3 bulan pacaran, Tama dipindahkan ke Samarinda. Tama dan Ratna menjalani LDR namun diluar dugaan, walaupun keduanya jarang saling telepon tapi komunikasi mereka terasa begitu lekat dan berkualitas. Kadang Tama akan mengiriminya belasan chat hanya untuk bercerita tentang rekan-rekannya. Sehari cerita tentang trio kwekkwek Pak Slamet, Pak Sabar, dan Pak Somat. Kadang juga dia bisa cerita panjang lebar tentang seorang gadis di kesatuannya. Namanya Nesya, gadis aneh yang selalu mengekor kemanapun Pak Slamet pergi.
Ratna juga begitu, kadang dia bisa ngebom chat hingga puluhan hanya untuk bercerita panjang lebar tentang konsulennya. Atau tentang Dipta si koas bau yang membuatnya kebanjiran pasien ketika jaga malam. Herannya, Ratna dan Tama terkadang tidak saling membalas pesan-pesan yang masuk, tapi perasaan mereka bisa sampai satu sama lain. Nyatanya jarak dan waktu tidak mampu memisahkan keduanya.
"Gimana harimu dek?" tanya Tama ketika keduanya sedang video call.
"Mas tumben jam segini udah bisa telepon? Lagi selo?" tanya Ratna.
"Lagi off makanya santai. Kamu juga dek jam segini tumben sudah di rumah," Tama bertanya balik.
"Di rumah gimana? Ini masih di rumah sakit, aku di ruang istirahat. Parno sendirian terus buka line ternyata Mas lagi online," kata Ratna.
"Mas temenin ya," kata Tama.
"Capek banget kayanya, sudah berapa lama nggak pulang?" tanya Tama lagi.
"Tercatat hampir 36 jam aku nggak pulang. Ini setelah aku bisa pulang malah di luar hujan deras," jelas Ratna.
"Dek, bulan depan Mas mau ketemu sama Dek Ratna boleh?" tanya Tama.
"Bulan depan? Mas libur?" tanya Ratna.
"Iya."
"Ketimbang nemui Ratna mending Mas nemui Mama. Mama pasti juga kangen sama Mas," kata Ratna.
"Mas mau nemui kamu sama Mama. Mas juga mau ketemu sama Bapak dan Ibu, boleh ya?"
"Mas nggak mau ngelamar Ratna kan?"
"Bingo. Mas mau lamar dek Ratna, lagi pula 3 bulan lagi masa koasmu selesai. Sebelum kamu sibuk sama kerjaan kamu Mas pengen nikahi kamu dulu, mau dek?" tanya Tama.
Ratna lama terdiam. Pandangannya kosong dan pikirannya mulai ke mana-mana. 2 tahun mereka bertemu, kenalan, hingga pacaran rasanya sudah cukup untuk Tama dan Ratna saling mengenali satu sama lain. Padahal keduanya tidak ber-ekspektasi banyak mengingat ketika keduanya bertemu mereka sedang dalam kondisi patah hati. Bisa saja kan Tama adalah pelarian untuk Ratna begitu pun sebaliknya, tapi rupanya Sang Pencipta serius ketika mempertemukan kedua hamba-Nya ini.
"Boleh Mas, Ratna tunggu," jawab Ratna dengan nada yang lembut diikuti senyum yang merekah manis mengangkat kedua pipi berisinya jadi semakin bulat lucu dengan rona merah malu-malu.
Tama menepati janjinya, dia datang ke rumah Ratna bersama dengan Mamanya membawa sepasang cincin untuk mengikat hubungan mereka sebelum menuju ke pernikahan. Hari itu pihak keluarga Tama dan keluarga Ratna sekaligus mencari tanggal untuk pernikahan mereka. Didapatlah sebuah tanggal yang cantik, Dua puluh Januari adalah tanggal baik untuk kedua keluarga besar itu sekaligus juga dekat dengan ulang tahun Ratna di bulan Februari.
"Wah ternyata gini ya rasanya di lamar beneran," kata Ratna pada Tama.
"Hmm ternyata begini rasanya lamarannya diterima," Tama ikut bicara.
Keduanya tertawa. Jika mengingat masa lalu mereka yang sama-sama memiliki orang lain di hati, lucu saja. Ternyata lamanya hubungan seseorang tidak menentukan apakah kedua orang itu berjodoh. Nyatanya Tama dan Ratna, Pratama Aji si hitz Jaksel bertemu dengan Ratna si gadis lugu dari Purworejo, sebuah kota kecil di perbatasan DIY dan Jawa Tengah. Dan yang mempertemukan mereka adalah kota istimewa, kota pelajar Yogyakarta.
Tama masih memiliki 2 hari sebelum dia kembali ke Samarinda, jadi dia berencana untuk mengajak Ratna berkeliling Jogja. Agenda pastinya adalah ke warung nasi langgi tidak jauh dari rumah Papa Seno yang Tama tempati selama bertugas di Jogja. Kemudian keduanya berkeliling di area kampus lalu memilih duduk di cafe dekat stasiun tugu.
