Five

"Gib, semua udah beres. Gua udah hajar geng Xevior angkatan lima, empat sama tiga. Tinggal angkatan dua dan satu aja yang belum kita basmi," lapor Kenzo kepada Gibran.

Gibran menyunggingkan senyum miring. "Bagus. Kita serang markas mereka besok malam. Latih anak buah kita untuk persiapan besok malam!" perintah Gibran.

"Baik!"

Kenzo berujar tegas, dia berbalik dan keluar dari ruang kerja Gibran. Setelah kepergian Kenzo, Gibran mengambil ponselnya lalu menekan beberapa digit nomor. Kemudian menempelkan benda persegi panjang itu ke telinga kanannya.

Tidak butuh waktu lama sambungan telefon tersambung. Orang di seberang sana memulai obrolan.

"Ada apa'an lo nelfon gua?"

"Geng gua udah hajar angkatan lima, empat, sama tiga seperti yang lo minta. Tinggal serang markas utama, dan semuanya selesai," kata Gibran dingin.

Terdengar gelak tawa di seberang sana. "Hahaha. Bagus, bagus. Lo emang saudara gua yang paling the best!" ujarnya memuji.

Gibran tetap berwajah datar. "Gua tutup telfonnya," kata Gibran, lalu tanpa basa-basi lagi dia memutus sambungan telefon antara dia dan Marcell.

Pemuda tampan itu menyenderkan punggungnya ke kursi kerjanya. "Nggak habis pikir gua sama si Marcell, kenapa dendam banget si sama Geng Xevior?" gumam Gibran menghela nafasnya.

Dia sebenarnya tidak ingin melakukan ini semua. Tapi jika bukan karena Marcell saudara tirinya, tak sudi dia diperintah seperti ini. Apalagi menyerang geng lain hanya karena alasan sepele. Cih.

...***...

Sekarang adalah malam yang ditunggu-tunggu oleh Marcell. Malam ini ia akan melakukan penyerangan kepada Geng Xevior.

Saudara tirinya alias Gibran sedang meneliti perlengkapan yang akan dibawanya bersama dengan para anggotanya. Dirasa semua sudah lengkap dia berseru dingin, tapi terselip nada tegas dalam ucapannya.

"Lima orang tetap ada di sini. Jaga-jaga supaya mereka nggak kabur. Dan yang lainnya ikut gua ke Markas Xevior, kita serang mereka semua!"

"Kalian siap?" ujar Gibran.

"Siap, Bos!" balas mereka serentak.

Gibran menyeringai kecil. "Pertarungan dimulai."

...***...

Geisya duduk di ruang tamu dengan camilan di tangannya. Dia sedang menonton kartun yang berbentuk kotak, berwarna kuning dan hidup di laut bersama bintang laut juga seekor gurita sebagai tetangganya.

Tiba-tiba Gevano datang sambil berjalan menuruni tangga tergesa-gesa.

"Bang, mau ke mana?" teriak Geisya.

"Keluar." Gevano menjawab tanpa menatap Geisya. Dia sedang terburu-buru sekarang. Ada keadaan darurat yang harus ia tangani secepatnya.

Geisya yang mendengar itu langsung berdiri. "Ikut!"

Gevano menoleh cepat ke arah Geisya. Lalu menggeleng keras menolak permintaan Geisya untuk ikut. Bisa bahaya jika adiknya ikut. Lebih baik ia meninggalkan Geisya di sini seorang diri dari pada membawanya ke Markas yang akan menjadi pertarungan antara Gengnya dan Geng Dragster. Geisya bisa saja terluka jika ikut.

"Enggak. Lo di sini aja, gue cuma sebentar kok."

"Geisya mau ikut!" kekeuh Geisya mulai berjalan mendekat ke arah Gevano.

Gevano berdecak, lalu tanpa kata dia menarik tangan Geisya. Sudah tidak ada waktu lagi jika harus berdebat dengan Geisya.

