4. Pernikahan

Setelah menikah, Ratna memutuskan untuk ikut Tama ke Samarinda. Tama bilang tidak ada tanda-tanda dia akan dipindahkan jadi Ratna lebih baik mengikuti ke sana dari pada dia hanya seorang diri di Jogja. 3 hari setelah pernikahan Ratna dan Tama akan berangkat. Sejak siang Ratna sudah sibuk mengemas ini itu. Tama saja sampai bingung kenapa Ratna yang ia kenal simpel dan santai ini tiba-tiba bisa begitu ribet.

"Dek, nggak usah dibawa itu kan bisa beli di sana semua make up-nya. Mas beliin nanti," kata Tama.

"Tapi kalau nggak di bawa sayang Mas, kan aku nggak akan pulang dalam waktu lama," kata Ratna.

"Yasudah kalau make up sama skin care sayang ditinggal bajunya aja yang ditinggal atau sepatunya tinggal," kata Tama.

"Tapi kalau aku tinggal di sana aku nggak punya baju nanti," kata Ratna.

"Ya Allah Adiratna, suamimu ini mampu beliin kamu baju selusin juga. Udah dibawa seperlunya aja ya," kata Tama.

"Tapi kalau uangnya Mas habis biar belanjain aku keperluan rumah tangga gimana?"

"Ratna sini duduk sebelah Mas," Tama sudah tidak tahu harus bagaimana. Mungkin memang niat dia baik, dia ingin menghemat biaya karena untuk pernikahan dan pindahan saja sudah memakan banyak biaya. Tapi jujur Tama agak tersinggung.

"Dek Ratna, sayangku, istriku paling cantik, kamu itu punya suami penghasilannya besar. Mulai bulan depan juga tunjangan istri cair karena aku sudah daftarkan pernikahan kita ke kantor. Kalau cuma untuk nyenengin kamu dompetku nggak akan kempes. Kamu di sana juga mau kerja kan, kita sudah pernah bicarakan soal ini. Kamu hemat boleh, aku nggak melarang tapi jangan pelit sama diri sendiri. Mas nggak suka." kata Tama begitu tegas walau tidak menggunakan nada tinggi atau kalimat mengintimidasi.

Ratna sebagai anak pertama sebenarnya memiliki ego yang agak tinggi. Ratna juga merupakan gadis yang cenderung mendominasi pembicaraan jika bersama dengan orang, tapi dihadapan Tama dia bisa tunduk menunduk tanpa diminta. Bukan karena pekerjaannya yang kelewat menakutkan, tapi karena kharismanya bisa memberikan kesan jika Ratna harus patuh padanya. Intinya Ratna tidak menyesali keputusannya. Dia menikahi laki-laki yang tepat.

"Maaf ya Mas, kebiasaan," kata Ratna.

"Nggak papa, mulai sekarang Mas yang bertugas buat kasih tahu kamu mana benar mana salah. Jadi nurut sama Mas ya," kata Tama membuat Ratna mengangguk.

"Kalau misal Ratna salah kasih tahu ya, Mas. Kalau misal Ratna kelewatan Mas boleh kok marahin Ratna," katanya.

"Nggak. Insyaallah Mas nggak akan pakai nada tinggi sama kamu. Kalau sampai Mas kasar atau pakai nada tinggi sama kamu, kamu berhak marahin Mas balik. Kamu juga berhak ninggalin Mas," kata Tama lagi.

"Mbak Ratna..., om Tama..., kata Ibu makan malamnya sudah siap," panggil Sasa, adik tengahnya Ratna dari luar.

"Manggilnya jangan om bisa nggak? Kok kaya aku nikah sama om om banget," protes Ratna yang keluar dari kamarnya.

"Ya kan emang om om," kata Sasa.

"Sa..., gelut yuk," ajak Tama

"Hayo, mumpung tenda nikahan udah di bongkar halaman luas tuh," kata Sasa pada Tama.

Hubungan Tama bukan hanya baik dengan Ratna, tapi dia juga mampu dekat dengan kedua adiknya Ratna, Adisa Widiyatna dan Adinata Widiyatna. Hanya butuh beberapa kali pertemuan sampai Tama dekat dengan kedua adiknya Ratna itu. Apalagi Sasa si anak tengah. Sejak kenal dengan Tama keduanya jadi suka saling menggoda dan bahkan mereka punya nama julukan untuk satu sama lain.

"Heh bumbu micin nggak sadar diri kamu pacarnya juga om om," kata Tama.

"Dih nggak lah. Kan cuma beda 1 tahun, kalo om kan beda usia sama aku sampe 10 tahun wajad dong kalo kupanggil om," kata Sasa.

Ratna sudah lebih dulu pergi ke ruang makan dan duduk di kursi yang biasa dia pakai untuk makan. Hari ini Ibu masak ayam kecap dan sayur bayam makanya Ratna sangat bersemangat untuk makan. Apalagi ini adalah makan malam terakhirnya bersama keluarga sebelum dia berpisah karena harus menunaikan baktinya pada suami.

"Ya Allah dek, sambelnya kurang banyak itu," kata Tama melihat Ratna makan sampai kuah sayur bayamnya berwarna merah karena sambal.

"Sebanyak ini nggak akan bikin perutku sakit kok," kata Ratna.

"Suka-suka kamu aja lah," kata Tama.

"Mas mau makan pakai apa?"

"Apa aja asal kamu yang ambilin," kata Tama.

"Heleh bucin...," julid Sasa.

"Kan nggak ngaca, yang kemarin di acara nikahan lengket kemana-mana berdua siapa coba," kata Tama.

"Ya mumpung bisa bareng, udah berapa bulan dia nggak pulang udah kaya bang toyib," kata Sasa.

"Lucu asli, di duakan kok sama negara jelas Mbak Sasa kalah," kata Nata.

"Mbok pikir besok cewekmu nggak bakal kaya gitu?! Kalo sampe cewekmu ngga protes sama cita-citamu tak kasih apa maumu wis," kata Sasa.

"Ok. Deal ya," kata Nata.

"Nata masih SMP nggak usah pacar-pacaran dulu. Tak potong uang jajanmu nanti," kata Bapak.

"Nggak usah pacaran, Nat. Begitu kamu sarjana langsung gas pelaminan aja," kata Tama.

"Mas Tama...." Ratna hampir mencubit Tama tapi dia sudah lebih dulu menghindar.

"Iya iya yang kenalan langsung nikah. Mending sih tapi ketimbang si brengsek itu yang jadi kakak iparku," kata Sasa lagi.

"Sasa...," Ibu memperingatkan.

"Maaf bu."

Sejak bergabung dengan keluarga ini Tama merasakan lagi apa yang sudah lama dia rindukan. Kehangatan sebuah keluarga. Kehangatan dari senyum seorang ayah, hangatnya pelukan seorang ibu, ditambah di sini ada ramainya perdebatan saudara.

Tama memang tidak pernah memilik saudara itulah kenapa dia begitu menginginkan hidup di tengah-tengah keluarga yang ramai begini, tapi jika mengingat kondisinya dan Ratna dia tidak berani berharap banyak. Tama terlalu takut akan mengecewakan keluarga kecilnya, karena dia bukan Ayah yang selalu menghabiskan weekend untuk bermain game bersama anak tunggalnya atau Bapak yang selalu menyempatkan untuk makan malam bersama keluarganya.

"Mas, habis ini boleh minta temenin nggak?" tanya Ratna.

"Kemana?"

"Ambil jahitan di tempat tante Isti," kata Ratna.

"Ok, habis makan ya."

"Pakai mobil Bapak nih, kalau kalian mau jalan-jalan biar nggak kena angin malam. Pulangnya jangan kemalaman tapi, besok kalian kan sudah mau pergi," kata Bapak.

"Makasih Pak," kata Tama.

Selepas makan malam, Tama mengantar Ratna mengambil pesanannya setelah itu keduanya berkeliling alun-alun Purworejo. Tama memarkir mobilnya persis di sebelah alun-alun, tepatnya di depan masjid agung. Lalu keduanya berjalan menuju ke stand kuliner malam yang banyak berada di pojok alun-alun. Ratna membeli jagung susu sedangkan Tama memilih membeli es teh cup. Mereka kemudian berjalan-jalan keliling alun-alun.

"Mas, di Samarinda enak nggak?" tanya Ratna.

"Enak, tapi karena nggak ada kamu enaknya jadi nggak kerasa," kata Tama.

"Ih serius, aku masih belum percaya nih bakal jauh dari rumah," jawab Ratna.

