"Apa maksudmu El?"
"Ini kopi mu, minumlah. Kau terlihat sangat frustasi"
Loli meneguk kopi yang dihidangkan pelayan cafe Siklus.
"Jawab pertanyaan ku tadi!"
"Kabar itu memang benar Loli, tapi kami belum menemukan fakta jika Marc benar benar berada disana malam itu."
"Aku tau, dia baik baik saja"
Loli tersenyum lega mendengar penuturan El.
"Tapi aku tidak memastikan sesuatu Loli. Aku hanya bicara fakta apa yang aku ketahui."
"Aku tau itu. Itu sudah menjadi suatu jawaban. Teruskan makanmu. Terimakasih kopinya. Aku pulang dulu sebentar lagi malam, Marc pasti akan pulang."
"Terserah kau saja..."
El menatap punggung wanita itu berjalan keluar cafe.
"Aku tau Marc, kau tak mungkin akan meninggalkan ku secepat ini."
Loli tersenyum bahagia, bergegas melajukan mobilnya keistana cintanya bersama Marc.
.
.
"Lepaskan aku... jangan menyiksaku seperti ini. Bebaskan aku. Istriku menunggu."
"Kau telah ingkar dengan janji mu untuk kedua kalinya Marcho."
"Kali ini aku berjanji... aku akan benar benar melakukannya.."
"Apa ucapan mu bisa kupercaya saat ini?"
"Nyawa ku taruhannya untuk ketiga kalinya Robert. Percayalah... kumohon.."
"Aku akan melepaskan mu bersama istrimu, tapi tidak sebagai manusia. Kau tetap dengan kondisi mu yang sekarang. Kuberi waktu 40 hari Marc... kau tetap bisa lakukan janjimu padaku"
"Tapi Robert, aku ingin kembali ketubuh ku..."
"Setelah 40 hari, kau akan tau dimana tempatmu Marcho!"
Tak diketahui dimana tubuh Marcho berada, jiwa nya melayang layang terkurung oleh ruang dan waktu.
Terjebak perjanjian yang ia buat sendiri.
Rasa penyesalan terus menjadikan nya bayang bayangan didunia. Apakah ia masih pantas disebut sebagai manusia? Bahkan tubuhnya sendiri ia tak mengetahui siapa yang mencuri.
.
.
"Aku akan masak makanan favorit Marc. Ah... Aku sangat merindukannya.."
Loli mengambil ponsel dan mengirim sebuah pesan pada Marc.
"Marc, cepatlah pulang. Aku masak spesial untuk mu."
Dia meletakan ponsel diatas meja, kembali memotong sayuran.
"Sepertinya aku sedikit telat sayang.. kau makan lah dulu"
"Baiklah... aku merindukanmu"
Pesan itu tak lagi dibalas Marc. Loli berkutat didapur untuk sebuah makanan hidangan makan malam. Namun Marc tak ikut makan bersama nya.
Ia menyalakan televisi setelah selesai makan malam sendirian. Menoleh kearah jam dinding bertanya dalam hatinya Marc masih belum pulang padahal sudah lewat jam sepuluh malam.
Loli tertidur disofa. Sementara suara televisi masih terdengar diruangan itu. Angin sedkit berhembus kencang membuat siapa saja didalam sana akan bergidik.
Pintu tiba tiba terbuka dari luar, nampak seorang petugas kepolisian masuk. Berhenti didepan pintu. Melepaskan jaket dan sepatunya. Memperhatikan sekeliling ruangan, ia mendapati sesosok cantik tengah berbaring diatas sofa.
Dia berjalan menghampiri wanita itu. Mengecup kening wanita yang sangat ia cintai.
"Marc... kau sudah datang."
Loli melihat Marc dihadapannya. Melemparkan sebuah kecupan pada bibir istrinya.
"Maaf aku ketiduran..."
"Tidak apa apa, aku juga baru sampai. Kau pasti mengantuk menunggu ku pulang selarut ini sayang"
"Apa kau lapar?"
"Sedikit..."
"Aku akan panaskan makanan mu sebentar"
"Aku merindukanmu sayang"
Tiba tiba Marc memeluk Loli. Dia melepaskan segala kerinduannya. Pelukan itu menjadi begitu dingin yang membuat Loli merasakan sesuatu yang aneh.
"Sepertinya aku sedikit menginginkan nya" Marc berbisik ditelinga Loli membuat sedikit gelenyar aneh ditubuh Loli.
"Tapi kau belum makan Marc..."
"Aku akan makan ini saja.."
Mereka melepas rindu dengan sedikit pergulatan diruangan itu. Suasana dingin menjadi panas dengan setiap babak yang mereka lakukan.
"Marc... apa kau bertemu dengan El?"
Tanya Loli sambil mengeringkan rambut pirang bergelombangnya.
"Ya... kenapa?"
"Apa dia mengatakan sesuatu padamu?"
"Tidak... apa terjadi suatu hal?"
Marc duduk disamping ranjang membolak balik sebuah map berisi laporan.
"Bukan apa apa..." Loli bersikap tenang. Walaupun dengan pikiran seribu pertanyaan dikepalanya.
"Sayang, kemarilah. Ini sudah sangat larut. Ayo kita tidur."
"Aku datang..."
Loli berbaring disebelah suaminya. Dia melihat ada yang berbeda dengan Marc. Setiap sentuhannya terasa dingin. Pelukannya tak lagi hangat. Wajah nya sedikit pucat dari biasanya.
Dia berpikir Marc terlalu kelelahan. Di bekerja tanpa memikirkan kesehatannya.
"Sayang cobalah untuk mengambil cuti mu"
"Diluar sangat banyak kasus sayang... aku tak bisa meninggalkannya"
Marc menguat kan peluknya pada Loli.
"Tapi kau juga harus memperhatikan kesehatan mu Marc, kau tampak pucat beberapa hari ini"
"Aku hanya kelelahan... tidur lah"
"Naikan selimutnya, aku sedikit kedinginan"
ucap Loli sambil membalut tubuhnya yang dingin dengan selimut. Akan tetapi dia seperti berada diantara balok es.
.
.
.
Karna kekasihmu bukan lagi manusia yang hangat saat kau sentuh dulu sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments