Athena meyakinkan dirinya kalau apa yang dilihatnya cuma khayalan saja. Karena kejadian traumatis yang dialaminya. Terkurung sendirian disekolah hingga menjelang malam, akhirnya membuat imajinasinya menciptakan seorang teman khayalan.
Enak banget, punya teman imajiner seorang cowok ganteng, batin Athena senyum-senyum sendiri.
Mungkin karena ketakutan sendiri membuat gadis itu menciptakan teman khayalan untuk menemani, memilih nama Axel karena melihat nama di buku itu, berwajah ganteng tubuh atletis memang khayalan semua gadis remaja.
Hmmm... normal dan masuk akal, batin Athena.
Tapi bukannya ketemu Axel dulu, baru baca nama di buku?
Kenapa bisa kebalik?
Hmm... mungkin tadinya sudah sempat sadar, melihat buku itu lalu pingsan lagi...hmm.. mungkin saja..
Tapi apa iya udah setua ini masih bisa muncul teman imajiner? bukan nya itu cuma bisa terjadi di masa anak-anak? batin Athena lagi.
Gadis itu ingin membuka laptop ingin mencari tau artikel tentang teman imajiner, tapi teringat kalau sekarang waktunya mandi dan bersiap-siap untuk ke sekolah. Gadis itu berjalan ke kamar mandi dengan mengendap-endap seolah-olah takut ketahuan Axel.
Seperti seorang agen rahasia yang masuk ke sarang musuh berjalan pelan, menempel di dinding melihat ke kanan dan ke kiri, mengendap-endap, mengendus-endus, ups.. emangnya doggy.
Setelah yakin tidak melihat Axel, gadis itu segera masuk ke kamar mandi. Segera ingin melepas pakaiannya.
Tunggu dulu, katanya biar nggak bisa liat, aku harus baca do'a dulu, batin Athena.
Gadis itu membaca di dalam hatinya, meski masih bingung dan tidak begitu percaya dengan ucapannya tapi Athena memilih untuk mempercayai ucapan laki-laki itu, karena emang nggak ada pilihan lain.
Berarti gua emang percaya kalau Axel itu beneran ada? batin Athena.
"Huaa.. ha..ha.. binguuung sebenarnya beneran ada apa nggak sih? apa gua bener-bener gila?" jerit Athena di kamar mandi.
Gadis itu menepuk-nepuk pipinya berulang kali.
"Sadar..., sadar..., sadar..., masih muda udah gila..., hua..., ha.., nggak mau gila" ucap Athena sambil terus menangis.
Terdengar gedoran pintu kamar Athena, gadis itu langsung melongok dari kamar mandi. Kembali terdengar suara mamanya memanggil nama gadis itu.
"Kamu kenapa sih? kok jerit-jerit gitu?" ucap mama Athena.
"Nggak ma.., Athena lagi nyanyi di kamar mandi" jerit Athena.
"Nyanyi apa? nyanyi kok kayak gitu, cepatlah mandinya nanti kamu keburu telat" ujar mama Athena.
"YA Maaa.., " jerit Athena.
Segera Athena mempercepat ritual mandinya, gara-gara memikirkan Axel gadis itu jadi terburu-buru mandi tanpa menikmatinya sama sekali.
Saat duduk di meja makan, tangan mama Athena langsung menempel di jidat Athena. Diam sesaat lalu melepaskannya kembali, Athena pasrah saja.
"Kamu nggak sakit kan? mama takut kamu kesurupan hantu sekolah itu?" tanya mama Athena.
"Haaa..., mama jangan gitu sih, Athena jadi takut" ucap Athena dengan ekspresi yang super takut, wajahnya jadi aneh, lebih jelek dari hantu.
Kalau hantu liat pasti langsung mendaftar jadi Miss perhantuan karena merasa lebih cantik. Papa Athena langsung tertawa melihat anaknya yang benar-benar mempercayai ucapan mama Athena.
"Takut apa? kalau kamu mewek gitu, wajahmu lebih jelek dari pada hantu, hantu aja takut liat kamu" ucap mamanya lagi.
Papa Athena tertawa lagi. Athena makin jadi tangisnya.
"Udah-udah jangan nangis lagi, nanti wajahmu jelek permanen, nggak bisa balik lagi" lanjut papa Athena.
"Kok papa malah nambahin siiiih" jerit Athena.
Dasar ortu nggak pengertian, orang lagi takut beneran malah diketawain, jerit batin Athena.
Setelah acara sarapan selesai Athena buru-buru ke kamarnya mengambil tas yang berisi buku-buku Axel. Athena bertekad ingin mengembalikan tas itu. Athena ingin mencari orang yang bernama Axel Cullen di kelas X IPA 1 itu, mengembalikan tas nya lalu melupakannya. Kecuali kalau orangnya bener-bener ganteng.
