Di ruang tengah, Kuntilanak menghentikan pengejarannya. Di atas sofa sosok bertubuh kecil, kepala botak, tengah duduk santai sambil makan sisa gorengan yang punya rumah.
"Anakku...!" ujar Kuntilanak memanggil sosok kecil tersebut dengan suara serak, karena menahan tangis.
Mahluk kerdil botak itu adalah sosok Tuyul. Dia menoleh ke arah Kuntilanak dan menyeringai, karena merasa dirinya terancam.
"Tenang, Nak! Ini aku ibumu, ini ibumu anakku?" Kuntilanak begitu sedih karena Tuyul sudah tidak mengenalinya.
"Tunggu Kunti, hati-hati !"
Pocong yang sudah berada di samping Kuntilanak, mencoba untuk menahannya agar tidak semakin mendekati Tuyul.
Akan tetapi, Kuntilanak tidak perduli dengan Pocong, dia tidak mengindahkan himbauan Pocong, malahan Kuntilanak semakin terus mendekati sosok mahluk kecil itu, yang dikenal sebagai Tuyul di dunia per-setanan.
Di dunia setan atau hantu, jika ada bayi anak manusia yang meninggal di bawah umur tujuh tahun. Maka dia akan menjadi sosok Tuyul di dunia per-hantuan.
"Ibu!" seru Tuyul memperhatikan Kuntilanak dengan seksama. Sikap Tuyul yang awalnya terlihat ganas, sekarang perlahan berubah sedikit jinak.
Tuyul melihat dimata Kuntilanak dan merasakan ada kasih sayang yang begitu besar untuknya.
"Ibu!' Tuyul kembali menyebut Kuntilanak dengan sebutan Ibu.
Mendengar Tuyul memanggilnya dengan kata Ibu, Kuntilanak tidak bisa lagi membendung kebahagiaanya. Dia langsung menghampiri dan memeluk Tuyul dengan rasa kerinduan yang sangat besar, ia menciumi Tuyul dengan penuh kasih sayang, bahkan Pocong yang melihat pertemuan antara Ibu dan Anak itu, ikut terbawa haru.
"Oh anakku, dari mana saja kamu. Ibu sudah mencari kamu ke setiap sudut Dunia gaib. "
"Ibu... huhuhuhuhu!" Tuyul menangis dalam pelukan Kuntilanak
"Anak ibu tersayang!" ucap Kuntilanak dan memeluk tubuh kecil Tuyul semakin erat.
"I-i- ibu!" Suara Tuyul mulai terdengar terbata-bata.
"oh, anak Ibu!"
"Aku sesak, Ibu. Pelukan ibu terlalu kencang!" Ujar Tuyul sambil menepuk gumpalan dada Ibunya, agar sang Ibu melepaskan dekapannya yang begitu kencang.
"Hmmmm ... hmmmm...!" Pocong mendehem. "Gimana kalau kita pulang dulu. Nggak enak kalau ada hantu lain yang ngeliat!" ucap Pocong sambil memegang bahu Kuntilanak
"Oh, iya anakku. Kenalin ini, Om Pocong! Dan sekarang Ibu tinggal dengan Om ini!" ucap kuntilanak memperkenalkan Tuyul kepada Pocong.
"Papa!" jerit Tuyul tiba-tiba dan langsung melompat dari atas meja, untuk memeluk Pocong.
Mendengar dirinya dipanggil papa oleh Tuyul . Pocong seketika langsung pingsan.
Lain halnya dengan Kuntilanak yang masih menangis karena bahagia, ia langsung tertawa melihat si Pocong pingsan.
"Congggg ... Congggg ... kamu kenapa Cong? Cong bangun, anakku sudah merestui kita!"
Di tempat lain.
Didepan sebuah rumah yang begitu besar dan mewah, Seorang pria berumur sekitar 50 tahun Keluar dari mobilnya dan berjalan gontai menuju pintu rumah.
"Tokk ... Tokk...!" Pria itu mengetuk pintu.
Sekitar dua menit seorang perempuan paruh baya membukakan pintu. Wajah wanita itu langsung berubah khawatir, setelah melihat wajah pria yang ada di hadapannya sangat pucat dan lesu.
"Papa kenapa?" tanya si wanita.
"Usaha kita hancur Ma. Pabrik petasan kita hangus terbakar habis semuanya!" jawab pria itu, dan berjalan masuk kedalam rumah.
"Terus, Gimana dong, Pa?" Wanita itu terus bertanya penuh khawatir, sambil berjalan mengikuti langkah suaminya.
"Entahlah, Mah. Sepertinya kita kolaps, karena Papa harus membiayai uang perobatan karyawan yang terluka, belum lagi uang tunjangan buat yang meninggal dunia, bahkan Pak Pekok yang ngutang jutaan petasan dari papa, telah kabur. Aduhhhh ... Papa nggak bisa mikir Mah, sepertinya Kita harus jual rumah ini dan pindah kerumah yang lebih sederhana!"
Si istri yang biasa dipanggil Bu Bodong, bersedih mendengar berita dari suaminya, Pak Bodong. Ingin rasanya ia pingsan, tapi jiwanya menolak dengan sangat keras, sekeras kehidupan yang telah menyiksanya hari ini. Akan tetapi, apalah daya, sekeras-keras jiwanya menolak untuk pingsan. Akhirnya dia pingsan juga dan di susul oleh Pak Bodong.