Gevano membuka pintu mobilnya. Lalu menyuruh Geisya untuk cepat masuk. Setelah itu dia menghidupkan mesin dan mulai melajukan mobilnya keluar Mansion.

Mata Gevano melirik ke arah adiknya yang hanya memakai celana pendek pakaian rumahan, dan sendal kelinci pink. Ia bercedak, lalu tangannya bergerak untuk mengambil hodie jaketnya yang berada di jok belakang.

Matanya tetap fokus ke depan. Setelah mendapatkan yang ia mau. Gevano kembali duduk tenang, lalu melemparkan hodie itu ke paha Geisya.

"Pake!" kata Gevano tegas tanpa melihat Geisya.

Geisya langsung memakai hodie pemberian Gevano tanpa membantah. Karena ia tau bahwa suasana hati Gevano sedang tidak baik.

Tiba di Markas Xevior, Gevano bergegas turun. Geisya ikut turun mengikuti langkah kakaknya. Dia berdecak kagum melihat Rumah mewah di depannya ini. Kira-kira ini Mansion milik siapa ya? Begitu kira-kira pikiran Geisya.

Gadis itu semakin terperangah melihat isi Mansion ini. Padahal Mansionnya juga tak kalah mewah. Tapi melihat Mansion milik orang lain membuat gadis itu bagai orang yang tak pernah melihat hal mewah.

"Bang, ini Rumah siapa?" bisik Geisya kepada Gevano. Dia memegang tangan kakaknya agar tidak tersesat.

"Milik gue," jawab Gevano singkat.

Geisya yang tadinya sedang melihat-lihat interior design Mansion ini langsung mendongak menatap wajah kakaknya dengan pandangan sulit ditebak.

Lalu setelahnya Geisya tertawa keras, membuat Gevano memandang aneh adiknya.

"Kenapa lo ketawa?" tanyanya.

Geisya sedikit meredakan tawanya. Lalu menatap wajah heran kakaknya.

"Abang kalo ngayal ternyata lebih tinggi dibandingkan Geisya ya?" katanya tertawa lagi.

Gevano mendatarkan wajahnya. "Nggak percaya ya udah." Ia kembali melanjutkan langkahnya dengan tangan yang menarik tangan Geisya.

Gadis itu sudah tidak tertawa lagi. Ia kembali melihat-lihat design Mansion ini dengan pandangan kagum.

Sampai di ruang utama, Gevano berhenti. Geisya yang berjalan di belakang kakaknya tidak tau kalau Gevano berhenti. Alhasil dia menabrak punggung tegap kakaknya.

"Aduh," Geisya mengelus kening. "Bang Vano kalo mau berhenti bilang-bilang dong! Biar Geisya bisa ngerem!" kesalnya.

Anggota Xevior yang sejak tadi diam, langsung menatap ke arah belakang Gevano. Mereka penasaran dengan pekikan imut yang berasal dari balik punggung Gevano.

"Gev, lo bawa siapa?" tanya Aksel.

"Adek gue," jawab Gevano singkat.

Mendengar suara seseorang, Geisya mulai penasaran. Dari suaranya sudah bisa ia simpulkan, bahwa itu adalah seorang cogan! Maka tidak usah disuruh dua kali, Geisya langsung menyembulkan kepalanya di balik punggung sang kakak.

Geisya salah. Dia pikir jika di sini ada seorang cogan. Tapi ternyata bukan seorang. Melainkan lebih dari satu spesies cogan ada di sini! Ya ampun. Mimpi apa Geisya bisa bertemu cogan sebanyak itu.

Mata bulatnya berbinar cerah melihat sekumpulan cogan yang kini tengah menatapnya juga dengan pandangan gemas. Gevano yang mengamati raut adiknya memutar bola matanya jengah.

Sudah ia duga reaksi yang akan Geisya berikan. Inilah alasannya kenapa dia tidak pernah membawa Geisya kemari. Karena gadis itu pasti akan melakukan hal aneh jika sudah bertemu dengan cowok yang menurutnya tampan.

"Jaga sikap!" kata Gevano penuh penekanan.

