Tetangga baru

...Happy reading...

Keesokan paginya aku bangun agak sedikit terlambat pukul 06.00. Selepas menjalankan ritual pagi seperti biasanya, aku keluar dari kamar menuju lantai bawah dan kudapati ibu yang sedang memasak.

“Aku bantu ya, Bu.”

”Eh, Dewi udah bangun.”

Aku tersenyum sembari mengamati bahan-bahan masakan ibu lalu membuka suara, “tumben Ibu masak sebanyak ini?”

“Iya, Ibu sengaja masak banyak untuk tetangga baru kita.”

“Oh.” Ucapku lalu mengangguk-anggukan kepala

Kami melanjutkan aktivitas menyiapkan sarapan. Terkadang memecah suasana dengan bertukar cerita hingga tak terasa makanan pun sudah siap untuk disajikan.

“Selamat pagi dua perempuan hebatku,” sapa ayahku.

Aku dan ibu menjawab serempak, “Pagi Ayah ganteng.” Sedetik kemudian gelak tawa pun membahana memenuhi area dapur.

“Ayo, kita sarapan! Oh ya, panggil adekmu sana, Kak.”

Aku pun mengangguk dan pergi menuju kamar Tino.

Tokkk tokkk tokkk....

Kubuka pintu kamar Tino yang ternyata tidak dikunci.

Sama seperti hari-hari sebelumnya, pemandangan kamar adik satuku ini benar-benar menguji kesabaran. Bagaimana tidak, kamar yang seharusnya identik dengan suasana nyaman dan menenangkan namun hal ini tidak berlaku bagi kamar Tino. Mirip kapal pecah alias semua berantakan. Mainan berserakan, sisa camilan di atas meja belajar, dan bahkan baju kotor tergeletak di lantai.

Aku paham usia Tino masih 5 tahun. Ditambah lagi kedua orangtua kami nyaris tidak selalu di rumah. Secara kuantitas Tino memang kurang mendapat perhatian dari orangtua. Mungkin karena itu, dia sering kali merasa bodo amat dan seenak jidatnya. Yah, aku harus bisa memakluminya.

Aku mengamati wajah adikku yang masih terlelap. Ada perasaan tidak tega jika harus memarahinya.

“Dek... bangun, yuk! Kita sarapan bareng. Ibu udah masak loh.”

“Enghh...” lenguh Tino merasa terusik.

“Ayo, sarapan! Keburu ayah berangkat kerja.”

“Hmmm...” Tino mulai membuka mata sambil menggeliat. “Tunggu kalau gitu. Aku gosok gigi sama cuci muka dulu. Ayah jangan berangkat dulu!”

Aku mengangguk. Ide jahil pun terlintas di pikiranku.

“Ibu... Ayah... kata Tino kalian duluan aja.”

“Kakakkk!!!” teriak Tino dari dalam kamar mandi.

Aku pun tak kuasa menaha tawa. Dengan gerakan tergesa-gesa Tino keluar kamar mandi dan ups dia melihatku tertawa.

“Dasar nyebelin!!!”

Tawaku semakin menjadi-jadi dan kulihat wajah Tino memerah.

“Udah yuk kita ke bawah, nanti keburu ayah berangkat kerja.”

Tino berjalan cepat menuruni anak tangga. Setengah berlari menuju dapur.

“Selamat pagi semuaaaaaa...!!!” teriak Tino.

“Selamat pagi gantengnya Ibu. Lain kali nggak boleh teriak-teriak, ya.”

“Hehehe maaf, Bu.” Tino beralih pandang kepada ayah lalu berujar, “Ayah, Tino mau mainan robot baru.”

“Bukannya minggu lalu Ayah udah beliin mainan, ya?” tanya ayah.

“Tino mau yang baru, Yah! Soalnya...,”

“Sayang... selagi mainannya masih bagus dan bisa digunakan, dipakai dulu, ya!” tutur ibu dengan nada tegas namun tetap lembut.

Tino hanya memanyunkan bibir.

“Udah-udah makan dulu yuk! Keburu dingin nanti,” Aku mencoba mencairkan suasana.

Kami pun akhirnya makan dan tak ada suara selain dentingan sendok.

“Ayah berangkat kerja dulu ya, semua.”

“Iya Yah, hati-hati di jalan. Nanti kalau udah sampai kabarin,” ucap ibu sambil mencium tangan ayahku. Kemudian disusul aku dan Tino.

“Jagoan Ayah ngambek nih ceritanya,” ledek ayah pada Tino.

Tino hanya bergeming.

“Yaudah... nanti Ayah beliin mainan robot baru buat Tino.”

“Ayah, nggak perlu beli mainan baru. Mainan Tino masih banyak yang bagus,” interupsi ibu.

“Gimana kalau nanti kita beli ice cream aja”

“Tino mau beli es cim lima!”

“Lima?” mataku melotot “Umm... yaudah ga papa. Kita beli lima ice cream.”

“Horeee!!!!” teriak Tino kegirangan.

“Kalau gitu Ayah berangkat ke kantor dulu, ya. Dewi, uang jajan kamu udah ayah transfer. Gunain sebaiknya, jangan boros ya!”

“Siap Ayah. Makasih.”

“Ayah berangkat dulu, daa semua.”

“Dahh,” jawab kami serempak.

Tino langsung nyeluyur ke depan.

Mengamati ayah yang akan pergi ke kantor.

“Kakak, tolong kamu antar makanan ini buat tetangga baru kita, ya. Bilang aja untuk silahturahmi. Ibu harus siap-siap ke kantor. Satu lagi, jaga adik ya.”

Aku mengangguk. “Oke Bu. Hati-hati di jalan. Nanti kabarin Dewi kalau Ibu udah sampai kantor.”

“Pasti sayang.”

Aku pun menyalami tangan ibu dan pamit untuk mengantar makanan.

...⌂⌂⌂...

“Kayaknya bener ini deh rumahnya. Soalnya banyak orang yang lagi sibuk nata barang,” gumamku sambil berjalan masuk ke halaman rumahnya.

“Permisi.”

“Ada apa ya, Nak?” jawab seorang wanita yang sepertinya seumuran dengan ibu.

“Ini Tante, ada titipan dari ibu saya untuk menjalin silahturahmi,” ucapku sambil memberikan rantang berisi makanan.

“Wah, terima kasih ya! Lain kali gausah repot-repot. Tante jadi nggak enak.”

“Gapapa Tante. Sama sekali nggak repot.”

“Oh iya, maaf ya, Tante lupa nggak mempersilahkan kamu duduk. Di sini lagi sibuk.”

“Gapapa Tante, saya paham. Kalau gitu saya pamit ya, Tante. Adik saya kebetulan di rumah sendirian.”

“Ah, yasudah kalau begitu. Sekali lagi terima kasih ya, Nak. Sampaikan juga pada ibumu.”

“Iya, sama-sama Tante.”

...⌂⌂⌂...

...Jangan lupa vote dan juga follow author....

...tetap stay disini ya, dan tungguin Dear Irsyamm update nantinyaa....

...see you next part guyss...

Terpopuler

Comments

Mom FA

Mom FA

next torr salam in memories🤗

2022-02-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!