Di depan sebuah klinik, Pocong menghentikan lompatannya, dia melihat di atas atap klinik ada sosok Kuntilanak sedang duduk menangis tersedu-sedu
.
"Hikkshhhh ... Hikkkshhhh...!"
" Clinggg...!"
Hanya sekali loncatan, Pocong sudah berada di samping Kuntilanak.
"Eh, Pocong buset!" Kuntilanak kaget dan langsung berhenti menangis.
"Lu, kenapa bersedih?" tanya Pocong tanpa menghiraukan Kuntilanak yang kaget.
Kuntilanak tidak menjawab, dia melanjutkan tangisannya yang sempat terhenti.
"Hei. Gue tuh laki-laki baik, tau! Jadi, lu kagak usah takut," ucap Pocong memuji dirinya, karena merasa Kuntilanak mengabaikannya.
"Aku baru mati semalam lusa, setelah melahirkan, hiickkkss ... hisckkk ... Aku disini lagi nungguin anakku yang baru mati juga, entah kemana dia pergi." Kuntilanak menghapus ingus yang meleleh dari lubang hidungnya, dengan ujung daster putihnya.
"Uda berapa lama?" tanya Pocong seraya membuang muka, karena merasa jijik dengan tingkah si Kuntilanak.
"Apanya?" tanya Kuntilanak balik, karena tidak loading dengan pertanyaan Pocong.
"Matinya! Uda berapa lama lu mati?"
Kuntilanak menatap Pocong sejenak, kemudian ia menangis semakin kencang. Pocong menjadi merasa bersalah.
"eh ... eh ... Kenapa lu makin kencang nangisnya. Ntar ada hantu lain yang liat, bisa hancur harga diri gue.!"
"kau nanya nggak pakai otak, ya! Padahal udah aku bilang tadi, kalau aku mati semalam lusa!" Kuntilanak nyolot dengan wajah terlihat tidak bersahabat.
Pocong diam dan berpikir sejenak. "Oh, iya. aku lupa. maaf!"
Tidak terasa obrolan Pocong dan Kuntilanak, sudah memakan waktu hingga menjelang pagi. Sang Ayam jantan sudah berkokok berkali kali, bahkan adzan Subuh sudah berkumandang.
"Udah mau pagi nih! Bentar lagi matahari nongol." Kuntilanak kemudian berdiri dari duduknya.
"Iya jua, ya. Nggak terasa uda pagi." Pocong juga ikutan berdiri. "Lu mau kemana?" tanya Pocong kemudian.
"Mau pergi lah!"
"Bukannya lu tinggal di Klinik ini?" tanya Pocong lagi.
"Iya, aku tinggal di sini, tapi sekarang aku sudah nggak mau tinggal disini lagi, mahluk di sini semuanya jahat-jahat, mereka sering nakalin aku. Jadi aku mau nyari rumah yang baru saja," ujar Kuntilanak dengan nada sedih dan mulai menangis lagi.
"Mereka...!" Pocong manggut-manggut, "emangnya siapa-siapa aja yang tinggal di sini?"
"Banyak. Ada Gondoruwo, Kolor ijo, Buto Ijo dan Begu Ganjang!" kuntilanak menyebut nama-nama mahluk yang yang tinggal di dalam klinik.
Nama-nama yang telah disebutkan Kuntilanak tersebut, semuanya adalah penghuni lama, sedangkan Kuntilanak adalah penghuni baru. Kuntilanak tidaka tau kalau dia lagi di ospek sebagai penghuni baru di Klinik tersebut, sehingga membuat Kuntilanak tidak kerasan lagi tinggal disana.
"Jadi, klinik ini dihuni sama setan laki-laki semua?" tanya Pocong dengan wajah antusias.
"Iya." Singkat kuntilanak menjawab.
"Dasar memang setan, beraninya hanya sama wanita. Kurang ajar! " umpat Pocong dengan kesal. Dia mencoba menunjukkan dirinya dihadapan si Kuntilanak, bahwa dia adalah lelaki sejati, walau hanya dengan sebuah umpatan.
"Iya. Sama seperti kita, sama-sama setan !"
Walau suara kuntilanak terdengar sedikit menggumam, tapi Pocong masih bisa mendengar kalimat yang diucapkan oleh Kuntilanak. Pocong pura-pura tidak mendengarnya, walau sebenarnya hatinya ke sentil oleh kalimat yang diucapkan oleh Kuntilanak..
"Begini saja. Kalau lu mau, tinggal aja sama gue. Gue kebetulan tinggal sendirian aja di sebuah rumah kosong. Gue jamin deh, lu bakalan betah tinggal di sana.
Kuntilanak menatap Pocong, mencoba mencari kejujuran sang Pocong, apakah benar dia berkata jujur, atau jangan-jangan hanya sekedar modus.
"Nggak usah khawatir, gue tau apa yang lu pikirin. Lu lihat wajah gue, apa terlihat seperti maniak atau setan nakal. Kagak, kan?"
"Nggak sih," jawab Kuntilanak datar.
