"Akhh... dimana aku?"
Loli melihat keadaan disekelilingnya. Memegang kepalanya yang masih merasa pusing. Disudut ruangan ia melihat sosok tampan yang sangat ia rindukan sedang menatapnya tersenyum.
"Marc...."
Marcho mendekati Loli. Dia menyentuh wajah pucat itu sebentar lalu mengecup keningnya.
"Kenapa aku ada disini Marc...?"
"Kau pingsan sayang?"
"Apa yang terjadi?"
"Karena kau belum mengisi perutmu sejak pagi kemaren. Apa yang kau pikirkan sayang?"
"Aku... aku seperti bermimpi Marc.."
"Aku akan mendengarnya"
"Didalam mimpiku kau telah meninggal Marc. Hanya aku yang tak mempercayainya. Mereka mengira aku membutuhkan psikolog, itu sangat aneh. Terasa sangat nyata.."
"Kenapa kau tak mempercayainya?"
"Karena kau masih bersama ku"
"Sayaang... lepaskan sedikit beban pikiranmu. Jangan menghadapinya sendirian. Berbagilah .."
Marcho memeluk lembut istrinya ya g tengah terbaring diatas ranjang rumah sakit yang terasa sempit.
Memandangi wajah cantik itu. Sesekali mengurai senyum sebagai penyemangat wanitanya.
"Marc... itu hanya mimpi bukan?"
Marc menatap Loli lama, nampak mata yang sayu penuh kesedihan dimatanya. Dia bingung harus menjawab apa pertanyaan Loli.
"Marc..."
"Tidak sayang... itu bukan mimpi...
Bukan mimpi jika.. hingga kini aku masih disisimu..."
Marc mengurai senyuman terbaiknya. Loli membalas senyuman itu.
"Aku tau... belum saatnya kau meninggalkan aku. Kalau pun benar tidak akan terjadi diwaktu sekarang bukan?"
"Berjuanglah untuk hidup Loli. Apa pun yang terjadi kau harus tetap semangat menjalani hari hari mu. Aku takan kemana kemana...
Aku selalu disisimu"
"Berjanjilah Marc, kau takan meninggalkan ku..."
"Selama Tuhan mengizinkan sayang... aku berjanji"
Selama Tuhan mengizinkan Loli... jika aku bisa memilih, aku memilih untuk tidak berada dijalan ini. Ini sangat tidak adil.
Tak berapa lama Loli kembali tertidur karena pengaruh obat yang dia minum. Marc tak berada lagi dikamar itu.
.
.
Ruang itu sangat tak jelas, dak ada ujung dalam setiap langkahnya. Sama seperti dia yang tengah berjalan disana hampa penuh kesedihan. Marc mendekati Robert. Makhluk yang menyembunyikan tubuhnya. Dan mengurung separuh jiwanya.
"Ada apa kau kesini Marcho? Aku belum memanggilmu."
"Lepaskan aku Robert!"
"Itu takan terjadi sebelum kau memenuhi janji mu. Janji yang kau sepakati sendiri."
"Tapi Robert, aku sangat mengkhawatirkan istriku"
"Kalau begitu bawa saja dia"
"Tidak... biarkan dia hidup."
"Patuhlah, demi kebaikan mu"
"Robert!! Kau bukan Tuhan!"
"Aku memang bukan Tuhan, jadi... jangan meminta padaku. Selesaikan dulu janji mu. Mereka masih menunggu hingga hari ini"
"Tapi itu bukan kesalahanku"
"Kau keturunannya... menyerahlah"
"Kau... benar benar..."
Marc merasa marah pada nya. Entah apa yang dilakukannya hingga ia harus menebus semua kesalahan dan janji yang telah disepakati hal apa.
"Pergilah... jangan sampai amarah ku benar benar menghilangkan jiwa mu."
Marcho meninggalkan tempat aneh itu. Terdengar suara Robert dari kejauhan.
"Berusahalah secepat mungkin agar kau tak lama lama mengenalku"
Marcho melajukan langkahnya hilang dari makhluk yang telah membelenggu jiwa dan tubuhnya.
Ia kembali melihat Loli tengah terbaring disebuah kamar rumah sakit. Memperhatikan dari jauh, kedua orangtua Loli tampak menunggui Loli disana.
Sayaang... seandainya kau bisa menolongku aku akan sangat membutuhkan mu.
"Marc... Marc.. "
Tiba tiba Loli terbangun segera memanggil suaminya. Sofia mendekati ranjang Loli membangunkan Loli.
"Sayang... kau sudah bangun.."
"Mom.. "
"Aku panggil dokter sekarang..."
"Jangan... "
"Kenapa sayang?"
"Aku baik baik saja.."
"Benarkah?"
"Ya... aku baik baik saja. Semua tak pernah terjadi. Semua baik baik saja."
"Loli..."
"Pulang lah mom... bangunkan Daddy... kalian pasti lelah menjaga ku sejak tadi. Beristirahat lah ..."
"Tapi.. kau sendirian Loli..."
"Akan ada yang menemani ku.."
"Loli..."
"Ada Dokter dan perawat disini mom... please..."
"Baiklah kami akan pulang. Besok akan kembali lagi. Jaga dirimu baik baik sayang"
"Ya mom..."
Sofia mengecup kening Loli. Dia membangunkan suaminya dan mengajak pulang. Denis berjalan mendekati Loli sekedar mengecup kening putrinya. Mereka keluar ruangan inap Loli.
Ruangan itu menjadi begitu sepi dan sunyi. Loli menerawang dengan berbagai pikiran dikepalanya.
"Seandainya memang benar terjadi bahwa Marc telah...
Kenapa dia masih mendatangi ku. Menemani ku bahkan mengirim pesan padaku. Apa yang sebenarnya terjadi padanya."
.
.
.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments