Padma tersentak dan seketika membuka matanya. Ia menatap ke depan, pada seraut wajah tampan yang tengah menatapnya. Dharma tersenyum dengan ramah. Ia terlihat begitu bersahabat.
Padma pun segera membetulkan posisi duduknya. Ia juga merapikan rambut panjang bergelombang yang sedikit kusut, karena tadi ia sempat tertidur selama di dalam perjalanan. Padma menatap keluar jendela. Ia kini sudah berada di halaman purinya.
“Anda tadi tertidur selama diperjalanan. Jadi, saya putuskan untuk langsung pulang saja. Lagipula sekarang sudah terlalu sore,” jelas pria berperawakan tegap itu.
Padma mengangguk. “Tidak apa-apa,” ucapnya pelan bahkan hampir tak terdengar karena Dharma sudah lebih dahulu keluar dari dalam mobil. Ia membukakan pintu untuk sang majikan.
Seperti biasanya, Padma berlalu begitu saja. Tanpa basa-basi ataupun menoleh kepada sang sopir yang masih berdiri sambil memegangi pintu mobil yang terbuka. Ia langsung menuju ke dalam purinya yang megah.
Padma langsung menuju kamarnya. Langkahnya begitu anggun namun terkesan sangat tegas. Tatapannya lurus ke depan dengan wajah datar tanpa ekspresi sama sekali.
“Nona ....” Clara segera menghampiri Padma yang saat itu tengah duduk di atas kursi berwarna merah di dalam kamarnya. Clara berdiri di sebelah Padma dan menunggu perintah dari wanita muda itu.
“Siapkan air hangat untukku! Aku ingin berendam,” titah Padma dengan gaya bicaranya yang tenang namun tegas. Bahasa tubuh wanita itu begitu indah sehingga wajar jika ia menjadi pujaan bagi para pria.
“Baik, Nona,” sahut Clara. Ia pun segera masuk ke kamar mandi dan menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan.
Adalah sebuah kamar mandi dengan nuansa hitam di dalamnya. Dengan lantai berlapis kayu dan sebuah bathub marmer berwarna hitam. Pada dinding dekat bathub terdapat bagian yang berlapis batuan alam dimana terpasang shower besar dan berada tepat di bawah bukaan bernuansa langit cerah.
Disana juga terpasang cermin yang sangat besar dengan hiasan bunga mawar merah yang begitu indah dan segar.
Satu hal yang tidak pernah terlewatkan oleh Clara jika ia akan menyiapkan air mandi untuk Padma, yaitu taburan kelopak mawar yang memenuhi bathub keramik itu.
"Nona, air hangat Anda sudah siap!" Lapor Clara.
"Pergilah!" Titah Padma. Ia pun berlalu masuk ke dalam kamar mandinya.
Padma berdiri di dekat bathub dan mulai melepas bathrobes merahnya dengan perlahan. Tubuh polos dengan kulit eksotis itu kini mulai masuk ke dalam sekumpulan air dengan taburan kelopak mawar. Perlahan Padma menenggelamkan kepalanya hingga tak terlihat sama sekali. Cukup lama ia berada di dalam air dengan mata terpejam.
Suasana di dalam kamar mandi itu begitu tenang, dengan suara gemericik air yang berasal dari pancuran kecil terbuat dari bambu yang ada di dekat bathub tersebut. Suasana menjadi jauh lebih nyaman dengan adanya beberapa lilin aromateraphy yang sengaja disimpan di sekeliling bathub.
Awalnya hal itu terasa begitu menenangkan bagi Padma. Ia terus memejamkan kedua matanya. Namun, tiba-tiba bayangan wajah menyeramkan muncul di dalam air.
Wajah Armand yang rusak parah dengan tetesan darah segar tampak menyeringai kepadanya. Wajah yang yang sangat mengerikan dengan bola mata sebelah kanan yang hampir keluar dari tempatnya. Begitu juga dengan mulutnya yang robek dan seolah akan terlepas. Darah pun terus menetes dari sana.
Seketika Padma membuka matanya dan berusaha untuk keluar dari dalam air. Akan tetapi, dengan cepat pria berwajah rusak itu menahannya.
Pria itu bahkan mencekik leher Padma dengan sangat kencang dan membuat Padma tidak dapat bernapas.
Padma mencoba untuk memberontak. Ia terus melawan dengan sekuat tenaga. Terus berusaha untuk melepaslan diri dari cekikan pria dengan wajah menyeramkan itu. Ia meronta dengan kaki yang bergerak tidak karuan.
Sesaat kemudian, Padma mengeluarkan tangannya dari dalam air. Ia terus meraba-raba dan mencari sesuatu yang dapat ia gunakan sebagai senjata.
Akhirnya ia menemukan gelas berisi lilin aromateraphy. Padma mengambil benda itu dan memukulkannya kepada Armand. Meski dengan susah payah karena tekanan di dalam air, namun akhirnya ia dapat melepaskan diri dari cekikan pria berwajah mengerikan itu. Ia mendorongnya dengan kuat.
Dengan segera Padma mengeluarkan kepalanya dari dalam air. Ia menatap ke sekeliling kamar mandi itu. Hening, tidak ada siapa pun disana selain dirinya.
Padma merasakan napasnya mulai terengah-engah. Raut mukanya pun tampak sedikit cemas. Ia lalu mengusap wajahnya beberapa kali. Padma juga menyibakan rambut panjang yang menutupi sebagian wajahnya.
Sesaat kemudian, Padma mencoba untuk menenangkan dirinya. Mulai mengatur pernapasan, ia menyandarkan kepalanya pada pinggiran bathub. Ia pun mulai menangis sesenggukan.
Entah kehidupan apa yang tengah dijalaninya saat ini, namum satu yang pasti ia mulai merasa lelah.
Hingga senja berlalu, Padma baru selesai dengan gaun tidurnya yang berwarna merah. Ya, hampir semua pakaian milik Padma berwarna merah. Entah kenapa karena ia begitu nyaman dengan warna yang menantang itu. Lagipula, Padma memang terlihat sangat cantik dalam balutan warna merahnya.
Seperti malam ini. Ia tengah menyisir rambut panjangnya dengan tenang. Padma begitu cantik dengan balutan chemise berwarna merah dan dilapisi peignoire berwarna sama.
Saat itu terdengar suara ketukan di pintu. Padma pun menghentikan kegiatan menyisirnya. Ia menoleh ketika Clara datang dengan membawa sebuah kelapa muda yang sudah dilubangi bagian atasnya. Kelapa hijau itu diletakan pada sebuah baki stainless berbentuk bulat.
“Nona, ini kelapa yang Anda minta,” Clara meletakan baki itu di atas meja. Ia pun berdiri seraya memperhatikan Padma yang masih sibuk dengan rambut indahya.
“Kamu sudah mengatur acara makan malamku dengan tuan Bagaskara?” Tanya Padma. Ia meletakan sisirnya dan berdiri, kemudian berbalik dan menatap Clara dengan cukup intens.
“Saya sudah menyiapakan menu untuk besok malam. Saya juga sudah memesankan minuman yang Anda minta, dan akan dikirim besok siang. Ada dua pilihan gaun yang sudah saya siapkan untuk Anda. Mungkin Anda dapat memutuskannya besok juga,” lapor Clara dengan gaya bicaranya yang terdengar begitu telaten. Tanpa ragu apalagi terbata-bata.
“Jangan yang terlalu terbuka!” Pinta Padma.
Clara tersenyum. “Tenang saja, Nona! Saya sudah memilihkan gaun malam yang indah untuk Anda. Gaun yang akan membuat Anda terlihat cantik dan tetap menonjolkan sisi seksi Anda tanpa harus memperlihatkan bagian-bagian tertentu pastinya,” jelas Clara.
“Baiklah! Aku rasa kamu sudah sangat paham dengan hal itu,” ucap Padma dengan tenangnya.
“Tentu saja, Nona,” balas Clara dengan senyuman manisnya.
Padma mengangguk pelan. “Ya sudah. Kamu boleh kembali. Selamat malam,” tutup Padma. Ia mengakhiri percakapannya dengan Clara dan mempersilakan gadis berambut pendek itu untuk keluar dari kamarnya.
Sepeninggal Clara, Padma lalu mengambil setangkai mawar dengan noda darah miliknya. Ia kemudian meletakan mawar itu di atas baki berisi kelapa hijau yang tadi. Ia pun keluar dari dalam kamarnya.
Padma berjalan dengan langkah perlahan menyusuri lorong yang panjang dan hanya dihiasi oleh lampu tempel berwarna kuning. Seperti biasa, malam itu suasana disana terasa begitu sepi dan mencekam.
Suasana temaram kian menambah kesan mistis yang ada di dalam puri itu. Padma masih berjalan dengan pandangan lurus ke depan. Tatapan matanya kosong dan seakan mati. Saat itu Padma seperti seseorang yang baru saja terkena hipnotis.
Langkah wanita berambut panjang itu, akhirnya berhenti di depan sebuah kamar dengan pintu berwarna hitam doff. Perlahan Padma memutar handlenya hingga pintu itupun terbuka meski dengan tidak terlalu lebar. Padma kemudian masuk ke dalam kamar itu dan menutup pintunya rapat-rapat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Mbak R
tu da kak author main petak umpet mulu.
2023-08-31
1
玫瑰
bilik siapa?
2022-06-16
0
❤️⃟Wᵃf🍾⃝ʀͩᴏᷞsͧᴍᷠiͣa✰͜͡v᭄HIAT
keren pokonya👍👍👍👍👍
2021-12-25
1