Dinner

...Happy reading...

Sang surya perlahan beranjak kembali ke peraduan. Di balik jendela kamar bisa kurasakan senja menyusup melalui jendela. Samar-samar sekumpulan burung yang tak kuketahui namanya menari di lazuardi. Aku berkomentar dalam hati, seharusnya ada mega di langit sore ini. Entahlah, bagiku taburan awan di langit menambah nilai estetik. Cantik dan menarik.

Puas menikmati suasana sore aku memutuskan untuk merebahkan tubuh sejenak. Tanganku meraih ponsel yang kebetulan ada di dekat bantal. Ada satu notifikasi dari nomer yang tidak dikenal. Tanpa membuang waktu, aku pun membukanya.

From: 089xxxxxxxxx

Assalamualaikum Dewi, ini Irsyam.

Deg! Irsyam? Dia mengirim pesan? Aku mengerjap beberapa kali, barang kali aku mengalami halusinasi. Tapi aku ternyata tidak halu! Aku pun membalas pesan dari Irsyam.

Waalaikumsalam. Iya, Irsyam.

Ting! Balasan dari Irsyam sudah muncul di layar notifikasi.

Kalau kamu senggang malam ini, aku mau ajak kamu ke restoran Bintang Emas. Jam 8 malam.

Kembali, aku dibuat tercengang. Lama aku tidak membalas pesan dari Irsyam, tiba-tiba satu pesan muncul. Dari Irsyam lagi!

Ajak Tino sekalian, ya! Umm... orang tua kamu kalau mau ikut juga ga papa.

Dalam rangka apa kamu ngajak aku ke restoran itu?

Dalam rangka makan malam. Aku harap kamu bisa, ya! Sebelumnya thanks.

Aku menimbang-nimbang tawaran Irsyam. Di satu sisi aku sebenarnya tidak keberatan makan malam di luar, tapi kalau harus mengajak Tino, ibu, dan ayah beda cerita jadinya. Apalagi aku harus menyangkut pautkan dengan nama Irsyam. Aku pun membalas pesan Irsyam,

Aku usahain, ya. Nanti aku kabari lagi.

Oke!

...⌂⌂⌂...

Malam sempurna menyapa. Sebenarnya ibu dan ayah sudah pulang kerja dari tadi, tapi belum cukup berani aku meminta izin keluar mengiyakan ajakan Irsyam. Hingga tiba-tiba ibu berceletuk,

“Kita makan malam di luar, yuk! Udah lama banget kita nggak dinner di restoran favorit kita.”

“Boleh. Restoran Bintang Emas apa Sakura?” tanya ayah.

“Gimana menurutmu, Kak?” tanya ibu melemparkan pertanyaan ayah padaku.

Wah, kesempatan emas!

“Umm... aku lagi nggak mood makan makanan Jepang, Bu, Yah. Aku lebih suka ke restoran Bintang Emas yang menyajikan menu oriental.”

Ayah mengangguk.

“Okedeh. Kalau gitu kita ke restoran Bintang Emas aja, ya!” ujar ibu menyimpulkan.

“Yaudah, tunggu apa lagi? Ayo siap-siap!” Ayah pun beranjak dari duduk. Dia berjalan menuju kamar.

“Kita mau kemana Yah?” tanya Tino yang sedari tadi sibuk bermain robot.

“Ke restoran favorit keluarga sayang, Tino ikut nggak?” ucap ibu.

Mata adikku itu langsung membulat. Dia mengangguk penuh semangat.

“Yuk! Ibu bantu Tino siap-siap. Kamu juga sana, Kak.” Ibu menyuruhku untuk bergegas.

“Iya, Bu.”

Aku tidak bisa menampik kalau perasaan senang lebih mendominasi detik ini. Dengan gerakan sedikit tergesa-gesa, aku menulis pesan untuk Irsyam.

Irsyam, aku dan keluargaku akan ke restoran Bintang Emas untuk makan malam. Sampai bertemu di sana.

Beberapa detik kemudian, suara notifikasi pesan masuk terdengar. Aku melompat saking kegirangannya. Namun, sedetik kemudian aku merutuki sikapku yang terkesan aneh. Ada apa denganku ini?

Oke Dewi. Kita ketemu di sana, ya!

Aku langsung menyerbu almariku. Memilih baju yang sekiranya pas untuk kukenakkan pada acara makan malam nanti. Pilihanku jatuh pada dress putih selutut dengan hiasan bordir bunga yang simpel namun terlihat elegan. Tak lupa juga rambutku kukepang dan kuberi sedikit hiasan rambut. Tidak lupa juga aku memoles wajahku dengan make-up natural. Setelah selesai dengan urusan baju, kemudian aku mencari sepatu flatshoes dengan warna pastel. Yash! Menawan.

Aku melangkahkan kaki untuk menemui ayah dan ibu di bawah. Kesan pertama mereka melihatku pun hanya bisa diam mematung. Apakah ada yang salah dengan penampilanku?

“Kenapa Bu? Yah? Dewi salah kostum?” tanyaku pada ayah dan ibu.

“Engga biasa Ayah lihat kamu berpenampilan anggun begini. Kamu cantik!” jawab ayah takjub.

“Iya dong, anak siapa dulu? Ibu gitu...” kata ibuku bangga.

“Eh eh eh, mana ada, kakak itu mirip ayah.”

“Orang Dewi cewe pasti lebih mirip sama ibunya dong.”

Aku pun terkekeh kecil melihat perdebatan antara ayah dan ibu.

“Yuk berangkat keburu malem,” kataku menghentikan perdebatan kecil antara ibu dan ayah.

“Lesss gooo!!!” ucap Tino dengan nada penuh semangat.

...⌂⌂⌂...

...Jangan lupa vote dan juga follow author....

...tetap stay disini ya, dan tungguin Dear Irsyamm update nantinyaa....

...see you next part guyss...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!