"Enak nggak enak Mas akan usahakan biar enak. Kalau memang nanti kamu nggak betah di sana jangan sungkan untuk minta pulang. Mas nggak papa sendiri ketimbang nanti kamu malah nggak nyaman," kata Tama.

"Tapi aku nggak rela pergi jauh-jauh. Kalau kemarin kan kita baru pacaran tapi ini kan udah beda. Suka nggak suka aku harus suka. Ibu juga sering bilang gitu kok. Setelah seorang wanita menikah, dia bukan lagi anak dari orang tuanya. Dia bukan juga tanggung jawab orang tuanya tapi sepenuhnya milik suaminya. Ya kali aku malah enak-enakan di sini sedangkan Mas di sana sendirian, nggak ah lebih nggak tega bayangin kita jauh-jauhan," kata Ratna.

"Mas kan di Samarinda nggak selamanya Ratna, suatu saat nanti Mas akan pulang kok. Entah dapat tempat di Magelang atau di Jogja atau di mana pun itu nanti Mas pasti akan pulang ke Jawa," kata Tama.

"Nggak ah aku pengen ikut dulu, masa iya sih Mas baru nikah belum ada seminggu udah harus ditinggal jauh. Aku nggak bisa, aku nggak sekuat itu kayanya," kata Ratna.

"Sungguh aku nggak salah nikahin kamu dek, kamu adalah yang terbaik. Makasih ya sudah kasih kesempatan buat Mas," kata Tama yang kini memeluk Ratna dari belakang.

"Mas, malu di liatin orang-orang."

"Kamu tau nggak gimana caranya biar nggak malu pelukan di depan umum?" tanya Tama.

"Gimana caranya?"

Tama kemudian menarik handphonenya yang sedari tadi ada di dalam saku celana. Dia membuka aplikasi kamera kemudian memberikannya pada Ratna. Ratna yang mengerti langsung tersenyum, dia mengambil alih handphone suaminya dan keduanya sibuk berfoto.

Baru ini Ratna tidak mengeluhkan perbedaan postur tubuhnya dan Tama. Mereka memang benar-benar terlihat seperti kakak adik, apalagi Tama masih memanggilnya dengan sebutan "dek" dan Ratna dengan sebutan "mas" jadi orang tidak jijik melihat mereka berpelukan atau bergandengan tangan. Setidaknya mereka tidak akan dikira ABG baru kenal cinta yang baru pacaran seminggu panggilannya sudah ayah bunda.

Selesai foto-foto, Ratna mengembalikan handphone Tama. Dia agak kaget ketika melihat wallpaper Tama. Bukan wajahnya, bukan juga foto pernikahan mereka. Melainkan foto punggung Ratna yang mulai melajukan motornya menjauh. Kalau Ratna tidak salah, foto ini pasti dia ambil ketika mereka makan malam bersama secara dadakan di pertemuan ketiga mereka.

"Sejak detik itulah Mas merasa yakin kamulah orangnya, Na," kata Tama berbisik lembut di telinga Ratna.

"Tapi kenapa Mas nggak langsung chat aku aja kalau ketika itu Mas sudah suka sama aku?" tanya Ratna.

"Karena Mas masih lihat laki-laki lain di lockscreen kamu," kata Tama.

"Ternyata aku bodoh ya, andai aku nggak pasang foto itu jadi lockscreen handphone. Untung Mas nggak mundur, jadi aku nggak perlu mengutuk diri sendiri," kata Ratna.

"Nggak perlu menyesal, itu masa lalumu. Toh Mas yakin masa depanmu cuma sama Mas. Lagi pula yang fotonya ada di lockscreen belum tentu akan ada di buku nikah juga, iya kan?" kata Tama.