Athena mencium pipi papanya saat mau turun dari mobil, papa Athena tersenyum sambil mengucek rambut anak gadisnya.
"Nanti pulang mau papa jemput atau nggak?" tanya papa Athena.
Athena menggelengkan kepalanya, papa Athena langsung pamit berangkat ke kantornya.
Gadis itu berjalan menelusuri jalan menuju sekolahnya. Athena memang sengaja tidak turun di depan gerbang sekolah. Gadis itu tidak terbiasa memamerkan kekayaan orang tuanya. Diantar dengan mobil berharga milyaran itu mungkin akan membuat cowok-cowok ngiler mendekatinya.
Athena tidak mau orang berteman dengannya karena harta, hidupnya sama sekali tidak berorientasi pada harta. Harta cuma penunjang, bukan untuk mendongkrak status.
Papa Athena juga seperti itu, meski menjadi CEO diperusahaannya hingga kini tak ingin menggunakan sopir. Papa Athena merasa lebih leluasa kemana-mana sendiri, kalau pake sopir berarti harus menggaji, hi..hi..hi.. pelit banget.
Nggak lah keluarga itu memang keluarga yang kaya namun sederhana. Mama Athena lebih parah lagi, menggunakan angkutan umum, berbelanja di pasar tradisional. Kalau sudah menawar, alotnya minta ampun. Athena suka dibikin pusing atau lebih tepatnya malu dengan tingkah mamanya.
Tapi nggak juga, semua pedagang sayur langganan mama Athena sudah paham dengan sifat nyonya kaya itu. Saat Athena bertanya kenapa begitu gencar menawar jawabnya..,
"Kepuasan batin"
Athena menepuk jidat, gimana enggak, untuk menurunkan harga seribu perak aja, mama Athena bertahan sampai kaki Athena pegel, hingga menemukan kesepakatan harga, kadang gadis itu jongkok dulu, baca koran dulu, ngebakso dulu, bahkan tidur dulu.
Udah gitu.. kalau udah berhasil anaknya langsung ditinggal, hi..hi..hi...
"Pelit, dasar mama ini pelit. Udah nyari yang diskonan obralan lagi" jerit Athena.
Mama Athena hanya tertawa mendengar protes anaknya. Pelit? seperti sudah ditulis di atas, para pedagang sudah paham dengan sifat nyonya kaya itu, meski alot dalam menawar tapi mereka tidak mencap nyonya itu sebagai seseorang yang pelit. Setelah berhasil menurunkan harga seribu, wanita kaya itu justru tidak menerima kembalian.
"Kalau gitu nggak usah ditawar" jerit Athena frustrasi.
Mama Athena tertawa.
Kembali ke laptop, bukan.. kembali ke Athena, hari ini gadis itu berniat mengembalikan tas ransel milik anak kelas X IPA 1 itu. Athena mengira-ngira seperti apa orangnya, kalau dilihat dari tulisannya yang keren dan rapi, kayaknya seperti seorang kutu buku.
Athena langsung membayangkan tampilan kutu buku, kaca mata itu pasti, celana cingkrang, rambut klimis model jadul.
"Bodo amatlah, yang penting tas ini harus gua balikin, gara-gara tas ini gua berhalusinasi ketemu cowok ganteng huh.. sebel" ucap Athena bicara sendiri.
Setelah menemukan kelas yang dicari Athena justru makin sebel.
"Nggak ada kaaaak, di sini nggak ada murid yang namanya Axel coolant" ucap junior cewek itu.
"CULLEN !!! coolant... coolant emang merk minuman" sahut Athena.
"Ya gitu lah... nggak ada yang namanya itu, yakin seribu persen" ucap junior itu.
Athena termangu jelas-jelas di buku itu tertulis
Nama : Axel Cullen
kelas : X IPA 1
Gadis-gadis junior berebut ingin membuktikan, mereka terkagum-kagum melihat tulisan yang rapi dan keren itu.
"Mungkin sekolahnya bukan di sini kali kak" ucap salah seorang adik kelas itu.
"Iya kali ya.. boleh pinjem catatannya nggak kak ?" tanya gadis itu cengengesan.
Athena langsung meraih buku itu dan pergi.
"Huu.. PELIT" teriak anak-anak junior itu.
"BIARIN !!!" teriak Athena membalas.
Baru kali ini dia bangga di bilang pelit, Athena baru bisa merasakan sensasinya dipanggil pelit. Pantesan mamanya bertahan dengan gelar kehormatannya itu.
Athena berjalan pelan kembali ke kelasnya, sambil berpikir kemungkinan yang diucapkan anak-anak tadi. Kalau pemilik buku bukan berasal dari sekolah ini.
Tapi kenapa bisa ada di rooftop? batin Athena.
Duk !!..
