Kepolisian Gunungsitoli tengah mendapat sorotan dan kecaman publik karena sudah dua minggu berlalu, para penegak keadilan itu masih belum menemukan Emali si tukang jagal, pelaku pembunuhan siswi kembar dan seorang guru di SD Gusit 04.
Saking kesalnya presiden turut berkomentar karena progres yang sangat lambat. "Apa perlu kepalanya saya copot? Sudah berminggu-minggu kasus ini tidak bisa diselesaikan," potongan pidato presiden menanggapi kejadian itu. Beliau ingin pelaku ditangkap dan diberikan sanksi tegas sesuai undang-undang yang berlaku. Pembunuhan berencana dengan ganjaran hukuman mati.
Kejadian bermula awal pekan pada minggu kedua di bulan September. Emali yang sehari-hari bekerja sebagai tukang potong babi di pasar mendatangi sekolah dengan membawa sebilah parang ditangannya.
Satpam yang melihat pria itu dari kejauhan memperingatkannya untuk pulang dan tidak berbuat onar di lingkungan sekolah, apalagi saat proses belajar mengajar sedang berlangsung. Tak terima di usir, Emali dan penjaga sekolah berdebat sengit di gerbang sekolah yang telah tergembok kuat dari dalam.
Hal tak terduga terjadi. Emali menggigit sisi parang yang tumpul, memanjat pagar besi menjadikan jarak-jarak antar besi sebagai pijakan. Satpam yang melihatnya dengan kesal menggoyang-goyangkan pagar agar orang itu berhenti memanjat. Resiko paling buruk pria bertubuh pendek dengan perut buncit dan rambut keriting itu terjatuh, dan hanya akan mengalami keseleo.
Tetapi Emali bergeming. Ia mampu bertahan hingga ke puncak pagar. Berhenti sesaat untuk mengatur napas karena yang akan ia lakukan setelahnya adalah hal gila. Melompat dari ketinggian hampir mencapai 2 meter.
Ia merasa sedikit perih pada area bawah perih dan pandangan berkunang-kunang. Parang telah terlepas dari gigitannya. Tidak lama setelah itu ia mengambil parang yang terjatuh di tanah, menerjang penjaga sembari mengayunkan senjata tajam, hingga mengiris tangan pria itu. Darah mengucur dari tangan satpam.
"Kau sudah gila? Kau mau membunuh orang ya?"
"Lah, dasar tolol. Kau pikir untuk apa parang di tanganku?" melirik sekilas ke tangan lawannya yang terluka, kemudian tersenyum. "Matilah kau!' ia menerjang ruang kosong antara dirinya dan satpam.
Satpam menggeser tubuhnya ke samping sehingga tebasan itu meleset mengenainya. Nyali satpam kendor menghadapi lawan yang bersenjata sedangkan ia tidak. Sehingga ia mengambil langkah seribu berlari meninggalkan Emali. Satpam itu terus dikejar Emali sambil mengayun-ayunkan parang di udara. Lebih menguasai denah lokasi sekolah, satpam berhasil menyelamatkan diri setelah bersembunyi di gudang sekolah.
Kehilangan jejak mangsa buruannya, Emali mulai lagi pada tujuan utamanya mendatangi sekolah itu. Lantas ia mulai memasuki ruang demi ruang kelas. Mencari kembar kakak-beradik Lena dan Leoni. Anak lurah yang tidak mencantumkan namanya dalam daftar keluarga miskin yang berhak mendapatkan bantuan langsung tunai dari pemerintah sebesar 500 ribu per triwulan. Sehingga ia dendam dan melampiaskan amarahnya pada anak kembar lurah.
Lelah masuk dari satu kelas ke kelas lain dan tidak mendapati keberadaan incarannya, Emali mengancam seorang guru pria dengan gerak tubuh kemayu. Guru banci itu memberitahu kelas si kembar di bangunan yang berada di utara. Nomor kedua dari ujung kiri, kelas IV c.
"Menyingkir kau banci," melepaskan cengkraman nya dari kerah baju guru tersebut. Melangkah pergi meninggalkan kelas II e.
Melangkah dengan sangat cepat, ia menendang pintu ruang kelas yang sengaja ditutup tanpa dikunci agar pandangan murid-murid tersebut tidak melihat ke luar dan fokus pada materi di papan tulis.
