Bab 2.
2 hari ini Amirah tidak datang ke rumah. Mama tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya terlihat lebih sibuk dan kuwalahan mengerjakan pekerjaan rumah di sela-sela bisnisnya. Aku ingin bertanya tapi takut akan dikira apa sama mama. Selama ini aku tidak pernah peduli pada orang lain, apalagi wanita. Mama akan mencium kepedulianku yang tak biasa jika aku bertanya tentang Amirah. Tapi, aku juga tidak tahu, mengapa aku merasa gelisah dan tak nyaman karena tidak bertemu dengan Amirah dua hari ini.
"Ma, sepertinya mama kerepotan, ya, harus mengerjakan pekerjaan rumah juga bisnis nya mama, apa perlu aku bantu? " tanyaku pada mama di sela sarapan kali ini. Memang sudah satu bulan aku di aini, tapi mama belum mengizinkan aku untuk ikut mengelola bisnisnya.
" tidak usah, mama masih sanggup. Belum ada pekerjaan yang cocok buat kamu. Pada saatnya nanti pasti mama akan memerlukanmu. Tapi belum sekarang, ya, sayang. " Aku tidak tahu apa yang diinginkan mama. Aku ikuti saja keinginannya, walau aku justru terkesan seperti anak kecil yang manja.
" oh, terus? Kenapa Amirah belum juga kembali bekerja? Apa anaknya masih sakit? " akhirnya pertanyaan itu meluncur dari mulutku
" Amirah? Mungkin. Dia tidak mengatakan dengan jelas alasannya dia libur. Kenapa? Kamu kangen, ya? Ingaat, dia itu sudah bersuami. " tuh, kan. Mama meledekku. Tapi kali ini kata-kata mama memperingatkan hatiku. Bahwa Amirah sudah bersuami. Dan aku tak pantas merindukannya
" Mama ini apaan, sih. Ya, kan, aku lihat mama kerepotan ngurus pekerjaan rumah. Butuh Amirah yang sdh biasa membantu kita. Makanya aku tanya, Lagipula libur tanpa alasan yang jelas kan seharusnya tak boleh, ma. Ya pastikan, dong, sama dia, niat kerja apa enggak, " aku berkilah.
" yah, aku kasihan saja sama Amirah, hidupnya kurang beruntung karena memiliki suami seperti itu. Padahal dia orang baik. Ya, nanti aku tanyakan lagi, kapan dia bisa masuk kembali. "
Mama buru-buru menghabiskan makannnya. Kemudian dia berangkat ke kantor setelah mencium pipiku. Ah, seperti anak kecil saja.
Pikiran ku beralih pada Amirah. Wajah polosnya. Ah, bagaimana perempuan sebaik dia harus mengalami ketidakbaikan. Dia begitu menjaga kemurnian dirinya hanya untuk sang suami. Tapi suaminya, justru bersikap kasar padanya. Tega sekali.
Aku menghabiskan makananku, lalu mzmbereskan meja makan. Ku bawa piring-piring kotor ke dapur, kemudian ku cuci. Yah, setidaknya aku bisa membantu mama dengan pekerjaan ringan ini.
***
Satu hari ini terlewat dengan pikiran kacau. Entah mengapa aku terus memikirkan perempuan berbaju lebar dan berkerudung itu. Sikap dingin dan jual mahalnya justru membuat alu penasaran. Tapi keramah tamahannya membuat aku menghabiskan perempuan itu. tidak! Aku tak bisa membiarkan kelacauan ini terus menggangguku. Ku putuskan untuk jalan-jalan di sekitar rumah. Mama pernah bilang ada tukang bubur yang enak di sekitar sini. Aku bergegas mencarinya. Tak jauh memang ku temukan gerobak tukang bubur kacang hijau yang sedang di kerumuni banyak pembeli. Aku ikut mengantri, walau sebenarnya agak malas dengan situasi seperti ini. Tapi setidaknya aku bisa melihat pemandangan lain dengan duduk di kursi antri ini. Beberapa orang termasuk para wanita melihatku. Mungkin karena belum pernah melihatku sebelumnya. Ah, para wanita yang selalu ingin diperhatikan. Hanya Amirah yang menurutku berbeda. Kenapa muncul nama Amirah lagi. Tak bisakah aku terbebas darinya walau sebentar saja.
Di tengah kebosananku karena antrian yang ternyata cukup panjang, mataku menangkap sosok laki-laki yang pernah ku temui sebelumnya. Zaki! Suami Amirah. Tapi, dia sedang berjalan dan menggandeng siapa? Itu jelas bukan Amirah. Aku mencoba mengejar laki-laki itu. Dan berhasil menyusulnya.
"hai, zaki? Kau, suaminya Amirah, kan? " zaki tampak terkejut melihatku. Dia melepas gandengan tangan perempuan nya.
" hai... Mister joseph, sedang apa di sini? "dia menjabat tanganku. Aku tersenyum padanya juga pada perempuan di sebelahnya.
" sedang membeli bubur kacang hijau. Karena Amirah tidak bekerja, jadinya aku yang harus membeli sendiri ke sini. Ohy, ini siapa? Dia... " aku mencoba menebak perempuan bertubuh tinggi, dan cantik di sebelah Zaki. Aku laki-laki, sudah kupastikan wanita ini adalah selingkuhan Zaki. Aku bisa melihatnya.
" oh, ini Santi. Gimana? Cantikkan? "Zaki membisikkan Pertanyaan itu di telingaku. Ku lirik perempuan yang juga berkerudung tapi lebih pendek dari yang biasa dikenakan Amirah.
" hhhmm, seleramu bagus. " jawabku pada Zaki yang juga tepat di dekat telinganya. Kini aku tahu, laki laki seperti apa suami Amirah.
" ok. Aku pergi dulu, ya, mister. "
" ok. Kalau bisa, besok suruh Amirah untuk masuk, ya. Mama sudah kerepotan harus ngurus rumah. Kalau tidak, mungkin mama akan mencari pengganti Amirah. "
" ooh. Siap, mister. "
Mereka berlalu. Aku memandangi mereka sampai tak terlihat di belokan. Perempuan yang digandeng Zaki memang lebih cantik dari Amirah. Tapi, tak seharusnya Zaki bersikap seperti itu. Amirah wanita yang baik dan selalu menjaga kesucian diri. Zaki tak sadar telah memiliki permata keberuntungan.
Aku kembali pada tukang bubur. Antrian sudah sepi. Ku pesan 3 bubur kacang hijau. Untuk ku dan paman Budi.
Aku memberikan bubur yang kubeli pada paman Budi, dia nampak senang dengan pemberianku yang sangat sederhana. Kami memakan bubur itu bersama. Paman Budi sedikit canggung awalnya. Tapi aku bisa mencairkan suasana. Kami menikmati bubur itu bersama layaknya teman.
"paman tahu kenapa Amirah tidak bekerja dua hari ini? " aku memberanikan diri menanyakan tentang Amirah pada Paman Budi, walau mungkin kesannya aneh. Ah, biarlah.
" aku tidak tahu, mas. Tapi biasanya dia tudak masuk jika anak atau dia sendiri sedang sakit. " jawab paman di sela makannya.
" oh, kasihan sekali, anak dan istrinya sedang sakit, suaminya malah enak-enakkan pacaran sama cewek lain. " kataku sambil menyantap bubur enak itu.
" ha? Mas joseph tahu? "paman Budi sedikit terkejut.
" yah, tadi aku melihat suami Amirah bergandengan dengan perempuan lain. Bahkan kami bertegur sama tadi. "
" suami nak Amirah memang bukan laki-laki yang baik. Selain pemabuk dan penjudi, suaminya juga kerap memukul nak Amirah juga tukang selingkuh, aku heran dengan kesabaran wanita itu," terang paman Budi
"wah, separah itu, ya. Bagaimana Amirah bisa bertahan dengan suami model begitu. "
" ketidakberuntungan nak Amirah adalah akibat dari orangtuanya sendiri, nak Amirah ibarat penebus hutang ayahnya pada ayah Zaki. "
" oh, jadi begitu ceritanya? Kok bisa, paman? " aku antusias dengan cerita paman, begitu semangat ingin tahu banyak tentang Amirah.
" dulu ayah Zaki adalah orang yang sangat kaya. Ayah Amirah yang miskin memiliki banyak hutang padanya. Karena tidak bisa membayar, ayah Zaki meminta Amirah untuk menjadi menantunya. Ayah Zaki yakin bahwa kesholehaan Amirah mampu merubah kebrutalan anaknya. Dan terjadilah pernikahan itu. "
" lalu kenapa sekarang Zaki menjadi orang miskin? "
" satu tahun penikahan, Zaki kalah taruhan, Zaki kalah di meja judi, semua kekayaannya ludes. Ayahnya syok dan mengalami serangan jantung. Meninggal setelah koma selama satu minggu. "
" oh, betapa brengseknya laki-laki itu. "
" yah, seharusnya nak Amirah pergi meninggalkan laki-laki itu, ada banyak laki-laki baik yang akan sangat menyayanginya. "
Bayangan Amirah berkelebat di mataku, wanita anggun itu. Aku harus membantunya keluar dari neraka yang dia tempati.
" yasudah, paman. Aku masuk dulu, buburnya memang enak, ya. Lahap sekali aku makan tadi, sisa satu bungkus bisa paman makan nanti. "
" wah, terimakasih, mas joseph. "
Kali ini hatiku benar-benar bertekad untuk membebaskan Amirah dari deritanya. Dia adalah perempuan istimewa. Seharusnya dia diperlakukan dengan istimewa pula. Ah, tapi, aku dan dia berbeda agama. Apakah mungkin aku bisa meraihnya. Sedang jalan kami berbeda.
***
Malam ini aku tidak bisa tidur dengan tenang, entah mengapa, aku semakin kepikiran Amirah. Wanita itu, tak pantas mendapatkan suami seperti Zaki. Aku bangun dalam keadaan lesu sekali. Mungkin karena tidurku yang tak nyaman. Aku menuruni anak tangga, mencari-cari mama. Tapi tak juga menemukannya. Mama sudah jelas telah berangkat di jam 8 begini. Aku melihat makanan yang tersaji di meja makan. Sudah dingin. Tapi perutku yang bergoyang meminta untuk segera melahapnya. Pelan ku dengar pintu diketuk. Entah siapa yang datang. Mengganggu orang makan saja. Aku berjalan malas menuju pintu dan membukanya. My God, mataku terpana melihat sosok yang berdiri di depanku. Amirah! Hatiku sontak berbunga. Aku seperti menemukan berlian yang selama ini hilang. Ah, betapa anehnya aku. Tak pernah aku merasakan hal seperti ini sebelumnya. Kali ini, Amirah datang bersama anaknya. Laki-laki yang lucu dan tampan. Matanya mirip sekali dengan Amirah.
"wow, Amirah? Apa kabar? Kalian sudah sehat? " Amirah tersenyum dan mengangguk pelan. Tapi aku melihat sebuah luka memar di ujung bibir Amirah. Aku menduga apa yang telah terjadi, mungkin suaminya kembali bersikap kasar, dasar brengsek.
Aku menggendong pria kecil itu. Amirah sedikit terkejut. Tetapi anaknya justru kegirangan. Dia tertawa-tawa
"hai, jagoan, siapa namamu. " aku membawanya masuk.
" aku Akmal, " jawabnya singkat sambil tersenyum. Amirah mengikuti kami dua langkah dibelakang.
" wow, Akmal. Kau sudah makan? Lihat ada banyak makanan di meja, kau mau makan? " Akmal mengangguk cepat. Amirah terlihat canggung.
" tadi, kan, Akmal sudah makan? Apa tidak kenyang? " Amirah merasa sungkan.
" tapi Akmal mau itu.. " Akmal menunjuk pada ayam bakar dan steak. Aku senang dengan sikap terbukanya yang lucu. Khas anak kecil.
" ah, sudah lah, Amirah, Akmal kan ingin makan, biarkan saja. Kau juga bisa makan, kalau tidak suka aku di sini, aku bisa pergi dulu. Kalian makanlah. "
" oh, tidak usah, mister. Biar kami bawa makanannya ke dapur, mister lanjutkan makannya. "
" ha? Kalian akan makan di dapur. Sedangkan di sini masih ada tempat untuk kalian. Sudah makan saja. Aku gampang, nanti saja. "
Aku pergi, memberi kesempatan pada mereka untuk menikmati makanan yang ada. Aku tidak tahu, perasaan apa ini namanya. Melihat Amirah, aku begitu bahagia. Ada semangat baru. Dan hatiku berbunga-bunga. Apakah aku telah jatuh cinta? Pada Amirah, seorang muslim yang sudah bersuami.oh,apa apaan ini.
Aku memperhatikan ibu dan anak itu dari atas. Amirah begitu telaten pada putranya. Wanita seperti itu harus mengalami beban mental dari suaminya. Ah, kehidupan kadang tak adil.
Aku menuruni tangga setelah memastikan mereka telah selesai makan.
"hai jagoan, sekarang kau mau main denganku, kan? Sementara itu, biar ibumu mencuci piring lalu mengerjakan tugas lain. " aku berjongkok mensejajari tubuh kecil Akmal. Anak kecil itu mengangguk. Aku menggandeng tangannya dan keluar rumah menuju halaman. Kulirik Amirah yang memperhatikan kami. Dia tidak mengatakan apa-apa, tapi aku tahu dia menyukai keakrabanku dengan anaknya.
Di halaman kami bermain sepak bola. Cukup seru walau aku lebih banyak mengalah pada anak kecil ini. Membuat seorang anak kecil bahagia ternyata sangat menyenangkan.
Seorang penjual es krim keliling melintas. Aku memanggilnya. Kupesan 3 es krim rasa durian
"Akmal! Kau suka? " dia mengangguk cepat, lalu berlari mendekatiku. Kuberikan satu es krim padanya.
" ibumu juga suka tidak? Kuberikan ini padanya, ya. Ayo masuk dulu. " Akmal mengekori langkahku memasuki rumah. Mataku menangkap sosok Amirah yang sedang membersihkan lantai. Aku mendekatinya lalu menyodorkan es krim di tanganku padanya. Amirah sedikit terkejut.
" eh, mister.. " dia menerima ed krim pemberianku.
" kau mau jadi temanku? " tawarku pada Amirah.
" mmm.., kenapa tidak. Mister itu majikan yang baik. "
" jika kita teman, panggil aku joseph. Jangan mister! "
" tapi.. "
" sudah. Gak perlu nawar. Aku joseph, bukan begitu jagoan kecil? " aku tersenyum ke arah Akmal yang menikmati es krimnya. Akmal mengangguk cepat.
" aku panggil om joseph. " suara Akmal yang lucu keluar. Aku tersenyum lalu mencubit gemas pipinya. Amirah pun tersenyum. Aku senang melihat senyumnya
" baiklah, seperti yang kau minta, joseph. " kali ini dia memberikan senyum padaku. Indah sekali. Aku merasa bahwa ini adalah awal yang indah. Setidaknya aku menjadi kawan baiknya. Aku mengajak mereka duduk. Kali ini Amirah tidak menolakku seperti biasanya, walau dia tetap memilih diduk lebih jauh dariku. Meski begitu, Akmal justru duduk sangat dekat dan menyandarkan kepalanya di pundakku. Mungkin, anak kecil ini merasa nyaman bersamaku.
Setelah es krim habis, Amirah melanjutkan pekerjaannya. Aku mengajak Akmal nonton kartun di kamarku. Dia sangat senang, aku tidak tahu bagaimana kondisi televisi di rumahnya, tapi melihat Akmal yang sangat antusias bisa kupastikan, selama ini dia tidak pernah menikmati kelayakan di rumahnya. Yah, aku tahu hal itu.
Beberapa menit, Akmal sudah tertidur, dia tampak sangat pulas walau hanya tidur di atas kasur lantai. Aku mengambil selimut, dan menyelimuti tubuh mungil Akmal. Ku rasakan tenggorokan ku kering, aku turun mengambil minum. Ku lihat Amirah sedang sibuk di dapur.
"Akmal sudah tidur di kamarku," kataku pada Amirah sambil mengambil minum di lemari es.
"oh, ku harap dia tidak merepotkan mu. " jawabnya. Dia masih fokus pada sayuran di hadapannya. Berkata tanpa menoleh padaku.
"tentu saja tidak. Aku malah senang punya teman." Amirah tersenyum walau dia masih tidak menoleh padaku.
"ohy, boleh aku tanya? " tanyaku pada Amirah
" ada apa? "
" apa lebam di ujung bibirmu adalah akibat dari pukulan suamimu? " Amirah terdiam. Dia menyentuh bibirkan.
" kenapa kau harus memperhatikan ku sampai sedetail itu? "Amirah nampak kurang suka.
" siapapun yang melihatmu pasti tahu. Bekas lebam itu sangat jelas. Sudah pasti rasanya pun sakit. Brengsek sekali suamimu itu! "
" jangan katakan itu! Kau tidak punya hak. Dia suamiku, dia bebas melakukan apapun padaku. Lagipula aku memang salah. "
" kesalahanmu adalah menikah dengannya. Kau bisa memperbaiki kesalahanmu itu dengan berpisah dengannya. "
" diamlah, jangan katakan apapun. Aku sedang tidak ingin membahas ini. Aku sedang sibuk memasak, tolong, pergilah! " aku menuruti perintahnya. Mungkin kali ini dia tidak mendengarkan aku, tapi aku yakin, suatu hari nanti, aku akan membebaskan dia dari neraka dan bajingan itu. Aku pergi, sebelumnya kulirik Amirah yang mulai menitikan air mata. Oh, Amirah, bidadari yang terluka. Dia berhasil mengetuk hatiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Aris Pujiono
aku nyimak kak
2021-11-11
0
Ulfa
Amirah wanita yang sabar ya
2021-11-11
0
cakmuktisakti cakmukti
Up. Bagus
2021-10-31
0