Seorang cowok menyenggol bahu Athena, membuat buku-buku yang masih dipegangnya jatuh berhamburan. Yang menyenggol cuma cengengesan sambil terus berlari. Athena jongkok memunguti buku-buku milik Axel. Seseorang membantunya memunguti, lalu menyerahkannya pada Athena.
Evan? jerit hati Athena.
Gadis itu terdiam mematung, baru kali ini menatap wajah ganteng laki-laki itu dari dekat. Matanya, hidungnya, bibirnya.
"Maafin temen saya ya?" ucap laki-laki itu.
Athena cuma bengong, tak membalas ucapan kapten tim basket sekolah itu. Evan kembali tersenyum menyaksikan ekspresi Athena. Hal seperti itu sudah biasa dihadapinya, cewek-cewek akan langsung termangu saat memandang senyum manisnya.
Akhirnya Evan memutuskan untuk melanjutkan kegiatannya, meninggalkan Athena yang masih kehilangan ruh nya, kabur meninggalkan tubuh gadis yang sekarang terlihat seperti idiot itu.
Setelah laki-laki itu tak terlihat lagi barulah Athena tersadar. Langsung memukulkan buku itu ke keningnya.
Bodoh.. bodoh.. bodoh.. kenapa nggak membalas ucapannya? kenapa diam saja? bukannya kamu ingin lebih akrab dengannya? katakan sesuatu bodoh... bilang terima kasih.. gitu?
selamat pagi..
hai.. ,
kenalkan..,
kamu baik sekali..
Aku cinta padamu... aaahh..
Athena masih akan terus memukulkan buku itu ke keningnya, jika dia tidak mendengar suara tawa dari gadis-gadis junior kelas X IPA 1 itu.
Gadis itu melangkah dengan tergesa-gesa, mukanya merah menahan malu. Sesampai dikelasnya gadis itu menarik dan menghembuskan nafas berkali-kali, seperti sedang melakukan teknik pernafasan yoga. Namun, perasaan gadis itu masih belum tenang juga.
Gadis itu akhirnya kesal lalu menghentikan yoga-nya, percuma, perasaan nya masih kesal bercampur malu, mau melakukan yoga, yogi, yono, tetap saja tak bisa menghilangkan frustrasinya.
"Napa sih loe? kusut amat" sapa Kimmy.
Athena langsung melempar tas ransel Axel ke lantai lalu duduk di kursi sekolahnya, menelungkupkan wajahnya di meja.
"Tas siapa ini?" lanjut Kimmy tak peduli Athena yang terlihat frustrasi.
"Kim..., kalau aku masuk rumah sakit jiwa kamu temenin aku ya" ucap Athena mewek.
"Ogah" ucap Kimmy kontan.
"Huaa.. ha.. maksud gua bukan nemenin tapi lu tetep jadi temen gue yaaa?" pinta Athena.
"Napa si loe?" ulang Kimmy bertanya.
"Kalo gue gila, lu usaha obatin gue yaaa.., jangan dibiarin gila" lanjut Athena dengan ekspresi menyedihkan.
Kimmy ketawa cekikikan mendengar wasiat Athena. Sahabatnya itu memang manja, mungkin karena anak satu-satunya. Kalau ada masalah gadis itu akan langsung merengek aneh-aneh.
Pernah minta ditemani berenang di kolam anak-anak, nonton film yang nggak laku, beliin kembang tujuh rupa, makanan Itali tujuh rasa, nah.. kalau yang terakhir Kimmy setuju dan semangat memenuhi keinginan Athena.
Tapi kali ini lebih aneh lagi minta diobati kalau dia gila.
"Itu sih bukan tugas gua, konsul sama dokter syaraf sana" ucap Kimmy mengelak.
Athena kembali menelungkupkan wajahnya.
"Kejam.., teman satu-satunya, jelek, nggak berguna lagi" ucap Athena masih telungkup di meja.
Kimmy langsung mencekik tengkuk gadis itu, becanda maksudnya bukan beneran.. bisa ganti genre kalau beneran he...he..he..
"Aduh..., aduh.., berhenti..., dasar psikopat" teriak Athena.
Kimmy menjulurkan lidahnya.
Bel berbunyi, pelajar-pelajar mulai masuk ke kelas. Athena menjalani kegiatan belajar mengajarnya dengan pikiran yang melayang-layang. Banyak alasan yang menyebabkan gadis itu menolak konsentrasi pada pelajaran pagi ini. Axel yang ganteng, Evan yang tampan dan pelajaran yang membosankan.
Pelajaran Sejarah membuat gadis itu lebih memilih tidur daripada menghabiskan energinya bertahan membuka mata. Itu adalah pekerjaan sia-sia katanya. Hasilnya, saat pembagian raport nilai sejarah gadis itu membuat kedua orang tuanya menggelengkan kepala, gadis itu hanya menjawab..
