5. Rumah Baru

Pagi di kediaman Bapak diwarnai dengan awan kelabu. Pasalnya Ratna hari ini akan terbang ke Samarinda untuk menetap di sana bersama Tama suaminya. Tama sedang membantu Ratna memasukkan kopernya ke dalam bagasi mobil Bapak. Sedangkan yang lainnya sedang menyiapkan sarapan di dapur.

"Mas, pesawatmu terbang jam berapa?" tanya Bapak pada Tama.

"Jam 10 take off Pak," kata Tama.

"Yowis, kamu gek sarapan sana lho selak telat nanti," kata Bapak lagi.

"Ya monggo Bapak juga," kata Tama.

Bahasa Jawanya belum lancar dan terdengar aneh, tapi efek dari pergaulannya dan tempat kerjanya sebelum ini membuat Tama sedikit-sedikit mengerti. Paling-paling kalau Tama tidak tahu dia akan mendekati Ratna dan minta diterjemahkan. Padahal Ayah darah Jogja asli, tapi karena dia menghabiskan hidupnya selama ini di Jakarta jadi wajar kalau Tama tidak mampu bahasa Jawa. Tapi dia juga tidak bisa bahasa Sunda karena Mama tidak pernah menggunakan bahasa daerah jika di rumah.

Tama menyusul Ratna yang masih menyiapkan sarapan bersama Ibu dan Sasa. Kalau Nata begitu selesai mandi langsung pamit untuk berangkat ke sekolah.

"Sa, motorku besok tolong dipaketin ya," kata Ratna pada Sasa.

"Santai Mbak, hari ini aku habisin dulu bensinnya ya," kata Sasa.

"Ya jangan dihabiskan juga Sa, sisain dikit atuh. Nanti uangnya buat maketin Mas kasih," kata Tama pada Sasa.

"Sekalian uang lelahnya ya, Mas."

"Hus, Sasa ki piye toh. Mbakyumu aja belum minta apa-apa ke suaminya kok kamu malah wis minta aneh-aneh," kata Ibu.

"Nggak papa Bu, iya nanti mas kasih tambahan buat beli sampur. Katanya pengen punya sampur baru to?" kata Tama membuat mata Sasa berbinar.

Selesai sarapan mereka berangkat. Ibu, Bapak, dan Sasa ikut serta mengantar Tama dan Ratna sampai di bandara. Tama melihat bagaimana Sasa begitu tidak rela jauh dari kakaknya. Walau kelihatannya tidak dekat tapi Ratna ini adalah sosok yang sangat-sangat dibutuhkan oleh kedua adiknya.

"Dek, sudah waktunya check in," kata Tama ketika mendengar panggilan untuk check in.

Ratna berpamitan dengan Bapak Ibu dan Sasa yang sekuat tenaga menahan tangis walau gagal juga. Tama juga begitu, dia menyalami kedua mertuanya dan adik iparnya satu per satu.

"Titip anak ibu ya Mas," kata Ibu.

"Nggih Bu, insyaallah Tama bisa amanah," kata Tama.

"Mas, kalau ada apa-apa telepon ya, jangan sungkan minta bantuan. Bapak on 24 jam," kata Bapak.

"Iya Pak, matur nuwun," jawab Tama lagi.

"Pak, Bu, Sa, Mbak Ratna berangkat ya, assalamualaikum," pamit Ratna.

"Waalaikumsalam, kalau sampai kabari ya nduk," kata Bapak diangguki Ratna.

Tama dan Ratna kemudian berjalan masuk untuk check in, kemudian langsung menuju ke pesawat yang akan membawa mereka ke tempat tujuan. Begitu duduk, Ratna terlihat murung. Dia hanya menatap lurus dengan tatapan yang sedih. Tama melihat kedua tangannya memainkan ujung bajunya seperti seseorang yang tengah dilanda kegelisahan.

Tama meraih tangan mungil Ratna, kemudian menggenggamnya, "Bismillah ya, mulai sekarang cuma ada aku sama kamu jadi jangan ragu buat saling mengingatkan," kata Tama.

Ratna tidak menjawab. Dia hanya mengangguk lemah dan beberapa kali menghela nafasnya.

"Maaf ya, Mas sudah ambil kamu dari orang tuamu. Mas janji nggak akan membuatmu kecewa. Kalau sampai Mas nggak bisa memenuhi kewajiban Mas, Mas ikhlas kamu tinggal," kata Tama.

"Jangan ngomong gitu dong Mas, jadi tambah sedih kan aku," kata Ratna yang akhirnya menumpahkan air matanya juga.

Tama tersenyum. Dia mengusak rambut Ratna kemudian menarik kepalanya hanya agar dia bisa mencium kening istrinya. Tama juga membantu Ratna menghapus air matanya dengan ibu jari kemudian mengecup singkat pipi Ratna juga bibirnya.

"Astaga Mas malu ih," protes Ratna.

"Nggak ada yang akan lihat mungil," Tama yang gemas kemudian mencubit kedua pipi Ratna yang tembem.

Sekitar 6 jam perjalanan akhirnya Tama dan Ratna sampai di rumah dinas yang baru Tama tempati. Tadinya kan Tama tinggal di mess bujang, dia baru mengajukan pindah rumah ketika sudah ada rencana menikah dengan Ratna. Letaknya ada di dalam kesatrian. Rumahnya tidak terlalu kecil tapi terlihat kosong karena minimnya perabotan. Maklum saja, Tama kemari untuk kerja bukan untuk rekreasi asal bisa menjadi tempat untuk berteduh dan istirahat sudah lebih dari cukup. Tidak banyak barang yang ada di dalamnya. Di dapurnya juga, hanya ada sebuah kulkas, satu set alat masak sederhana, rice cooker, dispenser dan galon yang hampir kosong juga sebuah kompor gas. Ratna menjelajahi rumah, dia berkeliling mulai dari ruang tamu, ke ruang tengah, dapur, kamar mandi hingga ke dalam kamar tidur.

"Mas sejak kapan ngerokok?" tanya Ratna ketika melihat ceceran abu rokok di dekat sofa di ruang tengah.

"Bukan Mas itu dek, kemarin waktu Mas pindahan ada teman datang buat bantu beres-beres. Mas malah nggak sadar kalau ada abu rokok di situ," kata Tama.

"Memangnya anggota kepolisian boleh merokok Mas? Setahuku nggak," kata Ratna.

"Ya memang nggak boleh, tapi tuh anak suka bandel. Nanti kalau kamu ketemu sama orangnya harap maklum saja ya kalau omongannya juga nyablak. Dia kalau bicara juga nadanya tinggi dan suaranya cenderung keras. Mas bilang begini biar kamu nggak takut, nanti kamu ngira dia marahin kamu lagi," jelas Mas Tama.

"Bukan orang Jawa ya Mas?"

"Bukan."

Ratna hanya menjawab ohh lalu berlalu masuk ke dalam kamar tidur. Begitu dia mendudukkan diri di kasur dia agak miris melihatnya. Kasurnya sudah mulai tipis dan bagian tengahnya agak cekung, bantalnya juga sudah kempes. Ini entah karena Tama yang kelewat malas menjemur kasur atau memang sudah saatnya diganti Ratna tidak tahu.

"Dek, kalau nggak capek kita belanja yuk. Paling tidak Mas belikan bantal baru buat kamu. Mas nggak tega lihat kondisi rumah begini padahal kamu baru sampai. Maaf ya, Mas bodoh banget dari kemarin nggak beres-beres juga, main di tinggal aja," kata Tama.

"Nggak papa kali Mas, mulai sekarang sampai nanti urusan rumah jadi urusannya Ratna. Mas sudah nggak perlu lagi nyuci baju, masak, beres-beres rumah, jemur kasur pun biar Ratna semua yang ngurus," kata Tama.

"Nggak begitu konsepnya manis, aku nikahin kamu bukan untuk jadi pembantuku. Mas lebih seneng kalau kita lakukan semuanya bareng-bareng. Kalau kamu masak Mas yang nyuci, kalau kamu nyapu Mas yang ngepel, setuju?" kata Tama meminta persetujuan.

"Hmm..., setuju. Tapi jangan sampai bebani Mas Tama ya," kata Ratna.

Ratna dan Tama memutuskan untuk mandi lalu pergi. Tama akan membelikannya beberapa perlengkapan sekalian mencari bahan makanan untuk beberapa hari kedepan. Selesai mandi dan bersiap, Ratna keluar menyusul Tama yang sedang manasi motor. Ratna mau tidak mau harus bersabar membonceng CBR lagi karena motornya belum sampai di sini.

"Dek, kalau sekarang kamu mau kan pegangan ke Mas?" tanya Tama yang sedang memakai helmnya.

"Mau, tapi nggak sampai meluk juga ya. Nanti dikira aku cabe-cabean," kata Ratna yang sedang memakai helm juga.

Tama mengajak Ratna berkeliling sebelum menuju ke pusat perbelanjaan. Tama memberitahu arah-arah dasar untuk Ratna, paling tidak dia tahu letak minimarket, pasar, tempat biasanya Tama beli sayur kalau malas masak dan lain sebagainya. Ratna ini orangnya cerdas jadi Tama yakin dia sekali diberitahu juga akan ingat. Paling besok kalau motor Ratna sudah sampai dia akan lepas kemana-mana sendiri. Apalagi teknologi maps sudah mutakhir, sampai ke gang-gang kecil juga terbaca jalannya.

"Sudah tahu jalan kan sekarang? Tapi sementara waktu jangan keluar dari kesatrian dulu ya. Kalau ada keperluan yang keluar bilang sama Mas nanti Mas antar," kata Tama ketika mereka sudah pulang.

"Mas kalau aku nggak boleh keluar terus aku lamar kerjaannya gimana," protes Ratna.

"Kamu mau langsung nyari kerja dek?"

"Nggak juga sih, he... he...."

"Nanti. Paling nggak 1 bulan ini kamu adaptasi dulu. Jangan nekat deh, kamu di sini nggak ada siapa-siapa. Mas kerja jadi nggak bisa merhatiin kamu terus, Mas cuma nggak mau kamu kenapa-napa. Ini sudah bukan di Jawa, Ratna. Banyak hal yang harus kamu pelajari dulu, ok?" Tama berusaha memberi pengertian pada Ratna, untung dia mengerti. Tama akui Ratna tergolong penurut walau dia memiliki prinsip dan ambisinya sendiri.

"Mas, sudah kasih kabar ke Mama? Kok aku nggak enak ya, kita belum sempat ke sana malah sudah sampai di sini," kata Tama.

"Sudah. Mama sendiri yang bilang kita nggak perlu ke Jakarta, nanti Mama yang ke sini."

"Dulu aku sempat bertanya kenapa sih Mas nggak ajak sekalian Mama sama Mas, sekarang aku ngerti alasannya. Mas sering pindah-pindah, Mas nggak mau kan Mama kerepotan," kata Ratna sambil menyusul duduk di samping Tama.

"Yap, dan satu lagi alasannya karena Mas nggak mau Mama kesepian. Mama itu pernah depresi berat jadi...," Ratna melihat Tama tidak mampu melanjutkan kalimatnya. Matanya langsung berkaca-kaca. Ratna tahu ada sebuah masa lalu kelam dalam keluarga suaminya. Walaupun Tama pernah cerita, tapi Ratna tidak pernah tahu pasti bagaimana perasaan Mama Diana dan Mas Tama setelah ditinggalkan Ayah.

"Sudah mas jangan dilanjut. Iya aku tahu kok. Tahu nggak Mas kenapa aku milih Mas? Karena aku lihat jiwa seorang anak yang berbakti sama orang tuanya. Alasan itu sudah lebih dari cukup untuk menjadi jaminan Mas Tama nggak akan menyakiti keluarga kecilnya juga," kata Ratna sambil melingkarkan tangannya pada pinggang Tama dan menyenderkan kepalanya pada bahu tegap kepala keluarganya itu.

"Sesederhana itu?" tanya Tama agak menunduk hanya untuk bertemu tatap dengan Ratna yang nyaman dalam pelukannya.

"Iya...," jawab Ratna.

"Yah sia-sia dong overthinkingnya Mas," kata Tama kini mengalihkan pandangan lurus ke arah depan.

Ratna mendongak, "Overthinking soal apa?"

"Perbedaan usia kita lumayan besar Ratna, wajar Mas berpikir kamu akan nolak Mas. Apalagi posisinya sahabatmu 3 cowok semua, ganteng semua, berduit semua," kata Tama.

"Ya Allah Mas cemburu sama Dipta, Theo, Jay?" tanya Ratna menahan tawa.

"Nggak tahu," jawab Tama.

"Mereka itu temannya Ratna di BEM, Dipta sekarang sudah punya pacar namanya Ela, Theo malah sudah mau nikah sama Radea, Jay juga sudah pacaran. Lagian Mas, aku waktu itu dekat sama mereka karena kita semua sama-sama jomblo. Kalau sekarang sih dekatnya hanya sebatas teman kerja saja. Jangan cemburu ya," kata Ratna lagi.

"Iya deh nggak cemburu, tapi ada syaratnya," kata Tama.

"Apa?"

Tanpa pikir panjang Tama langsung melepaskan pelukannya pada Ratna dan langsung menggendongnya bridal style masuk ke dalam kamar, "Do whatever I say," kata Tama sebelum dia menjatuhkan tubuh Ratna di atas tempat tidur.