"Ya sudah, lu ikut gue!" Pocong langsung menarik tangan Kuntilanak untuk melompat kebawah.
"Tunggu! Aku tidak berani melompat" sela Kuntilanak saat melihat Pocong yang sudah mendarat dengan mudahnya
Sebagai hantu baru, yang kematiannya belum genap 40 hari. Kuntilanak tentu saja belum memiliki kekuatan apapun sebagai mahluk halus, selain dari tidak terlihat oleh mata manusia, bahkan hukum gravitasi masih berlaku baginya, karena itu Kuntilanak tidak berani melompat, apalagi dari atap bangunan yang berlantai dua. Berbeda dengan Pocong yang telah melewati hampir setahun kematiannya.
"Eh Maaf ! Gue lupa kalau lu itu hantu magang," ujar Pocong bercanda.
"Aku turun lewat tangga saja," elak Kuntilanak sewot karena candaan Pocong.
Pocong merasa menyesal dengan ucapannya, tapi dia tersenyum karena Kuntilanak masih mau ikut dengannya.
"Sudah ... Sudah! Nggak usah sewot, lu. Lompat aja, ntar gue bakalan nangkap lu." Pocong mencoba membujuk Kuntilanak.
"Hihihihihihi!" kuntilanak tertawa renyah, "tangan kau saja terikat, bagaimana mau menangkap aku. Hihihihihihi," ujar kuntilanak, dan terus tertawa karena merasa geli mendengar ucapan pocong yang mau menangkapnya.
Karena Pocong adalah hantu atau setan, maka wajah Pocong pun memutih akibat menahan rasa malu dengan kebodohannya.
Kuntilanak pun berjalan menuju tangga yang ada dibagian samping klinik. Tangga itu memang sudah ada semenjak Kuntilanak belum naik ke atas atap. Mungkin ada orang yang meletakkkannya di situ, untuk memperbaiki sesuatu di atap dan lupa untuk mengambilnya.
"Kenapa wajahmu jadi putih?" tnya Kuntilanak heran ketika sudah berada di samping Pocong, karena setau Kuntilanak, wajah Pocong sedikit gelap dan sekarang sudah berubah jadi putih.
"Aku ngantuk, soalnya sudah pagi," jawab Pocong asal. "Ayo pulang, nanti kita kesiangan," ujar Pocong lagi mencoba mengalihkan Kuntilanak yang masih memperhatikan wajahnya.
Merekapun pergi meninggalkan klinik tersebut menuju rumah pocong. Terlihat jelas di wajah pocong raut kebahagiaan, sekarang dia tidak lagi kesepian, sudah ada seorang wanita dengan punggung bolong, dengan gaun putih yang akan menemani hari-harinya.
Sudah hampir tiga bulan, Pocong dan Kuntilanak tinggal bersama, dan selama hampir tiga bulan itu, pocong selalu menghibur Kuntilanak agar tidak terlalu sedih atas hilangnya anaknya, bahkan pocong juga selalu mencari informasi tentang keberadaan anak Kuntilanak.
Bukan itu saja, bahkan ada sebuah kemajuan tentang sikap Pocong pada Kuntilanak. Dia tidaka menggunakan kata gue dan lu lagi. sekarang sudah berubah menjadi aku, kamu
"Kenapa kamu duduk disini?" tanya Pocong, saat melihat Kuntilanak duduk diatas kloset jongkong, dengan kaki bersila dan tangan menopang dagu.
"Aku rindu anakku" ujarnya dengan nada sedih.
Pocong merasa Iba melihat Kuntilanak yang masih bersedih karena kehilangan anaknya, dan Pocong selalu sabar untuk menghibur Kuntilanak.
"Yang sabar ya, Lanak. Nanti anakmu bakalan ketemu kok! Aku juga sudah mencari informasi, tentang keberadaan anak kamu, tapi sayang, aku masih belum dapat kabar," kata Pocong sambil jongkok dihadapan Kuntilanak, dan memberikan senyum terbaiknya.
Hanya itu yang bisa dilakukan Pocong. Padahal dia sangat ingin membelai rambut Kunti dengan penuh kasih sayang, tapi apalah daya tangan terikat.
"Gini Aja...! Bagaimana kalau kita kerumah sebelah gangguin penghuninya," ajak Pocong.
" hiiickkhhhhh ... hicchhhhhkkk. Ayo!" sahut Kuntilanak dengan tertawa bahagia.
Pocong sekarang sangat paham betul, jika Kuntilanak sedang bersedih, hanya dengan menggangu manusia saja satu-satunya obat, yang mampu menghilangkan kesedihan Kuntilanak.
Merekapun akhirnya pergi kerumah sebelah. Dimana penghuninya adalah sepasang suami istri, yang baru saja menikah satu bulan yang lalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Konglomerat Sejati
ngakak woi.🤣🤣
2022-06-13
0
Kak jasmine
semangat kak nulisnya aku mampir like 10 rate nanti mampir juga yah di ceritaku CEO angkuh itu jodohku.
2022-01-05
0
Hanna Devi
pocong baik hati 😅
2021-12-03
1