Lalu pemuda jangkung itu berjalan menuju sofa single. Diikuti oleh adiknya yang masih menatap satu persatu cogan di sana.

Selain rumahnya yang mewah, dan barang-barangnya yang mahal. Ternyata di sini juga tempat kumpul para cogan ya. Kenapa kakaknya tidak pernah mengajaknya ke sini? Mengapa laki-laki itu malah menyembunyikan para cogan dari dirinya!

Untung saja tadi dia memaksa untuk ikut. Coba kalau tidak? Mungkin dia tidak bisa melihat keindahan ciptaan Tuhan ini.

"Kenapa lo bawa Geisya kemari?" tanya Arga dingin.

"Dia maksa buat ikut. Di rumah juga nggak ada siapa-siapa," balas Gevano.

"Bokap ama Nyokap lo kemana?" tanya Vino.

"Keluar Kota, biasa urusan pekerjaan."

Mereka mengangguk mengerti. Tapi tidak dengan Arga yang menatap dingin Gevano. Namun tak berkomentar apapun lagi.

"Loh, Bang Arga juga di sini? Sama Bang Vino juga? Dan Bang Rafa?! Uwaa!" seru Geisya semangat.

Vino dan Rafael tersenyum lebar, sementara Arga hanya tersenyum tipis.

"Gimana kabar lo, Sya?" tanya Vino.

"Baik!" Anggukan antusias Geisya berikan sebagai jawaban. Dia berlari kecil menuju sofa yang diduduki oleh Vino dan Rafael. Ia duduk di tengah-tengah antara Vino dan Rafael.

Keduanya si tak masalah. Sudah biasa dengan sikap Geisya semasa dulu yang tak berubah hingga sekarang.

"Bang Vino sama Bang Rafa makin ganteng deh!" puji Geisya sambil menatap wajah keduanya bergantian.

Kedua lelaki itu tersenyum pongah.

"Tentu aja. Gue dari dulu emang selalu tampan!" kata Rafael menyugar surainya ke belakang dengan gaya cool.

Sedangkan Vino mendengus melihat wajah PD Rafael. Dia tadi memang ikut PD waktu dipuji oleh Geisya. Tapi begitu melihat wajah pongah Rafael membuatnya mendadak mual ingin muntah.

"Tapi masih tampanan Kim Taehyung," lanjut Geisya polos membuat seisi Mansion tertawa keras.

Tidak dengan Rafael yang sudah berwajah masam. Rafael berdecak. "Masa si?! Emang siapa Teyung Teyung itu?" tanya Rafael dengan kesal.

"Masa lo nggak tau si? Dia itu masuk dalam jejeran The Most Handsome Tahun ini!"

Bukan Geisya yang menjawab, melainkan Aldo.

"Tau dari mana lo?" tanya Rafael ketus.

"Di berita banyak njir!"

"Masa si?" Rafael bertanya tak percaya.

"Bang Rafa nggak percayaan ih! Itu beneran! Suami Geisya jadi pria tampan sedunia!"

"Halu teros!" sindir Gevano.

"Biarin! Orang tadi Bang Vano juga halu!"

"Kapan?"

"Tadi, yang Bang Vano bilang ini punya Abang! Padahal ini hotel kan?" ujar Geisya polos yang lagi mengundang Geng Xevior tertawa akibat kepolosan adik Gevano. Sedangkan Geisya sudah terbang ke langit ketujuh melihat tawa tampan mereka.

Gevano mendinginkan wajahnya.

"Terserah."

Bersambung...

Terpopuler

Comments

🖤리카𝘌𝘓𝘍98🖤

🖤리카𝘌𝘓𝘍98🖤

🤣🤣🤣🤣 Awal mula Gibran dan Geisya bertemu, sampe Gibran hampir khilaf nyolong first kissnya Geisya, untung jarinya Gibran digigit sama Geisya🤣🤣🤣🤣

Salah sendiri nyulik Geisya🤣🤣🤣

2021-09-26

2

fafao

fafao

di ulang"

2021-09-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!