Pertemuan tak terduga

...Happy reading...

Perjalanan dari rumah ke restoran Bintang Emas harusnya hanya memakan waktu kurang lebih lima belas menit. Tapi karena kondisi jalan raya macet jadi total waktu perjalanan mencapai tiga puluh menit.

Maaf Sam, aku dan keluargaku terlambat. Kamu sudah di resto?

Tak lupa aku mengirimkan Irsyam pesan. Beberapa detik kemudian Irsyam pun membalasnya,

Santai Dewi, aku juga baru beberapa menit duduk di bangku resto. Langsung masuk aja, di lantai dua nomor 25.

Setelah membaca balasan pesan dari Irsyam, jantungku berdegup semakin kencang. Bagaimana tidak, aku saja belum bilang pada ayah dan ibu soal Irsyam yang akan bergabung di acara dinner ini. Ralat, justru awal mulanya karena Irsyam yang mau mengajak dinner bersama.

“Kita duduk di lantai atas aja ya, Yah.” Dari nada bicaraku bisa kurasai betapa gugupnya aku.

“Boleh. Sekalian lihat bintang. Tuh!” Ayah menunjuk salah satu bintang yang berkelip di langit malam"

Aku berjalan paling depan. Melangkah perlahan menaiki anak tangga. Aku sengaja berinisiatif untuk men-setting pertemuanku dengan Irsyam sebagai pertemuan yang tidak terduga.

Meja nomor 23.

Meja nomor 24.

Meja nomor 25.

Yaps, sampailah aku di meja itu. Aku yang masih berjalan dengan posisi sedikit membungkuk mulai memberanikan mengangkat pandangan.

“Risky....!!!”

Aku tersentak mendengar suara bass laki-laki yang belum kuketahui identitasnya- memanggil nama ayah. Kebingungan melanda tatkala laki-laki asing itu ternyata duduk di bangku 25! Irsyam bersama.... ayah dan ibunya?

“Indra?! Ini beneran kamu kan?!”

“Yoi bro. It’s me!”

Ayah menoleh ke arah ibu dan berkata, “Sayang, inget nggak? Tetangga kita dulu.”

Aku melihat wajah ibu untuk menerka-nerka respon apa yang akan ditunjukkannya.

“Ya Allah... Indra?! Kamu beda banget. Dan itu pasti... Anis?! Haaaiiii...”

Dan... adegan berpelukan antara dua wanita dewasa pun terjadi. Aku yang masih berdiri kikuk hanya bisa terdiam dan saling pandang bersama Irsyam. Kami saling memberi kode lewat tatapan mata dan menaikan alis.

“Mah, Pah, udah kenal?” Irsyam pun membuka suara.

“Sam, mereka keluarganya Risky. Tetangga kita dulu waktu masih tinggal di rumah nenek. Eh, sebentar... kamu pasti... emm....,” ucap mamahnya Irsyam sembari menunjuk ke arahku.

“Dewi, jeng. Dulu waktu kecil kan jadi teman mainnya si Irsyam,” ucap ibu menimpali.

“Ya Allah... iya, si Dewi. Cantik banget Jeng” ucapnya sambil tersenyum ke arahku

Aku hanya menggulum senyum.

“Gimana kalau kita ngobrolnya dilanjut setelah makan malam? Udah laper nih!” kata laki-laki yang kutahu adalah papanya Irsyam.

“Bener banget!” ujar Ayah yang kemudian langsung mengambil tempat duduk di sebelah papanya Irsyam.

“Ayo duduk Dewi.”

Masih dengan perasaan kikuk, aku duduk di sebelah Tino. Di sampingku ada Irsyam tapi kami masih diam seribu bahasa. Hingga...

“Aku rencananya mau ngajak keluarga kamu dan keluarga aku makan malam sekalian perkenalan. Eh, tahunya... udah pada kenal,” bisik Irsyam.

“Kalian mau pesan apa?” tanya papanya Irsyam, om Indra.

Terdengar suara ayah, ibu, Tino, dan tante Anis saling bersautan menyebutkan menu makanan yang ingin dipesan.

“Dewi? Irsyam?”

“Umm... salad daging asap sama es jeruk,” kataku.

“Sama. Aku juga pesan kayak Dewi.”

Aku menoleh ke arah Irsyam, “katamu tadi ‘sekalian perkenalan’ maksudnya?”

“Kamu mungkin nggak ngeh. Tapi aku ngeh. Kita tetangga satu komplek hanya beda blok.”

“Tunggu-tunggu...,” suara tante Anis membuatku refleks menoleh. “Aku tuh baru ingat, si Dewi ini yang tadi pagi ke rumah buat nganterin makan. Berarti dari kamu ya, Jeng?”

“Eh- rupanya tetangga baru itu keluarga Indra?”

Saking shock dengan pertemuan tak terduga ini, aku bahkan sampai lupa wajah tetangga baru yang tadi pagi kutemui, dan ternyata itu tante Anis, mamanya Irsyam.

“Aku benar-benar merasa... ini kebetulan yang lucu,” kataku bergumam lirih.

“Dan ternyata... kita udah kenal sejak lama.”

“He’em. Anehnya aku nggak inget memori masa kecilku bareng kamu, Sam.”

Irsyam mengangguk, “Sama.”

"Eh jeng, ini anak kamu yang kedua?"

"Iya jeng"

"Namanya siapa ganteng?"

"Tino tante cantik" ucapnya dengan logat anak kecil.

Tanpa sengaja aku melihat ekspresi Irsyam dan kedua orang tuanya agak sedikit terkejut mendengar ucapan Tino barusan.

Apakah ada yang salah dengan ucapan nya. Tanyaku dalam hati.

"Ah nama yang bagus" ucap tante Anis sambil mencubit gemas pipi Tino

Acara selanjutnya adalah makan malam. Terlepas dari itu, baik aku, Irsyam, ibu, ayah, dan orang tua Irsyam masih asyik berbagi cerita. Hanya si Tino yang sibuk dengan makanannya dan sesekali memintaku untuk menyuapinya.

...⌂⌂⌂...

...Jangan lupa vote dan juga follow author....

...tetap stay disini ya, dan tungguin Dear Irsyamm update nantinyaa....

...see you next part guyss!...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!