Ratna sudah cukup lelah menghadapi tugas yang seabrek, OSCE di depan mata dan Vino si posesif. Setengah hatinya menyesal sebenarnya mengapa dia memilih untuk mengiyakan ajakan Vino untuk pacaran. Vino adalah seorang dari fakultas Ekonomi dan Bisnis, berbeda fakultas tapi bisa bertemu dengan Ratna karena keduanya mengikuti satu UKM yang sama. Keduanya berkenalan ketika menghadiri latihan perdana UKM tenis ketika maba dulu. Setelah menjalani PDKT sekitar 1 tahun mereka akhirnya pacaran.
Ratna sebenarnya bahagia, Vino ini baik, pengertian, dan selalu mendukung mimpinya sebagai seorang calon dokter. Bahkan ketika Ratna kena bully teman-temannya Vino selalu ada untuk menjadi tamengnya. Dia yang selalu berhasil mengembalikan kepercayaan dirinya Ratna.
Sayangnya kisah cinta Ratna dan Vino tidak semanis madu, Vino lambat laun memperlihatkan wujud aslinya. Vino mulai menuntut, dia juga mulai melarang Ratna melakukan ini itu dengan alasan dia tidak ingin Ratna terluka padahal Ratna tidak suka di kekang. Dia benci disetir apalagi oleh orang yang menurut dia bukan siapa-siapa. Bahkan orang tuanya saja tidak pernah berusaha mengekang dirinya atau bahkan melarang ini itu, tapi Vino berani makanya Ratna mulai jengah juga.
Siang tadi Ratna dan Vino kembali bertengkar, dan Ratna yang sudah kelewat muak akhirnya memutuskan Vino begitu saja. Jelas Ratna marah, bukan hanya berusaha mengatur hidupnya Vino bahkan secara gamblang bermain dengan gadis lain di belakangnya. Ratna kira Vino sudah tidak memiliki apapun lagi untuk dijelaskan. Ratna sudah terlanjur kecewa dan memilih mengakhiri hubungan toxic itu. Ratna harus kembali pada jalan lurusnya, dia harus mengejar mimpinya apapun yang terjadi.
Sekuat apapun tekadnya, kenangan selama tahun-tahunnya dengan Vino tidak begitu saja hilang tersapu angin. Mau sekeras apapun Ratna menangis, dia malah semakin merasakan sakit hati. Bahkan di luar sana hujan seakan memberikan kesempatan untuknya menangisi semua masa lalunya yang bodoh.
Baru Ratna tenang, handphonenya berdering. Masuk satu pesan dari nomor yang terkesan asing. Dia membacanya, tapi dia tidak mengenali nomor siapa itu. Dia bahkan harus melihat profilnya dan mengingatnya dengan keras baru dia ingat jika orang yang mengajaknya pergi ini adalah pak Polisi yang pernah ditabraknya di stasiun semester lalu, yang kemudian bertemu lagi di konser kampus dan sempat hampir berdebat dengannya karena perkara antrean.
Ratna yang sedang merasa terpuruk langsung mengiyakan ajakannya. Bodo amat dia dianggap gadis murahan, dia benar-benar butuh healing dan tidak mungkin dia mengajak Dipta atau Theo karena mereka pasti sibuk dengan kekasih masing-masing jika weekend tiba.
Hari ini Tama benar-benar menjemputnya, laki-laki itu datang dengan CBR warna hitamnya mendekati Ratna yang menunggu di dekat Tugu Jogja. Ratna benci motor bentuk begini, tapi tidak enak juga kan kalau dia menolak kesannya seperti tidak sopan saja.
"Kenapa? Kalau dek Ratna tidak nyaman dengan motor saya kita pakai motor dek Ratna saja bagaimana?" tawar laki-laki itu membuat Ratna kaget apakah dia bisa membaca pikirannya atau bagaimana.
"Nggak kok, nggak papa," kata Ratna yang mulai memakai helmnya dan naik ke atas boncengan.
Ratna tahu motor CBR pasti berat dan tidak nyaman jika dipakai berjalan pelan begini, jadi Ratna memberanikan diri untuk bicara para Tama, "Kalau Pak Tama mau ngebut nggak papa kok," kata Ratna sedikit berteriak agar Tama bisa mendengar dari balik helm full face nya.