"Rasa sakitnya aku masih inget tahu," gerutu Ratna mengingat pertemuan pertamanya dengan Tama.
"Itu lengan dibuat dari apa sih Mas, keras banget," kata Ratna.
"Ya kali anggota kepolisian kok badannya lembek," kata Tama.
"Banyak kali Mas, katanya polisi tapi perutnya gede, gendut lagi," kata Ratna sedikit berbisik membuat Tama tertawa.
"Mas Tama, mumpung di sini beli lumpia yuk di dekat hotel Mutiara," kata Ratna diangguki Tama.
Keduanya pindah tempat ngobrol sekarang. Setelah membeli lumpia, Tama membeli juga 2 cup sundae lalu keduanya duduk di satu bangku kosong dekat mall malioboro. Tama dan Ratna memiliki postur yang jauh berbeda. Tinggi badan Ratna hanya sekitar 155 cm sedangkan Tama hampir mencapai 180 cm. Jika keduanya berjalan berdua begini pasti banyak yang mengira Tama adalah kakaknya Ratna. Seperti ibu-ibu penjual sate ayam keliling di dekat mereka ini juga salah mengira. Dikira Tama sedang mengajak adiknya berjalan-jalan.
"Bu, calon istri saya ngambek nih. Saya harus bujuk gimana ya?" tanya Tama pada ibu-ibu penjual sate tadi.
"Beliin sate aja mas, mbok menawi nggak marah lagi habis ini," kata ibu-ibu itu.
"Ibu tahu aja kalau calon istri saya ini suka sate. Ya sudah bu pesen 2 porsi ya, yang 1 porsi 15 ribuan yang 1 porsi 20 ribuan," kata Tama membuat ibu-ibu itu tertawa sebelum membuatkan pesanan mereka.
"Bu, yang porsi 15 ribuan cabenya banyakin ya," kata Ratna kemudian.
"Eh ibu pinter juga, udah nggak ngambek loh bu orangnya," kata Tama kembali pada ibu-ibu itu.
"Gimana Bu? Lucu ya calon istri saya, saya sayang banget Bu sama dia. Makanya saya gandeng terus, takut dikira anak hilang. Nanti didekati sama petugas yang di sana terus ditanyain 'Mamanya ke mana, dek?' ya Ratna," kata Tama terus menggoda Ratna. Tidak hanya Ratna yang tertawa, tapi ibu-ibu itu juga ikut tertawa padahal wajahnya sebelum mengobrol dengan Tama tadi masih agak muram melihat dagangannya masih banyak tersisa.
"Nuwun sewu nggih bu, calon suami saya memang agak nyebelin," kata Ratna.
"Mboten napa-napa nduk. Ibu juga seneng ada yang mau ngajak ngobrol," jawab ibu-ibu itu.
Terkadang Tama bisa serandom ini mengajak orang bicara, kadang juga tingkahnya bisa luar biasa aneh. Tapi Ratna suka, bahkan ketika Tama dengan mudahnya buang gas di samping Ratna dia menanggapnya lucu. Definisi cinta itu buta sepertinya, tapi Ratna tidak peduli karena dia bahagia bersama Pratama Aji Saputra calon suaminya.
"Mas pulang yuk ngantuk," rengek Ratna.
"Jam berapa ini? Jam 9. Wah kayanya beneran aku nikahin bocah deh," kata Tama.
"Mas..., ngantuk beneran ini, ayo pulang...," Ratna semakin merengek.
"Manja banget sih ibu negara, iya iya kita pulang ya."
"Ayo," kata Ratna.
Tama tidak tega melihat Ratna sudah setengah tidur begini, jadi Tama tanpa pikir panjang menggendong Ratna di punggungnya dan membiarkan Ratna nyaman tidur sambil memeluk lehernya. Tama menggendong Ratna hanya sampai pangkalan taksi, kemudian dia mencari taksi untuk membawa keduanya pulang.
Jika Ratna bersyukur telah dipertemukan dengan Pratama, maka Tama akan bersujud pada Allah karena diizinkan untuk menjaga Adiratna. Dia lebih dari hanya sekedar menyayangi Ratna. Gadis ini begitu dewasa, begitu polos dan lucu, juga terkadang bisa begitu galak dan bawel. Tama menyukai semua tentang Ratna, baik manjanya atau kalimat-kalimat bijak yang dia kutip dari novel yang sering dia baca.
Ratna pernah membaca sebuah novel tentang kisah cinta pertama yang tidak terpisahkan bahkan hingga maut menjemput, Ratna juga pernah bilang dia sering membayangkan kisah cintanya akan begitu juga. Tama memang tidak bisa berkata jika Ratna adalah cinta pertamanya, karena cinta pertamanya jelas adalah orang lain, tapi Tama menjanjikan jika mereka tidak akan terpisah kecuali maut menjemput.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Sugianto
moga beneran y thor
2021-12-29
0
Sugianto
jujur dech..
2021-12-29
0
Sugianto
jodohnya muter2..ketemunya di kota dinas...
yg lama cuma jagain jodoh orang doang😊
2021-12-29
1