Aaaaa, keributan terjadi setelah anak-anak itu tersentak kaget karena pintu ditendang dari luar, dan satu bagiannya terjatuh karena terlepas dari engsel. Emali langsung dengan mudah mendapati keberadaan kedua anak itu, dan berjalan kearah mereka. "Kalian disini ternyata," mencengkram kerah baju Lena. Saudara kembar yang duduk di sampingnya, Leoni terperanjat melihat seorang yang tak dikenal menyakiti kakaknya.
"Tuan, berhenti. Jangan menyakiti mereka," ujar Mirah yang tidak senang jam pelajarannya diganggu, termasuk menyakiti murid-murid yang diajarnya. Ia menyentuh tangan pria itu yang kemudian ditepis dengan cepat oleh Emali, menggunakan tangan kanannya sambil memegang parang. Tangan kirinya masih kuat mencekik Lena. "Tuan hentikan. Itu sangat berbahaya," jantungnya berdegup saat parang ikut menepis tangan Mirah.
"Kau bisa diam tidak? Aku tidak ada urusan denganmu," Emali membentak guru wanita itu. Langkahnya terhenti dan ia mundur sedikit karena dibentak. Sementara murid-murid yang lain mulai merasa ketakutan karena teror yang ditimbulkan oleh Emali.
Dan hal yang lebih buruk pun segera terjadi. Emali mengangkat tinggi-tinggi tangan kanannya, mengayunkan lempengan logam tersebut keatas kepala Lena. Si gadis kecil yang melihat parang datang dari arah depan tepat di atas kepalanya merasa sangat ketakutan, sehingga ia memanggil-mangil bapak dan ibunya, "Pak.. Bu.."
"Om jangan sakiti kakak saya. Kumohon om," Leoni memelas berharap belas pengasihan dari Emali.
Swing, parang mengayun. Terhenti tipis diatas kepala Lena, setipis lembaran kertas. Mirah dengan segala upaya dan daya mengehentikan tangan kanan Emali dengan kedua tangannya dan mendekap di dadanya.
Emali menggoyang-goyangkan tangannya agar terlepas dari pegangan Mirah. Tapi itu sulit ia lakukan dengan satu tangan. Sehingga ia melepas cengkeramannya, menyeret Mirah ke sudut ruang kelas. "Kalian semua tungga apa! Tinggalkan kelas ini," masih tetap mendekap tangan kanan Emali.
Murid-murid yang ketakutan beranjak berdiri dari tempat duduknya. Barisan paling depan berhasil keluar dari dalam kelas, sambil mengintip dari sela-sela pintu ruang kelas. Yang barisan belakang saking takutnya maju ke depan kelas, justru berkerumun di sudut belakang sambil memeluk satu dengan yang lain.
Lena dan Leoni juga sudah dalam posisi berdiri. Tetapi terhenti karena diancam oleh Emali sambil menatap tajam ke arah mereka berdua. "Kalian lari, kubunuh guru dan teman-temanmu,"
"Lena, Leoni..jangan dengarkan dia! Cepat kalian pergi dari sini,"
Emali menarik tangan kanannya ke depan, lalu mendorong ke belakang sambil berlari. Mirah yang masih memegangi tangan pria itu jadi ikut-ikutan terdorong kepal. Bugh, kepalanya membentur dinding. Lalu, Emali kembali melakukan gerakan yang sama dan membanting tubuh Mirah ke dinding untuk kedua kalinya.
"Bu guru," teriak Lena, Leoni dan murid-murid lainnya serentak.
Mirah terkulai lemas, dan akhirnya mengendorkan pelukannya pada tangan kanan Emali. Gadis itu terjatuh sambil terduduk bersender pada dinding. Emali mengambil satu langkah mundur. Bugh, satu tendangan meluncur keras ke perut Mirah.
Ia terbatuk setelah menerima tendangan itu. Disaat ia dipukuli, wanita itu masih saja memikirkan kedua murid kembarnya. "Kalian kenapa tidak lari? Jangan takut, ibu akan baik-baik saja," ucapnya lirih sambil menangis.
"Bu guru. Aku tidak bisa lari," kata Lena melihat kearah gurunya, "Aku takut bu guru dan teman-teman yang lain dibunuh penjahat ini,"
"Kalian salah. Larilah!? Kalian berdua yang diincar oleh---,"
Kata-kata nya menggantung. Semua murid membelalak dan menganga, menyaksikan Emali membelah kepala wanita itu. Parang mengayun berulang-ulang kali, sampai ubun-ubun kepala Mirah tak berbentuk lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
anggita
gunungsitoli,, sumatra utara.👏
2021-10-28
0