"Nggak mau, nanti dek Ratna makin ngerasa nggak nyaman. Lagian jangan panggil saja Pak, umur saja baru 24, katanya lagi."
Setelah percakapan ringan itu mereka kembali saling diam hingga sampai di tempat yang mereka tuju. Baru Ratna turun dari motor, belum sampai dia melihat bibir pantai tapi suasananya sudah seperti meminta dia untuk menangis. Tama dan Ratna pergi ke Pantai Ngrumput, tempat Ratna dan Vino biasanya menghabiskan waktu ketika weekend.
Tama belum banyak bertanya, dia hanya mengamati Ratna yang memilih diam berdiri di tepi pantai lalu tiba-tiba dia menarik sesuatu dari jari manisnya dan membuangnya begitu saja jauh ke tengah pantai.
"Eh... eh..., kok dibuang?" tanya Tama.
"Nggak papa, bukan barang berharga kok. Belinya cuma 20 ribuan di 0 km Malioboro," kata Ratna dengan cuek.
Ratna kemudian duduk agak menjauh dari bibir pantai berjejer dengan Tama yang sepertinya ikut tenggelam dalam diam. Ratna berusaha keras tidak menangis, dia hanya mampu meraung di dalam batinnya tanpa dia tahu jika sebenarnya Tama juga tengah merasakan hal yang tidak berbeda jauh darinya saat ini.
"Dek...," tanya Tama setelah lama saling diam.
"Iya?"
"Kok kamu mau saya aja pergi berdua gini, memangnya Dek Ratna nggak takut saya apa-apakan?" tanya Tama.
"Memangnya Bapak...," kata-kata Ratna terpotong begitu saja karena tatapan dingin Tama.
"Maksud saya Mas Tama. Memangnya Mas mau apakan saya sampai saya harus takut?"
"Kita belum saling kenal padahal."
"Sudah kok, kan kita sudah kenalan. Nyatanya bisa ngajak main berarti kita sudah saling kenal, kan? Saya ini bukan gadis yang kolot kok, santai saja. Asal tujuannya jelas saya sih ayo ayo saja. Tapi nanti sebelum sore kita sudah harus turun ya Pak, eh Mas," jawab Ratna membuat Tama sedikit lebih lega.
"Boleh saya tanya sesuatu?" tanya Tama lagi.
"Boleh," angguk Ratna.
"Dek Ratna apa sudah punya pacar?"
"Punya...," kata Ratna membuat Tama kembali diam.
"Kemarin sore saya punya, kalau sekarang sudah tidak," katanya lagi sukses mengembalikan senyuman Tama.
"Sama, saya juga nggak punya pacar," kata Tama yang sekarang sudah lebih berani.
"Bapak lagi deketin saya ya?"
"Kok bapak lagi sih?"
"Pertanyaan saya jawab dulu, Bapak lagi berusaha deketin saya atau bagaimana?" tanya Ratna tidak menggubris omongan Tama barusan.
"Iya, kalau dek Ratna mau. Kalau tidak ya tidak akan saya dekati," katanya.
"Tapi saya calon dokter lo Pak, saya punya mimpi yang jalannya masih panjang banget buat saya raih. Sedangkan Bapak polisi kan pasti sering pindah-pindah tugas. Andai memang benar saya dan bapak jadian apa iya bisa bertahan?"
"Belum tahu, saya kan baru mau PDKT. Tapi kalau dek Ratna sudah yakin ya saya insyaallah sanggup. Saya bukan tipikal laki-laki yang harus 24 jam per 7 hari ketemu pasangan terus menerus kok," kata Tama.
"Yasudah PDKT dulu saja ya, Pak, saya mau kok," kata Ratna.
"Hahaha..., tapi jangan panggil saya Pak dong, nggak enak banget saya berasa pedofil deketin anak SMA," kata Tama sambil tertawa.
"Tapi saya nyamannya manggil gitu, maaf Pak saya belum mau ubah panggilan. Takut jadi nggak sopan," kata Ratna diangguki Tama.
Hari itu mereka berdua puas berkeliling. Mendekati sore Ratna dan Tama memutuskan untuk pulang, tapi nyatanya mereka tidak langsung pulang. Tama malah mengajak Ratna ke Alkid dan makan malam bersama di sana baru dia antar gadis itu pulang.
