengejar anak itu. Tetapi dihentikan oleh polisi yang sigap memegang pundak kepala sekolah.

"Tidak apa-apa. Dia masih terguncang atas kejadian yang baru saja terjadi,"

Bertus menuju bangunan di selatan, ke kelas IV c. Ruang kelasnya. Polisi ada berjaga disana, bersama beberapa orang dengan pakaian serba putih menggunakan sarung tangan. Pita kuning telah terpasang di pintu kelas. Membuat tempat itu menjadi tempat yang terlarang untuk dikunjungi oleh mereka yang tak berkepentingan.

"Dilarang masuk," tangannya terjulur mendorong tubuh Bertus.

"Minggir, aku mau mengambil tasku," bersusah payah menepis tangan polisi yang terus menahannya. "Kau kenapa. Kubilang minggir, ya minggir,"

Petugas berkumis yang tadi bersama kepala sekolah datang lagi. Telah berdiri di belakangnya. Menawarkan sedikit bantuan untuk bocah laki-laki tersebut. "Dimana letaknya? Biar aku ambilkan,"

Bertus melirik kearah polisi yang kini berjalan ke depannya. Menatap dengan penuh pandangan curiga. "Nggak usah. Aku tidak memerlukannya lagi," kali ini ia berbelok ke kiri, kearah toilet yang berada diujung bangunan. Tiba-tiba saja ia terhenti, karena ia tak tahu kemana tujuan sebenarnya. Membayangkan kondisi toilet yang kusam dan kotor terlihat jadi lebih menyeramkan dengan keadaan yang baru saja menimpa guru dan kedua temannya.

"Mau kutemani?" polisi itu masih terus mengikutinya. "Kau pasti teman gadis itu. Kalau bukan, mana mungkin kau nekat mencoba untuk menyelamatkannya,"

"Apa sebenarnya mau anda? Aku tidak bisa membantu,"

"Aku tahu. Justru aku yang ingin membantumu," petugas itu berdiri tepat di depan Bertus.

Anak laki-laki itu menunduk. Ia merasakan dirinya untuk saat ini sedang tidak membutuhkan bantuan siapa-siapa. Meski demikian, ia tetap saja merasakan ada sesuatu yang aneh dalam dirinya. Sebuah penyesalan.

Petugas itu kini jongkok dan kedua tangannya berada di bahu Bertus. Akhizaro Samolesi Sa memperkenalkan dirinya kepada bocah itu.

"Aku anak yang jahat," bermaksud mengatakan tentang dirinya yang mendorong Leoni agar menjauh.

"Tidak. Kamu tidak jahat. Orang jahat tidak suka menolong orang lain,"

"Tetapi aku gagal menyelamatkannya," bermaksud mengatakan kebodohannya karena tersungkur dan membiarkan gadis itu lari seorang diri.

"Pahlawan-pahlawan hebat juga pernah gagal melindungi orang lain. Meski demikian mereka tidak pernah berhenti untuk terus menerus menolong orang lain,"

Akhizaro mendorong tubuh anak itu lebih mendekat kepadanya dan mendekapnya penuh kehangatan. Bau temabkau dan asap rokok menyelimuti tubuh petugas tersebut. Bertus menangis dalam pelukannya.

Akhizaro ketika tiba di lokasi, bukan menuju tubuh para korban untuk diidentifikasi. Tetapi ia menanyakan siapa saja murid yang ikut terlibat? Sebab ia sadar betul, hal sekejam ini akan mempengaruhi kondisi mental anak-anak itu. Dan bertus mengalaminya.

Terpopuler

Comments

Ansar rauf

Ansar rauf

pusing bacanya, alur ceritanya berbelit-belit

2021-11-05

0

KumiKimut

KumiKimut

lanjut ❤️

2021-10-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!