Padma menyandarkan tubuhnya dengan begitu nyaman pada kursi itu. Sesaat kemudian, ia pun beranjak dari duduknya.
Tampaklah tubuh ramping dengan postur 170 cm dalam balutan setelan blazer rapi berwarna merah, warna kesukaan Padma. Wanita berusia dua puluh lima tahun itupun berdiri dengan setengah bersandar pada tepian meja kerjanya. Ia kembali melayangkan tatapannya kepada Clara.
"Baiklah. Ceritakan sesuatu yang dapat membuatku tertarik untuk menerima ajakannya!" Titah Padma dengan anggunnya.
Clara kembali memasang senyum ramahnya. Ia pun mengangguk pelan.
"Bayu Bagaskara. Dia adalah pemilik dari perusahaan percetakan bernama "Askara Nusantara". Sebuah perusahaan percetakan yang sudah cukup ternama. Ia juga memiliki beberapa toko furniture dari kerajinan rotan yang sudah tersebar di lima kota besar di negara ini. Satu hal lagi, tuan Bagaskara adalah seorang duda. Ia memiliki seorang anak perempuan yang saat ini masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama," terang Clara dengan panjang lebar.
Padma melipat tangan kirinya di dada. Sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk menopang dagunya.
"Saya rasa ... dia juga merupakan pria yang romantis. Lihatlah betapa indahnya kata-kata yang dituliskannya untuk Anda!" Clara menyodorkan sebuah kartu ucapan kepada Padma.
"Bacakan untukku!" Pinta Padma masih dengan gaya bicaranya yang lugas.
Clara pun membuka kartu itu dan membacakan isinya di hadapan Padma.
'Aku tidak akan menanti matahari untuk muncul dengan cahaya hangatnya, jika telah kulihat senyummu terlebih dahulu'
"Bagaimana menurut Anda, Nona?" Tanya Clara.
Padma tersenyum simpul. Ia pun kembali duduk di belakang meja kerjanya.
"Ya, sudah! Buatkan janji untuk pertemuan dengannya! Atau undang saja dia kemari untuk makan malam!" Titah Padma lagi.
"Tentu!" Sahut Clara. "Bagaimana jika akhir pekan ini?" Tawar wanita muda itu.
Padma kembali menatap asisten pribadinya itu. Ia pun merapikan bagian atas rambutnya.
"Hari Senin Anda mendapat undangan dari seorang mantan rekan kerja Anda, Nona," ujar Clara.
"Siapa?" Tanya Padma masih dengan ekspresi wajahnya yang datar.
"Pemilik butik Flora," jawab Clara dengan lugas.
"Rastanty?" Padma memperjelas ucapan Clara.
Clara mengangguk dengan yakin.
"Untuk apa dia mengundangku? Dia telah menyebutku sebagai wanita murahan! Kenapa aku harus menghadiri undangannya?"
"Karena Anda pasti akan menyukai apa yang akan saya uraikan untuk Anda, Nona," sahut Clara masih dengan senyum manisnya.
Tersungging sebuah senyuman sinis di sudut bibir classic brown milik Padma. Ia tampaknya mulai tertarik dengan apa yang akan Clara sampaikan kepadanya.
"Ceritakan sesuatu yang menarik untukku!" Titah Padma dengan sikapnya yang mulai terlihat angkuh.
Clara kembali memasang senyum manisnya. Ia menatap nona muda itu.
"Seperti yang telah kita ketahui, Rastanty telah menjual dua dari tiga salon kecantikan miliknya. Saat ini, ia tengah membutuhkan seseorang yang dapat memberinya suntikan modal dengan jumlah yang cukup besar. Ia harus kembali memulai usahanya dari nol," terang Clara.
"Kenapa harus pusing-pusing? Suaminya seorang pengusaha," sanggah Padma.
"Sudah menjadi sebuah rahasia umum jika suami Rastanty adalah seorang mata keranjang. Menurut berita dari sumber yang terpercaya, perusahaan suaminya pun kini sedang oleng. Konflik internal perusahaan menjadikan kondisi perusahaan itu menjadi tidak kondusif," tutur Clara lagi.
Padma tersenyum lebar. Ia tampak begitu bahagia mendengar penuturan sang asisten.
"Menarik," ucapnya dengan senyum penuh kepuasan.
"Kalau begitu, terima saja undangannya dan siapkan baju untukku!" Lagi, Padma memberi perintah kepada sang asisten.
"Tentu, Nona!" Sahut Clara. "Ada lagi yang lain?" Tanyanya.
"Tidak ada, kamu boleh kembali," jawab Padma.