"Masa lalu, biarlah berlalu" ucapnya sambil berlalu meninggalkan masa lalu.
Kedua orang tuanya menghembuskan nafas panjang.
"Pelajaran sejarah di bilang masa lalu, tapi benar juga sih mana ada sejarah itu masa depan" ucap mama Athena sendirian.
Athena melangkahkan kaki meninggalkan gerbang sekolah, gadis itu pulang menggunakan angkutan umum. Sambil melangkah pikirannya melayang, hm.. pikirannya melayang melulu... jangan-jangan emang nggak punya pikiran, tapi ngakunya melayang.
Nggak lah, kali ini emang pikirannya melayang. Too much happened.. hari-hari yang biasanya flat, sekarang tiba-tiba bergelombang membuat gadis itu merasa belum siap menghadapi kenyataan yang begitu pahit ini.. hu..hu..hu..
Sekarang, dia terpaksa menenteng dua tas. Satu, tasnya sendiri yang ketinggalan tadi malam. Dua, tas Axel yang ketinggalan entah sejak kapan.
Kayak orang gila, bawa tas sampai dua-dua?
kenapa sekarang pikirkan gua nyerempet-nyerempet ke gila melulu ya?
Abisnya nggak masuk akal sih ? bisa ketemu cowok itu, di rooftop sekali, dikamar sekali, satu nya pas malam, satunya pas pagi.
Athena berpikir serius, seriuus banget kayak lagi mikirin negara.
Kalau emang teman imajiner, berarti bisa muncul kapan gua mau dong?
Tapi kok Axel datang tidak diundang pulang tidak diantar?
Hiiii... beneran kayak hantu, tapi bisa apa dia? punya kekuatan apa dia?
Paling bisanya ngintip orang doang, huh.., rugi.., rugi.., rugi.., gua harus minta ganti rugi..,
Tapi tadi pagi dia mau lepasin baju.., biar impas katanya hii..., tetap aja gua yang rugi, rugi dua kali..
Sore menjelang senja Athena sampai dengan selamat di ranjang empuknya. Tanpa melepas seragamnya lebih dulu gadis itu langsung membuka tas ransel laki-laki itu. Duduk di ranjang sambil mengamati catatan demi catatan, tulisan demi tulisan, berharap bisa menemukan sesuatu.
Alamat sekolahnya atau apa saja yang bisa dijadikan petunjuk untuk menemukan pemilik buku itu. Athena memperhatikan dengan teliti.
"Hai"
" Aaaaapppfff" Athena menjerit namun dengan cepat Axel membekap mulut Athena.
Laki-laki tampan itu menyilangkan jari telunjuknya di bibir sambil mengangguk. Athena akhirnya ikut mengangguk setuju kalau dia tidak akan menjerit lagi.
Axel melepaskan bekapannya, sambil duduk di hadapan Athena, begitu dekat cuma sejengkal. Axel tersenyum, Athena terpaku memandang senyum manis itu.
"Kamu suka terpaku memandang cowok ganteng yah" tanya Axel kepedean.
Athena menggelengkan kepala, buru-buru menyadarkan dirinya.
"Ngapain kamu duduk di sini, sana berdiri" teriak Athena saat menyadari laki-laki itu duduk di ranjang bersamanya.
"Berdiri sambil duduk boleh nggak?" tanya Axel.
"Haaaa.. " gadis itu frustrasi, teman imajinernya benar-benar menguji kesabaran.
Gadis itu melempar bantal, laki-laki itu patuh langsung berdiri tapi tetap di atas ranjang..hi..hi..hi..
"Huaa.., ha..,ha..," gadis itu menangis, Axel turun dari ranjang.
"Kenapa muncul sekarang?" tanya Athena.
"Kamu kangen sama aku ya? aku selalu didekatmu kok dari semalam hingga sekarang" ucap Axel sambil bersandar di meja belajar.
"Haaa.." ucap gadis itu heran lagi.
"Haaa.., haaa.., nggak ada kata-kata lain?" tanya Axel.
"Sebenarnya kamu siapa?" tanya Athena.
Axel menarik name tag.
"Bukan itu, siapa kamu? anak siapa? sekolah di mana? ngapain nongol di sini? jawab itu dulu" jerit Athena.
"Nggak tau, aku nggak ingat apa-apa, nongol di sini karena ikut kamu, kan cuma kamu yang bisa liat aku" jawab Axel.
Athena mengernyitkan keningnya, menggigit bibirnya. Axel memandang bibir itu, mendekat, semakin dekat, hendak mendaratkan bibirnya mengecup bibir Athena. Sejenak gadis itu diam terpaku.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Neno
lebih jelek dari hantu😂😂😂
gimana donk
2022-07-12
1
pensi
haha .. ditambah lagi sama papahnya 🤣
2022-02-27
0
pensi
mamahnya ya ampun😑
2022-02-27
0