Padahal baru kemarin Ratna menangis begitu keras karena putus dari Vino, tapi hari ini dia sudah sanggup tertawa begitu lebar karena kehadiran satu orang baru dalam hidupnya. Namanya Pratama Aji Saputra, seorang anggota kepolisian. Bekerja di satuan Brimob DIY sebagai salah seorang danton.
Ratna tidak pernah tahu ke mana takdir akan menuntunnya, baru kemarin dia dipisahkan dengan seseorang, sekarang dengan caranya semesta mengantarnya untuk bertemu dengan sesosok laki-laki hebat seperti Pratama Aji. Dia tidak ingin berharap apapun, dari awal pekerjaan dan dunia keduanya sudah sangat bertolak belakang. Dia yang tengah mengejar impiannya dan Ratna yang mengejar cita-citanya.
Ratna menjanjikan pada laki-laki itu bahwa dia akan menjawab ketika hari di mana dia akan diwisuda. Sejak pertemuan keempat, Ratna dan Tama tidak pernah lagi putus hubungan. Entah Tama yang lebih dulu mengabarinya, atau Ratna yang lebih memilih untuk curhat dengan Tama dibandingkan dengan Dipta dan Theo.
Bayang-bayang Vino sebenarnya belum hilang. Laki-laki itu masih sering mendatanginya dan berusaha mendekatinya lagi. Tapi Ratna tidak mau, di dalam hatinya sudah tidak lagi ada Alvino Pamungkas. Sekarang yang hanya Pratama Aji Saputra.
Di hari Ratna menjanjikan jawaban pada Tama, laki-laki itu datang. Masih mengenakan seragam polisi lengkap karena setelah ini dia harus segera berangkat ke pos. Dia hanya mampir sebentar, menyapa kedua orang tua Ratna dan juga menemui Ratna untuk meminta jawaban.
"Pak, saya mau kasih jawaban boleh?" tanya Ratna.
"Sebelum kamu kasih jawaban saya mau perbarui dulu pertanyaan saya."
"Perbarui gimana?"
"Dek Ratna, mumpung ada orang tuamu nih. Saya mau tanya, dek Ratna mau nggak nikah sama saya?"
"Huh?!"
"Mas sik sik sik. Kok tiba-tiba ngajak nikah toh, kemarin janjinya mau ngajak pacaran dulu, piye sih Mas?" cerocos Ratna.
"Bentar dulu, maksud saya nggak yang kita nikah sekarang, kan kamu bilang kamu harus selesaikan koas dulu, internship dulu, katanya jalanmu masih panjang. Saya tuh cuma mau bilang kalau saya serius sama kamu dek, nggak mau main-main," kata Tama.
"Ya tapi ngomongnya nggak nyablak gitu toh Mas, bikin jantungan tau nggak."
"Kalo kamu nggak jantungan gimana kamu mau hidup, katanya dokter gitu aja nggak tahu," kata Tama berhadiah pukulan dari Ratna.
"Mbak, sini jelasin sama ibu. Kok ini tiba-tiba ada laki-laki deketin kamu pake seragam polisi gini ngajakin kamu nikah. Kok kamu nggak pernah cerita sama ibu kalo kamu punya pacar?" tanya Ibu Ratna yang syok juga karena kalimat Tama.
"Ini orang memang agak edan Bu, udah nggak usah diladenin," kata Ratna.
"Halah edan lah kamu juga tetep suka to nduk. Pacarmu toh? Keren gini kok, polisi juga. Bapak kasih restu."
"BAPAK?!"
Setelah kejadian mengejutkan itu, akhirnya Tama dan Ratna memutuskan untuk pacaran dulu sambil menunggu masa koas Ratna selesai. Ratna bersyukur bisa kenal dengan Tama. Selama mereka pacaran, tidak ada yang berubah dari Tama, justru laki-laki ini memperlihatkan sisi terbaiknya dari hari ke hari. Terkadang dia akan memberikan space untuk Ratna yang ingin sendiri, tapi kadang juga dia bisa memeluk Ratna begitu erat untuk memberinya semangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
MAKANYA BUKA MATA DONG RAT,DUNIA GAK SELEBAR DAUN KELOR,JADI JADI KODOK DI BAWAH TEMPURUNG,TAUNYA CUMAN VINO DOANG,SEDANGKAN VINO MALAH SELINGKUH DI BELAKANG KAMU..
2024-03-21
0
Sugianto
masih ikut nimbrung...
2021-12-29
1