"Baiklah! Permisi," Clara segera membalikan badannya dan berjalan menuju pintu keluar. Akan tetapi, langkahnya kembali terhenti karena tiba-tiba Padma memanggilnya lagi. Clara pun menoleh.
"Bawa bunga ini dan letakan di atas kuburan Bruna! Dia pasti akan menyukainya," perintah Padma dengan seenaknya.
Clara tertegun. Ia menatap nona muda itu untuk sejenak, sebelum akhirnya ia mengalihkan tatapannya pada seikat mawar merah yang cantik dan masih tampak segar di atas meja.
Clara pun mengangguk. Ia segera mengambil bunga itu dan kembali berpamitan untuk keluar dari ruang kerja Padma.
Menutup pintu dengan rapat, Clara kembali terdiam menatap mawar merah itu. Terkadang ia tidak mengerti akan pemikiran dari Padma yang dirasa cukup mengerikan baginya. Namun, Clara tidak dapat menolak perintah dari sang nona.
Wanita muda itupun kembali melanjutkan langkahnya menuju halaman belakang puri untuk meletakan bunga mawar itu di atas kuburan Bruna, kucing jantan ras himalaya kesayangan Padma.
Puri megah itu bernama Padma Gardenia. Padma memang menyukai tanaman, terutama bunga mawar.
Puri itu adalah warisan dari kedua orang tua Padma yang telah tiada. Bangunan megah dengan arsitektur ala Eropa, yang memang sudah ditinggali sejak dulu secara turun temurun.
Dibangun terpisah cukup jauh dari pemukiman warga, puri itu seakan menjadi bangunan satu-satunya yang ada disana. Akses menuju kesana pun harus melewati kawasan hutan pinus tanpa ada satupun pemukiman di sekelingnya.
Padma sendiri hanya melakukan renovasi di beberapa bagian saja. Lagipula, puri itu masih terlihat begitu kokoh.
Meski terlihat menyeramkan, namun bangunan itu memiliki kemewahan yang luar biasa di dalamnya. Ada lebih dari tujuh kamar tidur disana, begitu juga dengan beberpa ruangan pelengkap lain seperti dapur yang luas dan juga ruang tamu yang tak kalah luasnya. Disana juga terdapat sebuah aula megah yang memang sengaja dibuat untuk acara-acara besar.
Kedua orang tua Padma menyukai pesta. Terlahir sebagai sepasang pengusaha sukses, mengharuskan mereka untuk hidup dalam ikatan sosial yang kuat dengan banyak orang. Ada banyak relasi dan juga teman-teman sesama kaum sosialita yang biasa berkumpul disana. Tentu saja, hal seperti itu sangat dibutuhkan untuk dapat menjalin kerja sama yang baik antar sesama pengusaha.
Berbeda dengan almarhum kedua orang tuanya. Padma justru merupakan seseorang yang lebih senang menyendiri. Ia sangat menyukai suasana sepi yang mengelilingi puri itu.
Disana, seperti tidak ada bedanya antara siang ataupun malam. Akan tetapi, suasana malam tentu akan jauh lebih menyeramkan.
Ketika senja telah menyapa, dan langit sudah mulai gelap, maka di sekitar puri itu seakan tidak ada kehidupan sama sekali. Hening dan begitu senyap, bahkan tidak terdengar satu helaan napas pun yang menandakan masih ada makhluk bernyawa yang menempati bangunan itu.
Suasana temaram kian terasa dengan adanya beberapa lampu tempel berwarna kuning yang menjadi sarana penerangan di puri itu.
Bukan hanya di bagian luar, namun di bagian dalam pun sama saja. Di sepanjang lorong tertempel lampu berwarna kuning dengan jarak yang sudah diatur sedemikian rupa.
Padma sendiri, menempati sebuah kamar yang sangat besar untuk ukuran kamar biasanya. Kamar dengam nuansa merah dan hitam, semakin membuat kesan gelap dan misterius kian kental disana. Kamar dengan tempat tidur besar yang berhiaskan kelambu berwarna hitam di sekelilingnya.
Adalah sebuah tempat tidur dengan ranjang mewah berwarna hitam dengan ukiran yang indah. Kasurnya sendiri berlapis sprei dari bahan sutra asli dengan warna keemasan. Sungguh suatu perpaduan warna yang membuat kamar itu menjadi terlihat seperti kamar seorang penyihir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Mbak R
waw masih penasaran apa yang terjadi dengan padma sebenarnya....
2023-08-31
1
玫瑰
misteri sungguh
2022-06-16
0
❤️⃟Wᵃf🍾⃝ʀͩᴏᷞsͧᴍᷠiͣa✰͜͡v᭄HIAT
aku mampir lagi
2021-12-25
1