"Yang ada di buku nikahku, di dompetku, di rumahku, di hatiku dan di doaku cuma akan ada Mas seorang, nggak yang lain," kata Ratna membuat Tama sekali lagi jatuh cinta pada si mungil menggemaskan Adiratna.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Nah itu tau 😄😄👍👍

2024-03-22

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Waahh di skip,Udah nikah aja ya..😂😜

2024-03-22

0

Sugianto

Sugianto

tul..tul...betul

2021-12-29

0

lihat semua
Episodes
1 1. Tama dan Masa lalunya
2 2. Ratna dan Masa Depannya
3 3. Calon Suami
4 4. Pernikahan
5 5. Rumah Baru
6 6. Tugas Pertama
7 7. Back to Work
8 8. Tempat Baru
9 9. Curhat
10 10. Kunjungan Bapak Ibu
11 11. Betah
12 12. Stres
13 13. Pertanyaan Mama
14 14. Satyalencana
15 15. Pamer
16 16. Melepaskan
17 17. Bencana
18 18. Berita Besar
19 19. BonBon
20 20. Berkah
21 21. Sandera
22 22. Kehilangan
23 23. Rapuh
24 24. Selingkuhan Tama
25 25. Teguran
26 26. Undangan
27 27. Keluarga Besar Ratna
28 28. Pantai
29 29. Tamu tak Diundang
30 30. Marah
31 31. Liburan ke Jakarta
32 32. Berlebihan
33 33. Keinginan
34 34. Mantan
35 35. Suami Hebat
36 36. LDR
37 37. Mereda
38 38. Teman lama
39 39. Hari pertama
40 40. Teman baru
41 41. Impas
42 42. Nama Itu
43 43. Kabar Dari Jauh
44 44. Melayat
45 45. Sakit
46 46. Perseteruan Semakin Panas
47 47. Masih marah
48 48. Pembalasan
49 49. Mempersiapkan Sesuatu
50 50. Kenyataannya
51 51. Emosi
52 52. Kehadiran Kembali
53 53. Kegagalan
54 54. Berontak
55 55. Menyerah
56 56. Persiapan Pindah
57 57. Proses Pindah
58 58. Berpamitan
59 59. Bersiap Untuk Pergi
60 60. Good Bye
61 61. Pengalaman Pertama
62 62. Mohon Izin
63 63. Kenangan Kencan Pertama
64 64. Main Ke Rumah Bapak
65 65. Suasana Baru
66 66. Bertemu Kembali Dengan Masa Lalu
67 67. Terjebak
68 68. Merawat Bapak
69 69. Tugas Istri Abdi Negara
70 70. Dituntut Pasien
71 71. Hasil Check Up
72 72. Hukuman
73 73. Morning Sickness
74 74. Dua Residen Baru
75 75. Cewek Gatel
76 76. Istri Yang Cemburu
77 77. Ikut Merasakan
78 78. Double Date Dadakan
79 79. Ketahuan
80 80. Ngidam
81 81. Nama Si Kecil
82 82. Lupa
83 83. Jago Tembak
84 84. Berat
85 85. Selamat Datang Aksara
86 86. Memohon Maaf
87 87. Hilang Raguku, Sayang
88 88. Nama Itu Disebut Lagi
89 89. Lubang di Hati
90 90. Kedatangan Sindy
91 91. Sadar Akan Kesalahan
92 92. Selapanan
93 93. Ngambek
94 94. Pengabdian Bhayangkariku
95 95. Keputusan Ratna
96 96. Bertengkar Lagi
97 97. Pengalaman Baru Tama
98 98. Hari Pertama Kerja
99 99. Piknik
100 100. Kembali Bertugas
101 101. Merindukanmu
102 102. Ucapan Terima Kasih
103 103. Ayah Pulang
104 104. Keseharian Ratna
105 105. Perubahan Istriku
106 106. Ke Rumah Nenek
107 107. Memberi Kesempatan
108 108. Mulai Berjalan
109 109. Kelelahan
110 110. Terjebak Masa Lalu
111 111. Kembali ke Gegana
112 112. Orang Aneh
113 113. Ulang Tahun Tama
114 114. Kekacauan
115 115. Tuduhan Tidak Benar
116 116. Abdi Negara Yang Setia
117 117. Maafkan Mama
118 118. Penculikan
119 119. Pergi Dengan Tenang
120 120. Kisah Tama dan Ratna
121 121. Ini Bukanlah Akhir
122 Epilog 1
123 Epilog 2
124 New Project
125 Short Story 1. Persiapan Puasa
126 Short Story 2. Ayah yang Sibuk
127 Short Story 3. Karena Tugas
128 Short Story 4. Rencana Mudik
129 Short Story 5. Malam Takbir
130 Short Story 6. Mudik
131 Short Story 7. Berkumpul
132 Sequel???
Episodes

