Pagi yang cerah menyambut diri yang sedang murung,lesu, terluka tanpa semangat, membuat diri enggan melakukan apapun. Akan tetapi ada tanggung jawab yang menunggu. Dengan berat aku memaksakan diri bangun dari tempat tidur.Aku bersiap diri dan bergegas ke dapur. Kulihat secangkir teh yang siap di meja makan.
Aku menghela nafas, kemudian menyeruput teh yang telah menghangat sambil sarapan roti bakar untuk mengisi perut sebelum berangkat kerja.
Karena tidak bawa baju kantor jadi mau tak mau aku pinjam baju Fira. Aku keruang keluarga menemui Rafa dan orang tuaku.
"Aku titip Rafa ya, Bu," pintaku pada ibuku.
Ibuku hanya mengangguk, mungkin banyak pertanyaan dalam benaknya.
Aku melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Ketika sampai kantor aku kaget karena Mas Rasya sudah ada di depan kantor menungguku,. Dia langsung kearah ku.
"Kenapa sih dia kekantor, bikin mood ku jelek aja," batinku.
"Fan, kita harus bicara," katanya to the point.
"Aku udah telat, Mas" jawabku
"Kenapa sih kamu nggak angkat telpon ku," ucapnya lagi.
"Buat dengar kebohongan kamu lagi?" jawabku sinis.
Jujur aku merasa risih karena sudah banyak karyawan yang datang, dan mereka memperhatikan kami.
" Sebaiknya Mas pergi deh, aku mau kerja." kataku memberikan alasan.
"Aku nggak akan pergi sebelum kita bicara." katanya dengan penuh penekanan.
" Pulang kantor aku akan pulang kerumah, kita bicara dirumah saja." Dengan terpaksa aku menyetujuinya.
"Sebaiknya Mas pergi," pintaku.
"Aku tunggu dirumah," katanya kemudian berlalu meninggalkan kantorku.
Pulang kantor, seperti janjiku aku pulang kerumah kami. Aku lihat mobil Mas Rasya sudah ada di garasi.
"Tumben dia cepat pulang," batinku.
Aku mengucapkan salam dan di jawab oleh Mas Rasya. Dia duduk di sofa sambil memainkan gawainya.
" Dimana Rafa?" Tanyanya
" Di rumah ibu," jawabku sambil berjalan ke kamar tanpa menoleh pada nya.
Dia mengikuti ku ke kamar, setelah kami berdua di dalam kamar, dia langsung memelukku. Aku diam tanpa membalas pelukannya.
"Maaf" ucapnya.
"Aku mau mandi Mas", sambil melepaskan pelukannya .
Aku ke kamar mandi dan membersihkan badan yang memang terasa lengket. Aku sengaja berlama-lama di kamar mandi.
Aku keluar dari kamar mandi, kulihat Mas Rasya duduk di tepi ranjang menungguku.
Mas Rasya menghampiriku, dia langsung bersimpuh di depanku.
" Sayang..Tolong maafkan aku."
" Aku khilaf, aku menyesal,tolong berikan aku kesempatan untuk memperbaikinya, aku janji tidak akan menyakitimu lagi," pintanya.
"Kenapa Mas tega khianatin aku?"
" Salahku apa Mas?" ucapku.
"Kamu nggak salah sayang, aku yang brengsek, aku yang tidak setia," ucapnya sambil menunduk.
"Sudah berapa lama Mas?" tanyaku lagi
"Enam bulan" ucapnya pelan, tapi aku jelas mendengarnya.
Sekuat apapun aku menahan air mataku akhirnya jatuh juga, Aku menutup wajahku dengan ke dua tanganku, aku nggak bisa berkata apa-apa lagi.
Mas Rasya meraih tubuhku, untuk memeluk ku,
aku mendorongnya dengan kuat hingga dia jatuh di lantai.
" Aku benci kamu! Mas." kataku sambil menangis.
"Aku mohon jangan menangis, aku minta maaf," ucapnya lagi.
"Aku menangis bukan karena aku menangisi kamu Mas, Aku menangis karena aku terlalu bodoh percaya padamu ," kataku sambil terisak.
"Maaf" hanya kata itu yang keluar dari bibirnya.
Entah sudah berapa kali dia mengatakan kata itu. Matanya yang sayu yang menyiratkan penyesalan yang mendalam.
" Aku ingin pisah, Mas," ucapku lantang.
Mas Rasya langsung menatapku dengan mata yang berkaca-kaca, kulihat air mata lolos di sudut matanya.
"Aku mohon, jangan ucapkan kata itu sayang."
" Aku mohon Maafkan aku, aku sangat mencintaimu,"katanya lirih.
"Cinta?" kalau kamu mencintaiku, kamu tidak akan menghianatiku, Mas!" kataku sedikit berteriak.
"Aku tetap pada keputusanku, aku mau cerai Mas," kataku lagi.
"Sampai kapan pun aku tidak akan menceraikan mu!" Katanya tegas.
"Aku akan memberikan kamu waktu untuk menenangkan diri, " katanya pelan.
"Dasar laki-laki egois!" teriakku emosi.
Aku menuju lemari dan berniat mengambil pakaianku untuk pergi dari rumah kami.
"Aku akan pergi dari rumah ini, Mas.'
"Bukan kamu yang akan pergi dari rumah ini, aku yang akan keluar dari sini,' katanya pelan
Baguslah dia mengerti, memang rumah ini atas namaku.
" Aku akan pindah ke rumah ibu, " ucapnya sambil mengambil beberapa pasang bajunya di lemari.
"Kenapa nggak ke selingkuhan mu saja?" ucapku pelan tapi masih dia dengar.
Aku keluar kamar, menghindari perdebatan. Aku capek untuk berdebat.
Mas Rasya keluar dari kamar, dia menghampiriku, yang ada di ruang makan dan sekali lagi dia mengatakan " Maaf " padaku, kemudian dia berlalu meninggalkan rumah kami.
Akupun bersiap untuk menjemput Rafa dirumah orang tuaku. Sesampainya di rumah ibu aku langsung mengajak Rafa pulang karena hari sudah sore. Aku takut kemalaman di jalan. Aku pamit pada ayah, ibu. Aku menghindari berbicara lama - lama pada ibuku, karena sepertinya dia mulai curiga. Aku belum siap untuk mengatakannya, takut menambah beban pikirannya.
"Kamu baik-baik aja sama suamimu, Nak?" tanya ibuku.
Pertanyaan yang aku hindari akhirnya lolos juga ibu tanyakan.
"Kami baik - baik aja kok Bu," kataku gugup.
"Oh Iyya, Nak, kalau ada masalah selesaikan dengan kepala dingin, ingat kamu punya Rafa," nasehat ibuku.
"Aku pamit Bu, Assalamu Alaikum."
"Waalaikum Salam," jawab ibuku.
Aku meninggalkan rumah orang tuaku. Aku masih terngiang pertanyaan ibuku. Pasti ibuku curiga, karena bagaimanapun seorang ibu mempunyai feeling yang kuat terhadap anak-anaknya.
"Maafkan aku Bu, pada saatnya nanti aku pasti menceritakannya pada ibu," kataku dalam hati.
Setelah mengendarai cukup lama, karena jam pulang kantor jadi macet, akhirnya aku sampai di rumah. Rafa sudah tertidur, aku menggendongnya masuk kekamar, Mulai malam ini aku akan tidur bersama dengan Rafa.
Aku ke dapur mengambil air minum, terasa hampa, sunyi, tidak ada Mas Rasya yang membuat ku tertawa.
"Lupakan dia Fani!" kataku berbicara sendiri.
Aku mengambil mie instan dan memasaknya untuk pengisi perut, Rafa memang sudah makan sebelum aku menjemputnya. Aku menikmati mie instan yang kubuat. Sambil mengingat kenangan-kenangan bersama Mas Rasya selama kebersamaan kami.
Setelah makan, aku ke kamar untuk menunaikan shalat Isya sebelum tidur. Aku membuka sosial mediaku, berselancar di dunia maya membuat aku melupakan luka yang Mas Rasya torehkan.
Tingg....
Sebuah notifikasi menandakan ada pesan di WhatsApp masuk, ternyata Mas Rasya.
Mas Rasya: Kamu belum tidur, masih online?"
Aku malas untuk membalasnya.Karena tak membalasnya, dia mengirim kembali pesan
Mas Rasya:"Rafa udah tidur? tanyanya lagi.
Aku hanya mengambil foto Rafa yang sedang tidur kemudian mengirimkannya tanpa komentar apapun. "
Mas Rasya: Aku kangen 😘
Dasar Gombal, kataku dalam hati tanpa membalas chatnya.
Aku kembali ke sosial mediaku, hingga tak terasa aku terbuai dalam mimpi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Nur
seru
2023-10-16
0
Ida Blado
gk kasih nafkah setahun masa selingkuhnya baru 6 bln,lantas yg 7 sebelum kwtahuan bln di kemanain,,,,
2022-07-19
0
Arin
nah karakter Kya Fani ini yg pling sy suka....smoga ttp pada pendirian Fani jngn goyah
2022-04-11
0