Disaat itu, sebuah mobil sport memasuki pekarangan rumah Pak Bodong. Dari dalam mobil keluar dua orang remaja, mereka adalah putra dan putri Pak Bodong. Saat mereka masuk ke dalam rumah, kedua kakak-beradik tersebut sangat terkejut, melihat ibu mereka tergeletak pingsan di lantai.
"Mah, Mah, mama...!" Putri Bodong mengguncang beberapa kali tubuh ibunya, dia kelihatan begitu sangat panik.
Sedangkan putra Bodong duduk di samping Ayahnya yang juga pingsan, Putra memperhatikan tubuh Ayahnya dari ujung rambut sampai ujung kuku
"Kak, kok malah dilihatin gitu sih. Gimana ni? Mama sama papa kenapa?" tanya Putri kepada kakaknya.
"Kaka juga nggak tau, Dek. Tapi yang pasti, papa belum mati, kelihatannya cuman pingsan!" tutur Putra.
"Apaan sih, Ka. Nomong mati segala!" protes Putri tidak senang dengan kalimat candaan Putra
Putri lalu menangis melihat kondisi kedua orang mereka yang tidak sadarkan diri. Sedangkan Putra langsung memeriksa kondisi rumah mereka. Putra merasa curiga, kalau ada maling yang masuk, dan membuat kedua orangtuanya jadi pingsan.
Setelah semua ruangan didalam rumah diperiksa, tidak ada satupun barang-barang yang hilang. Bahkan kondisi rumah pun dalam keadaan rapi, dan tidak ada yang berantakan. Putra akhirnya kembali menemui adiknya yang sedang menjaga kedua orang tua mereka.
"Belum sadar juga. Dek?" tanya putra.
"Belum kak. Padahal aku udah ngolesin balsem di hidung mereka," ujar Putri sedih.
"Ya udah. Kamu tunggu di sini dulu!" pinta Putra dan kemudian menuju kamar mandi untuk mencari sesuatu.
Dikamar mandi, Putra tidak menemukan yang dia cari, padahal dia sangat yakin kalau sekarang adalah tanggal rawan.
Putra tiba-tiba tersenyum, kemudian dia berlari dengan kencang menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar orang tuanya.
"Teryata ada di sini!" Senyum Putra begitu lebar, karena menemukan apa yang dia butuhkan.
"Minggir, Dek" pinta Putra yang sudah datang kembali, dengan membawa sesuatu dalam kantong kresek berwarna hitam.
"Apaan tuh, Kak?" tanya Putri saat melihat Putra membuka plastik hitam tersebut, dan langsung mengoleskan isinya ke hidung Ayah dan Ibu mereka.
Putri tentu saja tidak tau apa yang dipegang oleh kakaknya. Karena posisi Putra membelakanginya
"Tenang aja. Dalam 5 detik, Ayah dan Ibu bakalan bangun!" ucap Putra sesumbar.
Benar saja, bahkan tidak sampai hitungan ke-5. Pak Bodong dan Bu Bodong, kedua hidung orang tua tersebut mulai berkedut mengendus sesuatu, dan kemudian.
"UUUUEEEEEEGGHHHHHH!''
"UUUUEEEEEGGGGGHHHHH!"
Pak Bodong dan Bu Bodong tiba-tiba langsung berdiri dan berlari ke kamar mandi. Sedangkan Putri yang melihat kejadian itu, hanya heran dan takjub melihat kehebatan sang kakak. Dia tidak menyangka kalau kalanya, bisa membuat orang tua mereka siuman dengan begitu cepat, bahkan mengalahkan pabrik balsem.
"Kakak ngolesin apaan sih?" tanya Putri begitu penasaran.
"Ssstttt. Jangan bilang-bilang, ya!" ujar Putra berbisik kepada adiknya, "Kaka ngolesin ini!" Putra menunjukkan pembalut yang berlumuran darah, yang ada didalam kantongan plastik hitam, ke dekat hidung adiknya tersebut.
" UUEEEERGGHHHHHHHH!"
Putri Bodong langsung ngacir kedalam rumah mencari kamar mandi, akibat tidak tahan mencium aroma darah busuk dari sang pembalut.
"PUTRAAAAAAAAAAA!"
Dari dalam kamar mandi yang berbeda. Bergema suara Koor yang penuh dengan amarah. Mendengar teriakan histeris tersebut, Putra langsung kabur.
"Dasar anak jahil bin laknat binti sedeng," Maki Pak Bodong yang tiba-tiba sudah berada di dekat Putra.
"Awas kamu ya! Pah, tangkap si goblok itu!" ujar Bu Bodong yang juga sudah muncul.
Akhirnya acara kejar-kejaran dalam keluarga Pak Bodong berlangsung sengit dan menegangkan, hingga berakhir saat Putra tertangkap oleh Pak Bodong. Bu Bodong langsung merampas senjata Putra, kemudian mengoleskan senjata pamungkas tersebut ke seluruh wajah Putra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Konglomerat Sejati
dipanggil papa pingsan si ocong🤣
2022-06-13
0
Senajudifa
kutukan cinta
mampir thor
2022-06-05
0
Ufuk Timur
baru baca beberapa eps perutku ud kaku, ,bisaa gitu pocongnya semaput gegara dipanggil papa sama si tuyul🤣🤣🤣
2022-01-21
0