"Of course, anything for you," kata Ratna tidak kalah memprovokasi.

Terpopuler

Comments

Sugianto

Sugianto

penasaran.tapi..kok.dag dig dug y

2021-12-29

1

Sugianto

Sugianto

deg2an dech..mau baca lanjut..
penasaran...tapi takut konfliknya berat..ujung2nya...sad

2021-12-29

0

lihat semua
Episodes
1 1. Tama dan Masa lalunya
2 2. Ratna dan Masa Depannya
3 3. Calon Suami
4 4. Pernikahan
5 5. Rumah Baru
6 6. Tugas Pertama
7 7. Back to Work
8 8. Tempat Baru
9 9. Curhat
10 10. Kunjungan Bapak Ibu
11 11. Betah
12 12. Stres
13 13. Pertanyaan Mama
14 14. Satyalencana
15 15. Pamer
16 16. Melepaskan
17 17. Bencana
18 18. Berita Besar
19 19. BonBon
20 20. Berkah
21 21. Sandera
22 22. Kehilangan
23 23. Rapuh
24 24. Selingkuhan Tama
25 25. Teguran
26 26. Undangan
27 27. Keluarga Besar Ratna
28 28. Pantai
29 29. Tamu tak Diundang
30 30. Marah
31 31. Liburan ke Jakarta
32 32. Berlebihan
33 33. Keinginan
34 34. Mantan
35 35. Suami Hebat
36 36. LDR
37 37. Mereda
38 38. Teman lama
39 39. Hari pertama
40 40. Teman baru
41 41. Impas
42 42. Nama Itu
43 43. Kabar Dari Jauh
44 44. Melayat
45 45. Sakit
46 46. Perseteruan Semakin Panas
47 47. Masih marah
48 48. Pembalasan
49 49. Mempersiapkan Sesuatu
50 50. Kenyataannya
51 51. Emosi
52 52. Kehadiran Kembali
53 53. Kegagalan
54 54. Berontak
55 55. Menyerah
56 56. Persiapan Pindah
57 57. Proses Pindah
58 58. Berpamitan
59 59. Bersiap Untuk Pergi
60 60. Good Bye
61 61. Pengalaman Pertama
62 62. Mohon Izin
63 63. Kenangan Kencan Pertama
64 64. Main Ke Rumah Bapak
65 65. Suasana Baru
66 66. Bertemu Kembali Dengan Masa Lalu
67 67. Terjebak
68 68. Merawat Bapak
69 69. Tugas Istri Abdi Negara
70 70. Dituntut Pasien
71 71. Hasil Check Up
72 72. Hukuman
73 73. Morning Sickness
74 74. Dua Residen Baru
75 75. Cewek Gatel
76 76. Istri Yang Cemburu
77 77. Ikut Merasakan
78 78. Double Date Dadakan
79 79. Ketahuan
80 80. Ngidam
81 81. Nama Si Kecil
82 82. Lupa
83 83. Jago Tembak
84 84. Berat
85 85. Selamat Datang Aksara
86 86. Memohon Maaf
87 87. Hilang Raguku, Sayang
88 88. Nama Itu Disebut Lagi
89 89. Lubang di Hati
90 90. Kedatangan Sindy
91 91. Sadar Akan Kesalahan
92 92. Selapanan
93 93. Ngambek
94 94. Pengabdian Bhayangkariku
95 95. Keputusan Ratna
96 96. Bertengkar Lagi
97 97. Pengalaman Baru Tama
98 98. Hari Pertama Kerja
99 99. Piknik
100 100. Kembali Bertugas
101 101. Merindukanmu
102 102. Ucapan Terima Kasih
103 103. Ayah Pulang
104 104. Keseharian Ratna
105 105. Perubahan Istriku
106 106. Ke Rumah Nenek
107 107. Memberi Kesempatan
108 108. Mulai Berjalan
109 109. Kelelahan
110 110. Terjebak Masa Lalu
111 111. Kembali ke Gegana
112 112. Orang Aneh
113 113. Ulang Tahun Tama
114 114. Kekacauan
115 115. Tuduhan Tidak Benar
116 116. Abdi Negara Yang Setia
117 117. Maafkan Mama
118 118. Penculikan
119 119. Pergi Dengan Tenang
120 120. Kisah Tama dan Ratna
121 121. Ini Bukanlah Akhir
122 Epilog 1
123 Epilog 2
124 New Project
125 Short Story 1. Persiapan Puasa
126 Short Story 2. Ayah yang Sibuk
127 Short Story 3. Karena Tugas
128 Short Story 4. Rencana Mudik
129 Short Story 5. Malam Takbir
130 Short Story 6. Mudik
131 Short Story 7. Berkumpul
132 Sequel???
Episodes

Updated 132 Episodes

1
1. Tama dan Masa lalunya
2
2. Ratna dan Masa Depannya
3
3. Calon Suami
4
4. Pernikahan
5
5. Rumah Baru
6
6. Tugas Pertama
7
7. Back to Work
8
8. Tempat Baru
9
9. Curhat
10
10. Kunjungan Bapak Ibu
11
11. Betah
12
12. Stres
13
13. Pertanyaan Mama
14
14. Satyalencana
15
15. Pamer
16
16. Melepaskan
17
17. Bencana
18
18. Berita Besar
19
19. BonBon
20
20. Berkah
21
21. Sandera
22
22. Kehilangan
23
23. Rapuh
24
24. Selingkuhan Tama
25
25. Teguran
26
26. Undangan
27
27. Keluarga Besar Ratna
28
28. Pantai
29
29. Tamu tak Diundang
30
30. Marah
31
31. Liburan ke Jakarta
32
32. Berlebihan
33
33. Keinginan
34
34. Mantan
35
35. Suami Hebat
36
36. LDR
37
37. Mereda
38
38. Teman lama
39
39. Hari pertama
40
40. Teman baru
41
41. Impas
42
42. Nama Itu
43
43. Kabar Dari Jauh
44
44. Melayat
45
45. Sakit
46
46. Perseteruan Semakin Panas
47
47. Masih marah
48
48. Pembalasan
49
49. Mempersiapkan Sesuatu
50
50. Kenyataannya
51
51. Emosi
52
52. Kehadiran Kembali
53
53. Kegagalan
54
54. Berontak
55
55. Menyerah
56
56. Persiapan Pindah
57
57. Proses Pindah
58
58. Berpamitan
59
59. Bersiap Untuk Pergi
60
60. Good Bye
61
61. Pengalaman Pertama
62
62. Mohon Izin
63
63. Kenangan Kencan Pertama
64
64. Main Ke Rumah Bapak
65
65. Suasana Baru
66
66. Bertemu Kembali Dengan Masa Lalu
67
67. Terjebak
68
68. Merawat Bapak
69
69. Tugas Istri Abdi Negara
70
70. Dituntut Pasien
71
71. Hasil Check Up
72
72. Hukuman
73
73. Morning Sickness
74
74. Dua Residen Baru
75
75. Cewek Gatel
76
76. Istri Yang Cemburu
77
77. Ikut Merasakan
78
78. Double Date Dadakan
79
79. Ketahuan
80
80. Ngidam
81
81. Nama Si Kecil
82
82. Lupa
83
83. Jago Tembak
84
84. Berat
85
85. Selamat Datang Aksara
86
86. Memohon Maaf
87
87. Hilang Raguku, Sayang
88
88. Nama Itu Disebut Lagi
89
89. Lubang di Hati
90
90. Kedatangan Sindy
91
91. Sadar Akan Kesalahan
92
92. Selapanan
93
93. Ngambek
94
94. Pengabdian Bhayangkariku
95
95. Keputusan Ratna
96
96. Bertengkar Lagi
97
97. Pengalaman Baru Tama
98
98. Hari Pertama Kerja
99
99. Piknik
100
100. Kembali Bertugas
101
101. Merindukanmu
102
102. Ucapan Terima Kasih
103
103. Ayah Pulang
104
104. Keseharian Ratna
105
105. Perubahan Istriku
106
106. Ke Rumah Nenek
107
107. Memberi Kesempatan
108
108. Mulai Berjalan
109
109. Kelelahan
110
110. Terjebak Masa Lalu
111
111. Kembali ke Gegana
112
112. Orang Aneh
113
113. Ulang Tahun Tama
114
114. Kekacauan
115
115. Tuduhan Tidak Benar
116
116. Abdi Negara Yang Setia
117
117. Maafkan Mama
118
118. Penculikan
119
119. Pergi Dengan Tenang
120
120. Kisah Tama dan Ratna
121
121. Ini Bukanlah Akhir
122
Epilog 1
123
Epilog 2
124
New Project
125
Short Story 1. Persiapan Puasa
126
Short Story 2. Ayah yang Sibuk
127
Short Story 3. Karena Tugas
128
Short Story 4. Rencana Mudik
129
Short Story 5. Malam Takbir
130
Short Story 6. Mudik
131
Short Story 7. Berkumpul
132
Sequel???

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!