Updated 132 Episodes

1
1. Tama dan Masa lalunya
2
2. Ratna dan Masa Depannya
3
3. Calon Suami
4
4. Pernikahan
5
5. Rumah Baru
6
6. Tugas Pertama
7
7. Back to Work
8
8. Tempat Baru
9
9. Curhat
10
10. Kunjungan Bapak Ibu
11
11. Betah
12
12. Stres
13
13. Pertanyaan Mama
14
14. Satyalencana
15
15. Pamer
16
16. Melepaskan
17
17. Bencana
18
18. Berita Besar
19
19. BonBon
20
20. Berkah
21
21. Sandera
22
22. Kehilangan
23
23. Rapuh
24
24. Selingkuhan Tama
25
25. Teguran
26
26. Undangan
27
27. Keluarga Besar Ratna
28
28. Pantai
29
29. Tamu tak Diundang
30
30. Marah
31
31. Liburan ke Jakarta
32
32. Berlebihan
33
33. Keinginan
34
34. Mantan
35
35. Suami Hebat
36
36. LDR
37
37. Mereda
38
38. Teman lama
39
39. Hari pertama
40
40. Teman baru
41
41. Impas
42
42. Nama Itu
43
43. Kabar Dari Jauh
44
44. Melayat
45
45. Sakit
46
46. Perseteruan Semakin Panas
47
47. Masih marah
48
48. Pembalasan
49
49. Mempersiapkan Sesuatu
50
50. Kenyataannya
51
51. Emosi
52
52. Kehadiran Kembali
53
53. Kegagalan
54
54. Berontak
55
55. Menyerah
56
56. Persiapan Pindah
57
57. Proses Pindah
58
58. Berpamitan
59
59. Bersiap Untuk Pergi
60
60. Good Bye
61
61. Pengalaman Pertama
62
62. Mohon Izin
63
63. Kenangan Kencan Pertama
64
64. Main Ke Rumah Bapak
65
65. Suasana Baru
66
66. Bertemu Kembali Dengan Masa Lalu
67
67. Terjebak
68
68. Merawat Bapak
69
69. Tugas Istri Abdi Negara
70
70. Dituntut Pasien
71
71. Hasil Check Up
72
72. Hukuman
73
73. Morning Sickness
74
74. Dua Residen Baru
75
75. Cewek Gatel
76
76. Istri Yang Cemburu
77
77. Ikut Merasakan
78
78. Double Date Dadakan
79
79. Ketahuan
80
80. Ngidam
81
81. Nama Si Kecil
82
82. Lupa
83
83. Jago Tembak
84
84. Berat
85
85. Selamat Datang Aksara
86
86. Memohon Maaf
87
87. Hilang Raguku, Sayang
88
88. Nama Itu Disebut Lagi
89
89. Lubang di Hati
90
90. Kedatangan Sindy
91
91. Sadar Akan Kesalahan
92
92. Selapanan
93
93. Ngambek
94
94. Pengabdian Bhayangkariku
95
95. Keputusan Ratna
96
96. Bertengkar Lagi
97
97. Pengalaman Baru Tama
98
98. Hari Pertama Kerja
99
99. Piknik
100
100. Kembali Bertugas
101
101. Merindukanmu
102
102. Ucapan Terima Kasih
103
103. Ayah Pulang
104
104. Keseharian Ratna
105
105. Perubahan Istriku
106
106. Ke Rumah Nenek
107
107. Memberi Kesempatan
108
108. Mulai Berjalan
109
109. Kelelahan
110
110. Terjebak Masa Lalu
111
111. Kembali ke Gegana
112
112. Orang Aneh
113
113. Ulang Tahun Tama
114
114. Kekacauan
115
115. Tuduhan Tidak Benar
116
116. Abdi Negara Yang Setia
117
117. Maafkan Mama
118
118. Penculikan
119
119. Pergi Dengan Tenang
120
120. Kisah Tama dan Ratna
121
121. Ini Bukanlah Akhir
122
Epilog 1
123
Epilog 2
124
New Project
125
Short Story 1. Persiapan Puasa
126
Short Story 2. Ayah yang Sibuk
127
Short Story 3. Karena Tugas
128
Short Story 4. Rencana Mudik
129
Short Story 5. Malam Takbir
130
Short Story 6. Mudik
131
Short Story 7. Berkumpul
132
Sequel???

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!